Konflik Palestina Vs Israel
Gaza Diserang, Gencatan Senjata Israel-Hamas Runtuh: Perkembangan Penting Gaza Petang Ini
Serangan udara Israel berlanjut pada Minggu (2/3/2025) pagi ini waktu Gaza, menewaskan 4 warga Palestina dan melukai 5 lainnya.
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
Gaza Diserang Israel, Gencatan dengan Hamas Senjata Runtuh: Perkembangan Penting Gaza Petang Ini
TRIBUNNEWS.COM - Setelah berakhirnya fase pertama gencatan senjata Gaza secara resmi pada tanggal 1 Maret, serangan udara Israel berlanjut pada Minggu (2/3/2025) pagi ini waktu Gaza, menewaskan 4 warga Palestina dan melukai 5 lainnya.
Negosiasi antara Hamas dan Israel menemui jalan buntu dan belum ada penyelesaian yang jelas terlihat.
Baca juga: Militer Israel Siaga Tinggi Kembali Perang di Gaza, Hamas: Kami Tak Mempan Ancaman, AS Berpihak
Baca juga: Al-Qassam Umumkan Sandera Inggris Tewas Karena Bom Israel, Hamas Susun Ulang Kekuatan di Gaza Utara
Negosiasi Gencatan Senjata, Keterlibatan AS
Delegasi negosiator Israel kembali dari Kairo pada Sabtu setelah Hamas menolak perpanjangan fase gencatan senjata awal.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio mengumumkan paket bantuan militer baru untuk Israel, yang jumlahnya hampir mencapai USD 4 miliar.
Rubio menekankan bahwa pemerintahan Trump telah menyetujui penjualan senjata senilai lebih dari USD 12 miliar ke Israel sejak Januari.
Keputusan pemerintah AS era Donald Trump ini, mencabut persyaratan pengetatatan pemngiriman senjata negara adidaya tersebut ke Israel yang diberlakukan oleh pemerintahan Joe Biden sebelumnya.

Keputusan Netanyahu, Usulan Gencatan Senjata Sementara dari AS
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi kalau Israel menyetujui gencatan senjata sementara yang diusulkan AS untuk Ramadan dan Paskah.
Baca juga: Blokir Semua Bantuan Gaza, Cara Israel Peras Hamas Agar Setuju Usulan AS Gencatan Senjata Sementara
Usulan tersebut, yang digariskan oleh utusan AS Stephen Witkoff, terdiri dari dua tahap:
Tahap Satu: Hamas akan membebaskan separuh tawanan "Israel", baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, pada hari pertama.
Tahap Kedua: Tawanan yang tersisa akan dibebaskan jika kedua pihak menyetujui gencatan senjata permanen.
Israel mendukung usulan AS tersebut, sedangkan Hamas belum menerimanya, dengan alasan persyaratan yang belum terpenuhi dari perjanjian sebelumnya.
Kantor Netanyahu menyatakan bahwa penolakan Hamas untuk menandatangani kesepakatan tersebut menyebabkan keputusan untuk menghentikan masuknya barang dan bantuan kemanusiaan ke Gaza mulai pagi ini.
Tanggapan Hamas, Reaksi Politik Israel
Pemimpin Hamas Mahmoud Mardaoui menegaskan kembali bahwa stabilitas regional bergantung pada kemajuan ke tahap kedua gencatan senjata.
Ini termasuk diskusi tentang gencatan senjata permanen, rekonstruksi Gaza, dan pertukaran tahanan.
Mardaoui menuduh Israel menghindari kewajibannya dan memperingatkan bahwa memanipulasi perjanjian membahayakan tawanan.
Langkah Netanyahu untuk memblokir bantuan kemanusiaan telah memicu reaksi keras. Hamas mengutuk keputusan itu sebagai "kejahatan perang" dan "upaya untuk menghindari perundingan," dan menyerukan tekanan internasional terhadap "Israel" untuk membatalkan tindakan tersebut.
Di sisi lain, Menteri Keuangan "Israel" Bezalel Smotrich dan mantan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir mendukung langkah Netanyahu, mendorong tindakan yang lebih keras, seperti memutus aliran listrik dan air ke Gaza sambil melanjutkan operasi militer.

Ancaman Houthi, Serangan Baru Terhadap Gaza
Pemimpin Houthi Abdul-Malik al-Houthi memperingatkan bahwa setiap dimulainya kembali serangan Israel terhadap Gaza akan memicu respons militer berskala besar.
Ia bersumpah bahwa jika perang kembali terjadi, "seluruh entitas musuh akan diserang," dan menjanjikan dukungan melalui berbagai cara militer.
Sumber-sumber Palestina melaporkan bahwa serangan udara Israel kembali terjadi pada Minggu pagi, menewaskan sedikitnya 4 warga Palestina dan melukai 5 lainnya.
Menurut pejabat kesehatan Gaza, ini menambah jumlah korban tewas menjadi 115 warga Palestina dan lebih dari 490 orang terluka sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari.
Lebih dari 400 pelanggaran oleh Israel telah dilaporkan sejak perjanjian tersebut diterapkan.
Militer Israel membenarkan tindakannya dengan mengklaim bahwa mereka menargetkan orang-orang yang mencoba menanam bahan peledak di dekat pasukannya di Gaza utara.

Reaksi Keluarga Sandera, Meningkatnya Kritik ke Netanyahu
Ketidakpuasan meningkat di Israel atas penanganan Netanyahu terhadap situasi sandera.
Seorang ibu dari seorang tawanan Israel yang ditawan Hamas, dikutip oleh media Israel, menuduh Netanyahu mengorbankan tawanan demi kelangsungan hidup politiknya, dengan menyatakan, "Netanyahu mengubur para sandera demi segelintir ekstremis."
Hal ini menyebabkan meningkatnya tekanan domestik terhadap pemerintahan Netanyahu untuk memprioritaskan pembebasan para tawanan.
Kemarin, protes memenuhi jalan-jalan Tel Aviv, dengan para demonstran menuntut tindakan dan akuntabilitas dari pemerintah.

Status Saat Ini
Hingga Minggu pagi waktu Gaza (Minggu petang di Indonesia), negosiasi masih macet, tanpa ada perkembangan diplomatik baru.
Serangan udara dan penghentian bantuan kemanusiaan terus berlanjut, dan tidak ada tanda-tanda terobosan dalam kebuntuan ini.
(oln/rntv/*)
Konflik Palestina Vs Israel
Pertama Kalinya, Pimpinan Hamas Buka Suara soal Detik-detik Serangan Israel di Doha |
---|
Demi Merebut Gaza, Israel Buka Rute Baru untuk Usir Warga Palestina |
---|
Erdogan Menyerukan Persatuan Islam, Samakan Netanyahu dengan Adolf Hitler |
---|
Israel Rilis Rute Pengungsian Warga Kota Gaza, Hanya Dibuka 48 Jam |
---|
Tantang Embargo Dunia, Netanyahu Minta Rakyat Mandiri, Pede Bangun Israel Jadi Negara Swasembada |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.