Konflik Suriah
PD-nya Netanyahu usai Rezim al-Assad di Suriah Tumbang: Hasil Israel Terhadap Hizbullah-Hamas
Netanyahu bereaksi mengenai tumbangnya rezim Bashar al-Assad di Suriah. Ia yakin Israel juga memegang peranan penting atas hal itu.
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.com - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengomentari tumbangnya rezim Bashar al-Assad di Suriah.
Netanyahu yakin, tumbangnya rezim al-Assad bisa mempengaruhi kesepakatan pertukaran sandera Israel di Jalur Gaza.
Ia juga tak sungkan-sungkan mengklaim Israel memegang peranan penting terhadap runtuhnya rezim al-Assad.
"(Tumbangnya rezim al-Assad) sebagian merupakan hasil dari operasi Israel terhadap Hizbullah dan Hamas," kata Netanyahu saat berbicara dengan perwakilan keluarga sandera Israel di Gaza, Minggu (7/12/2024), menurut Perusahaan Penyiaran Publik Israel, dilansir Anadolu Ajansi.
Ia menambahkan, jatuhnya rezim al-Assad "bisa membuka pintu bagi peluang baru untuk memperkuat kesepakatan pertukaran sandera dari Gaza."
Israel memperkirakan saat ini ada 101 tahanan Israel yang masih ditahan di Gaza.
Baca juga: Suriah Usai Rezim al-Assad Tumbang: Kelompok Sunni Tahrir al-Sham Jadi Penguasa dan Ancaman ISIS
Upaya mediasi yang dipimpin Amerika Serikat (AS), Mesir, dan Qatar untuk mencapai kesepakatan senjata, serta pertukaran sandera, gagal karena penolakan Netanyahu untuk menghentikan serangan di Gaza.
Israel telah melancarkan perang genosida di Jalur Gaza, yang mengakibatkan kematian lebih dari 44.600 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.
Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.
Tumbangnya Rezim al-Assad
Diketahui, rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad, tumbang setelah puluhan tahun berkuasa, Minggu, ketika ibu kota Damaskus jatuh ke tangan oposisi.
Kelompok oposisi bersenjata terlibat dalam perjuangan panjang dalam upaya menjatuhkan rezim al-Assad, dikutip dari Middle East Monitor.
Setelah bentrokan meningkat pada 27 November 2024, rezim al-Assad kehilangan banyak kendali atas banyak wilayah, mulai Aleppo, Idlib, hingga Hama.
Akhirnya, saat rakyat turun ke jalanan di Damaskus, pasukan rezim mulai menarik diri dari lembaga-lembaga publik dan jalan-jalan.
Sementara, kelompok oposisi mempererat cengkeraman mereka di pusat kota.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.