Kamis, 21 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

AS Setop Pembagian Informasi Intelijen dengan Ukraina, Keunggulan Zelensky di Medan Perang Lenyap?

Amerika menghentikan pembagian informasi intelijen dengan Ukraina setelah menangguhkan sementara bantuan militer yang dibutuhkan Zelensky.

YouTube The White House
ZELENSKY DAN TRUMP - Foto ini diambil pada Rabu (5/3/2025) dari YouTube The White House, memperlihatkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (kanan) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) berbincang dalam pertemuan di Gedung Putih pada hari Jumat, 28 Februari 2025. Amerika Serikat menghentikan pembagian informasi intelijen dengan Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) menghentikan pembagian informasi intelijen dengan Ukraina.

Langkah terbaru pemerintahan Presiden Donald Trump ini tampaknya berpotensi menghambat kemampuan militer Ukraina dalam menargetkan pasukan Rusia di medan perang.

Keputusan ini diumumkan setelah Senin (3/3/2025) kemarin Gedung Putih mengumumkan membekukan sementara bantuan militer ke Ukraina, setelah pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Trump di Ruang Oval berujung debat pedas.

Bagi militer Ukraina, dukungan intelijen AS sangat penting dalam mengidentifikasi dan menyerang target-target strategis Rusia, Financial Times melaporkan.

Informasi intelijen yang diterima dari AS selama ini memungkinkan Ukraina untuk melaksanakan serangan presisi, termasuk terhadap pasukan yang bergerak atau sasaran yang sulit dijangkau.

Dengan penghentian ini, Ukraina kehilangan salah satu keunggulan utama di medan perang.

Keputusan AS untuk melarang sekutunya memberikan informasi intelijen kepada Ukraina pertama kali dilaporkan oleh Daily Mail.

AS telah secara resmi memblokir sekutunya untuk berbagi intelijen dengan Ukraina.

Beberapa pejabat menyatakan bahwa negara-negara yang memiliki akses intelijen domestik kemungkinan akan tetap berbagi informasi yang relevan.

Namun, ini tidak berlaku untuk data intelijen sensitif dan bernilai tinggi yang dibutuhkan Ukraina untuk menyerang target yang bergerak cepat, seperti pasukan Rusia yang dapat dipindahkan.

Seorang pejabat senior di negara Barat mengatakan bahwa jika keputusan ini tidak segera dibalik, Ukraina akan menghadapi kesulitan besar.

Baca juga: Trump akan Cabut Pembekuan Bantuan Militer jika Zelensky Teken Perjanjian Mineral Ukraina-AS

"Ini akan menghilangkan keunggulan mereka di medan perang," katanya.

Pertikaian antara Zelensky dan Trump

Keputusan AS ini terjadi setelah ketegangan meningkat antara Presiden Trump dan Presiden Zelensky, yang puncaknya terjadi dalam sebuah pertemuan sengit di Ruang Oval pada Jumat (28/2/2025), Al Jazeera melaporkan.

Hubungan antara Washington dan Kyiv semakin memburuk setelah pertikaian tersebut.

Pada Selasa (4/3/2025), Zelensky mengungkapkan penyesalannya terkait pertemuan tersebut dan menyatakan bahwa Ukraina siap untuk kembali ke meja perundingan dengan AS dan Rusia.

Zelensky bahkan menulis surat kepada Trump, menyatakan kesiapan Ukraina untuk menandatangani kesepakatan yang memberi hak kepada AS untuk mengeksploitasi sumber daya alam Ukraina.

Meskipun hubungan kedua negara memburuk, ada harapan bahwa dukungan militer dapat dilanjutkan jika negosiasi perdamaian berhasil.

Peran Intelijen AS dalam Serangan Presisi

Intelijen yang diberikan AS kepada Ukraina selama ini sangat berperan penting dalam mendukung serangan presisi terhadap pasukan Rusia.

Misalnya, satelit AS membantu Ukraina memantau pergerakan pasukan Rusia dan memberikan peringatan dini terhadap serangan rudal atau pesawat tak berawak.

Mykhailo Samus, seorang pakar militer Ukraina, menjelaskan bahwa untuk melihat pergerakan pasukan, satelit sangat berguna, dan kemampuan AS dalam hal ini sangat krusial.

Selain itu, intelijen AS juga memainkan peran dalam mengidentifikasi dan menghancurkan sasaran bergerak seperti pusat komando Rusia, termasuk membunuh jenderal.

Tanpa dukungan ini, Ukraina mungkin kesulitan untuk melanjutkan serangan yang lebih strategis terhadap pasukan Rusia.

Peluang untuk Kembali ke Meja Perundingan

Pada Rabu (5/3/2025), Mike Waltz, Penasihat Keamanan Nasional AS, mengindikasikan bahwa bantuan militer ke Ukraina mungkin akan dipulihkan jika negosiasi perdamaian dapat dilanjutkan.

Menurut Waltz, jika proses negosiasi mencapai kemajuan dan langkah-langkah membangun kepercayaan dapat dilakukan, maka Presiden Trump mungkin akan mempertimbangkan untuk mencabut penghentian bantuan tersebut.

Selain itu, pemimpin Inggris dan Prancis, Sir Keir Starmer dan Emmanuel Macron, menyatakan kesiapan mereka untuk bekerja dengan Zelensky dalam rencana perdamaian yang akan disampaikan kepada Trump.

Ini memunculkan spekulasi bahwa ketiga pemimpin tersebut dapat berkunjung ke Washington dalam waktu dekat untuk mempercepat proses perundingan.

Baca juga: Kata Pakar soal Potensi Donald Trump Cabut Sanksi terhadap Rusia: Kemenangan Besar bagi Putin

Meskipun hubungan antara AS dan Ukraina tengah mengalami ketegangan, beberapa analis militer menyatakan bahwa Ukraina sudah memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi target-target Rusia melalui sumber terbuka dan intelijen manusia.

Oleh karena itu, meskipun penghentian kerja sama intelijen dengan AS mungkin mengurangi keunggulan militer Ukraina, dampaknya mungkin tidak sebesar yang dibayangkan.

Sementara itu, Inggris dan negara-negara sekutu lainnya diperkirakan akan tetap melanjutkan dukungan intelijen mereka terhadap Ukraina, meskipun AS menghentikan pembagiannya.

Pembatasan ini, jika diperluas lebih jauh, dapat memberikan dampak lebih besar, terutama terhadap informasi strategis yang lebih sensitif.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan