Kamis, 28 Agustus 2025
Deutsche Welle

Self-harm hingga Ingin Bunuh Diri, Masalah Mental yang Sering Disepelekan

"Aku pernah merasa sangat menderita, dan merasa hidup sendirian. Seperti tidak ada gunanya hidup ini. Buat apa ya aku hidup?" tanya…

Deutsche Welle
Self-harm hingga Ingin Bunuh Diri, Masalah Mental yang Sering Disepelekan 

"Kenapa ketika (awalnya) ditawari teman pergi ke profesional saya tidak mau? Karena malu untuk cerita. Dan kadang merasa nanti dibilang ini orang aneh, merasa lain dari yang lain. Jadi malu dan tidak mau cerita," ujar Tia.

Dibilang hanya ingin cari perhatian

Gabriel Liementha juga mengalami depresi dan melakukan tindakan menyakiti diri sendiri atau self-harm sejak 2019. Beberapa kali ia pun ingin mengakhiri hidup.

"Akunya kalau sudah merasa stres banget, aku self-harm. Ada orang yang bilang kalau mungkin lihat, 'kamu pengen show doang ke orang-orang, lu mah cari perhatian doang.' Tapi buat kami yang merasakan, kenapa sih bisa self-harm? Karena ketika kita melakukan itu, entah bagaimana merasa 'nyaman' ketika kita menyakiti diri sendiri. Padahal sebenarnya itu kan tidak benar," cerita perempuan berusia 25 tahun yang akrab disapa Gaby, kepada DW Indonesia.

Gaby sempat mengalami depresi berat pada tahun 2019-2023 akibat masalah keluarga. Ia memutuskan untuk pergi ke psikolog dan psikiater pada tahun 2023.

"Karena kita saking terluka, kita merasa lebih baik kayaknya 'sudah kita menyakiti diri sendiri aja.' Karena dari situ muncul dopamin, yang sebenarnya itu sudah enggak beres. Dan sudah sering banget, berkali-kali saking sudah capek dengan hidup, pengen mengakhiri hidup saja," tambahnya.

Sejak menjalani terapi, Gaby diingatkan bahwa masih banyak hal yang ingin ia capai, dan masih banyak orang yang peduli dengannya. Pasangan serta sahabat dekatnya pun terus memberikan dukungan.

"Psikolog dan psikiater mengingatkan 'kamu masih punya orang yang peduli dan punya passion yang kamu pengenin. Cuma ini lagi tertutup saja. Pelan-pelan kita bantu buka ya," cerita Gaby.

Gangguan mental masih dianggap tabu

"Gangguan mental secara general berarti kita punya rasa tidak nyaman, stres, resah. Dan rasa tidak nyaman itu sudah sampai membuat kita kehilangan beberapa fungsi sehari-hari. Susah tidur, tidak konsentrasi, dan tidak bisa berinteraksi dengan baik," kata psikiater dr. Tjoeng Steven, kepada DW Indonesia.

Menurut Steven, masih ada stigma yang salah di masyarakat, yang menganggap bahwa gangguan mental sama dengan gila.

"Kita mengidentifikasi kalau gangguan jiwa itu sama dengan gila. Nah, ini sebuah keyakinan dasar yang salah. Asumsi total, ya. Karena tidak semua gangguan jiwa itu identik dengan gila. Gangguan jiwa itu bisa jadi sekadar kita susah tidur," ujar Steven.

Menurutnya, tak heran jika masih banyak orang yang enggan terbuka karena takut dihakimi.

"Gara-gara stigma ini, kita buat masalah gangguan jiwa berbeda dengan fisik. Jadi kalau kita misalnya demam atau alergi itu kan biasa saja, kita bisa bilang 'eh gue lagi demam, gue lagi alergi'. Tapi kalau misalnya lagi depresi, kita malu untuk ngomong," tambah Steven.

Hal senada diutarakan oleh Dr. Sandersan Onie, President Indonesian Association of Suicide Prevention sekaligus Co-founder Wellspring Mental Health Center Indonesia.

"Menurut penelitian, (pembicaraan soal bunuh diri) masih tabu. Sudah semakin membaik, tapi kalau kita lihat di Indonesia, apakah sudah ada perkembangan dalam hal kesehatan jiwa? Sudah, tetapi itu tetap masih sangat kecil," ujar Sandersan yang menyandang gelar doktor di bidang psikologi dari University of New South Wales, Australia. Studi dan pekerjaannya memang berfokus ke pencegahan kasus-kasus bunuh diri.

Banyak kasus bunuh diri tidak dilaporkan

Menurut penelitian yang dipublikasi di Jurnal The Lancet Regional Health Southeast Asia, kasus bunuh diri yang tidak dilaporkan sepanjang tahun 2016-2018 di Indonesia bahkan melampaui 8 kali lipat lebih tinggi dibandingkan angka terlapor. Stigma bahwa melukai diri sendiri dan rasa ingin bunuh diri adalah pembicaraan yang tabu, sering membuat orang enggan mengakui saat butuh pertolongan.

Halaman
123
Sumber: Deutsche Welle
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan