5 Populer Internasional: Krisis Pangan di Gaza - Pertemuan Rahasia AS dan Hamas
Inilah kompilasi berita populer internasional, di antaranya krisis pangan di Gaza karena pengiriman bantuan diblokir Israel.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer internasional dalam 24 jam terakhir dapat disimak di sini.
Gaza terancam mengalami "kiamat pangan" karena Israel memblokir bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah tersebut.
Sementara itu, Amerika Serikat untuk pertama kalinya melakukan pertemuan langsung dengan Hamas.
Soal perang Rusia-Ukraina, AS menghentikan informasi intelijen untuk Ukraina, kini apa yang akan terjadi sekarang?
Berikut berita selengkapnya.
1. Gaza 'Kiamat' Pangan, PBB: Stok Makanan Hanya Cukup untuk 2 Minggu
Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, warga Gaza terancam mengalami 'kiamat' pangan akibat krisis bahan pangan.
Dalam keterangan resmi yang dikutip dari Arab News, stok bahan makanan yang tersimpan di gudang PBB saat ini hanya cukup untuk menjaga dapur umum selama kurang dari dua minggu,
Hal tersebut, disampaikan PBB usai Israel memblokade bantuan kemanusiaan dan impor bahan pangan yang masuk ke Jalur Gaza.
Israel turut melakukan pemblokiran akses bahan bakar, obat-obatan, dan persediaan penting lainnya.
PM Israel, Benjamin Netanyahu berdalih pemblokiran dilakukan untuk menekan Hamas agar menyetujui usulan utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff terkait perpanjangan gencatan senjata.
Dalam persyaratan tersebut, AS dan Israel menginginkan agar tahap pertama gencatan senjata yang berakhir pada 1 Maret 2025 diperpanjang hingga Paskah.
Baca juga: 100 Negara Akan Hadiri Konferensi Pembangunan Kembali Gaza, Negara Arab Terima Usul Mesir
Namun Hamas menolak perpanjangan sementara karena mereka merasa bahwa proposal tersebut tidak memenuhi tujuan utama dalam hal pembebasan Palestina.
2. Seputar Perundingan Rahasia Nan Langka AS-Hamas: Sapaan dan Ancaman Trump Saat Israel Cemburu
Gedung Putih, Rabu (5/3/2025) mengonfirmasi kalau seorang utusan Amerika Serikat (AS) berbicara langsung dengan pihak gerakan Palestina, Hamas.
Pembicaraan itu, dilaporkan untuk mengamankan pembebasan sandera Amerika yang ada di tangan Hamas.
Hal ini menandai perubahan kebijakan Washington yang telah melabeli Hamas sebagai organisasi teroris.
Di sisi lain, pembicaraan langsung AS-Hamas ini membuat pihak Israel resah dan berbau 'cemburu' karena merasa tidak diberitahu secara jelas oleh pihak Washington.
Namun, Gedung Putih menyatakan, Israel sudah diberitahu akan pembicaraan langsung AS dengan Hamas ini.
3. Kata Pakar soal Potensi Donald Trump Cabut Sanksi terhadap Rusia: Kemenangan Besar bagi Putin
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump dilaporkan siap mencabut sanksi terhadap Rusia, yang dijatuhkan setelah dimulainya invasi skala penuh ke Ukraina.
Langkah ini menandai titik balik kebijakan AS terhadap Rusia selama perang melawan Ukraina.
Gedung Putih tengah mempersiapkan rencana untuk memberikan keringanan sanksi terhadap beberapa entitas dan warga negara Rusia.
Rencana ini merupakan bagian dari negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina, seperti yang dilaporkan Reuters pada Senin (3/3/2025).
Eropa dan negara-negara G7 juga memberlakukan sanksi untuk menekan ekonomi Rusia.
Namun, para analis berpendapat bahwa negara-negara Eropa mungkin tidak punya pilihan lain selain mengikuti langkah AS.
Baca juga: Lavrov: Rusia Tolak Pasukan Eropa di Ukraina dan Macron Sebar Kebohongan soal Kami
4. Hamas Tak Peduli Ancaman Trump, Sebut Hanya untuk Dukung Israel Mundur dari Perjanjian
Presiden AS, Donald Trump, memberikan ancaman kepada Hamas untuk segera membebaskan para sandera yang masih berada di Gaza.
Dalam ancamannya, Trump mengatakan akan membiarkan Israel membunuh semua warga Gaza bila Hamas tak segera membebaskan para sandera.
"Kepada Rakyat Gaza: Masa Depan yang indah menanti, tetapi tidak jika Anda menyandera mereka. Jika Anda melakukannya, Anda MATI! Ambil keputusan yang CERDAS. BEBASKAN SANDERA SEKARANG, ATAU AKAN ADA HUKUMAN YANG HARUS DIBAYAR NANTI!" tulis Trump lewat Truth Social.
Menanggapi ancaman tersebut, Hamas mengatakan pernyataan Trump merupakan dukungan bagi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk menarik diri dari gencatan senjata.
5. AS Setop Pembagian Informasi Intelijen dengan Ukraina, Keunggulan Zelensky di Medan Perang Lenyap?
Amerika Serikat (AS) menghentikan pembagian informasi intelijen dengan Ukraina.
Langkah terbaru pemerintahan Presiden Donald Trump ini tampaknya berpotensi menghambat kemampuan militer Ukraina dalam menargetkan pasukan Rusia di medan perang.
Keputusan ini diumumkan setelah Senin (3/3/2025) kemarin Gedung Putih mengumumkan membekukan sementara bantuan militer ke Ukraina, setelah pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Trump di Ruang Oval berujung debat pedas.
Bagi militer Ukraina, dukungan intelijen AS sangat penting dalam mengidentifikasi dan menyerang target-target strategis Rusia, Financial Times melaporkan.
(Tribunnews.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.