Senin, 8 September 2025

'Sebanyak 12 dari 16 atlet Korut adalah perempuan' - Korea Utara bertumpu pada kekuatan atlet perempuan di Olimpiade Paris

Kontingen Korea Utara memboyong 16 atlet dalam Olimpiade Paris 2024; 12 di antara mereka adalah perempuan.

BBC Indonesia
'Sebanyak 12 dari 16 atlet Korut adalah perempuan' - Korea Utara bertumpu pada kekuatan atlet perempuan di Olimpiade Paris 

Olimpiade adalah ajang para atlet dari seluruh dunia memamerkan aksi mereka setelah latihan keras selama bertahun-tahun.

Secara khusus, Olimpiade Paris 2024 mendorong kesetaraan gender, dengan rasio peserta pria dan perempuan mendekati 50:50.

Namun jika melihat rasio gender atletnya, kontingen Korea Utara tampak menonjol.

Dalam Olimpiade Paris 2024, Korut memboyong 16 atlet; 12 di antara mereka adalah perempuan.

Pada 31 Juli lalu, Kim Mirae dan Jo Jin-mi dari Korea Utara meraih medali perak di nomor loncat indah putri 10 meter. Ini merupakan pertama kalinya Korea Utara meraih medali di cabang olahraga loncat indah.

Sebelumnya, Kim Kum-yong dan Ri Jeong-sik memboyong medali perak di nomor ganda campuran cabang olahraga tenis meja.

Banyak atlet yang masuk dalam daftar "10 pemain terbaik 2023" versi media pemerintah Korea Utara awal tahun ini adalah atlet perempuan.

Tentu saja jumlah atlet Korut yang tampil tidak banyak dibandingkan negara-negara besar, namun belakangan ini atlet perempuan Korea Utara cukup aktif di kancah olahraga internasional.

'Membangun kekuatan olahraga'

Pakar Korea Utara mengatakan para atlet Korea Utara di masa lalu telah menekankan pentingnya olahraga bagi "semua orang" tanpa memandang gender.

Mahasiswa Korea Utara, Lee Na-young, menjelaskan kepada BBC Korea bahwa "karena tujuan olahraga sosialis adalah untuk 'manusia sosialis' maka dengan tubuh kuat bisa berkontribusi pada tenaga kerja dan pertahanan sosial. Jadi tidak hanya Korea Utara tapi bekas Uni Soviet dan China telah melakukannya, merancang kebijakan olahraga mereka seperti ini."

Lee yang membuka toko buku khusus Korea Utara di Seoul, menerima gelar doktor dengan tesis tentang 'wacana Korea Utara mengenai olahraga perempuan'.

Ia melihat Korea Utara telah aktif mengembangkan atlet elitenya sejak 1960-an dan 1970-an. Pada saat itu, Olimpiade merupakan tempat di mana "perang proksi untuk sistem kompetisi" berlangsung, dan penampilan para atlet perempuan sangat sempurna untuk menunjukkan bahwa "perempuan di blok sosialis adalah setara dan telah mencapai pembebasan".

Korea Utara pertama kali mengikuti Olimpiade 1972 dengan meraih satu medali emas, satu perak, dan tiga perunggu di Munich, mengalahkan Korea Selatan yang hanya mendapatkan satu perak.

Kim Sang-yoon, mantan anggota tim tinju nasional Korea Utara yang membelot pada tahun 2000-an dan sekarang menjadi direktur Institut Penelitian Budaya Olahraga Antar-Korea, berkata, "pada tahun 1990-an ketika saya berkompetisi di Korea Utara, masing-masing sekolah olahraga memiliki sistem yang mapan untuk membina bakat olahraga atlet remaja dengan memisahkan karakteristik perempuan dan laki-laki".

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan