Senin, 25 Agustus 2025

Gempa di Myanmar

Gempa Myanmar Tewaskan 1.644 Orang, Junta Militer Dilaporkan Tetap Gelar Serangan Udara ke Oposisi

Gempa yang berpusat dekat Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar, terasa hingga ke China dan Thailand, meruntuhkan banyak bangunan di wilayah itu.

Tangkapan layar YouTube ABC7
GEMPA MYANMAR - Tangkapan layar YouTube ABC7 pada Minggu (30/3/2025) menunjukkan Salah satu bangunan di Myanmar runtuh akibat gempa 7,7 SR. Junta militer Myanmar telah mengumumkan keadaan darurat, sementara National United Government (NUG), kelompok oposisi yang diusir pada 2021, menyatakan akan menghentikan semua aksi militer ofensif selama dua minggu mulai Minggu untuk mendukung upaya penyelamatan. 

TRIBUNNEWS.COM, YANGOON - Lebih dari 1.600 orang telah dipastikan tewas setelah gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang pusat Myanmar pada Jumat lalu (28/3/2025).

Menurut laporan dari junta militer yang menguasai negara tersebut, jumlah korban tewas telah mencapai 1.644, dengan 2.376 orang terluka dan 30 lainnya masih hilang.

Gempa yang berpusat dekat Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar, terasa hingga ke China dan Thailand, meruntuhkan banyak bangunan di wilayah tersebut.

Thailand melaporkan enam kematian, 26 cedera, dan 47 orang hilang, banyak di antaranya terperangkap di bawah gedung tinggi yang sedang dibangun di dekat Pasar Chatuchak di Bangkok.

Junta militer Myanmar telah mengumumkan keadaan darurat, sementara National United Government (NUG), kelompok oposisi yang diusir pada 2021, menyatakan akan menghentikan semua aksi militer ofensif selama dua minggu mulai Minggu untuk mendukung upaya penyelamatan.

Namun, laporan menunjukkan bahwa junta militer tetap melanjutkan serangan udara di daerah yang dikuasai oposisi.

Menurut Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), gempa ini terjadi pada kedalaman 62 mil dan diikuti oleh gempa susulan berkekuatan 6,4.

Sementara itu, gambar satelit menunjukkan kerusakan parah, termasuk runtuhnya menara kontrol lalu lintas udara di Bandara Internasional Naypyidaw, yang mengakibatkan satu staf tewas.

Operasi kemanusiaan terhambat oleh kerusakan infrastruktur, dengan jalan-jalan utama dan jembatan yang hancur.

OCHA (Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB) melaporkan bahwa rumah sakit di Myanmar tengah dan barat laut kesulitan menangani lonjakan pasien akibat cedera.

Sebanyak 17 truk kargo yang membawa bantuan medis dan tempat tinggal dijadwalkan tiba pada 30 Maret.

Di Bangkok, tim penyelamat menggunakan teknologi canggih seperti drone dan anjing pencari untuk mencari korban yang terjebak di puing-puing gedung yang runtuh.

Gubernur Bangkok, Chadchart Sittipunt, mengumumkan kedatangan mesin X-ray dari Israel untuk mendukung operasi pencarian.

Sementara itu, Raja Charles III dari Inggris menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Myanmar dan pemerintah Inggris berkomitmen untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan senilai £10 juta untuk mendukung respons terhadap bencana ini.

Upaya penyelamatan terus dilakukan di Bangkok, di mana 83 orang masih dilaporkan hilang setelah gedung tinggi yang sedang dibangun runtuh.

"Waktu penyelamatan ditetapkan selama 72 jam, karena kelaparan dan dehidrasi bisa mengancam nyawa," kata Suriyan Rawiwan, direktur Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Bangkok.

Dengan situasi yang semakin mendesak, semua pihak diharapkan dapat bersatu untuk memberikan bantuan kepada para korban gempa yang membutuhkan.

Selamat setelah 30 jam terjebak

Seorang wanita berusia 30 tahun, Phyu Lay Khaing, berhasil diselamatkan setelah terjebak selama 30 jam di reruntuhan Sky Villa Condominium akibat gempa bumi berkekuatan 7,7 Skala Richter yang mengguncang Mandalay pada Jumat, 28 Maret 2025.

Tim penyelamat berhasil mengeluarkannya pada hari Sabtu, 29 Maret 2025, dan segera membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Menurut Kementerian Luar Negeri Taiwan (MOFA), Phyu Lay Khaing tetap dapat berkomunikasi dengan suaminya, Ye Aung, selama terjebak.

"Dia mampu tetap berkomunikasi dengan dunia luar di tengah upaya penyelamatan yang sedang berlangsung," ungkap MOFA, seperti dilansir oleh Focus Taiwan.

Ye Aung, yang juga terjebak namun berhasil diselamatkan lebih dulu, mengaku tidak menyangka bahwa istrinya masih hidup. "Awalnya saya tidak menyangka dia akan hidup," kata Ye Aung kepada AFP, seperti dikutip dari The Strait Times.

Setelah mendengar kabar baik tentang keselamatan istrinya, ia merasa sangat senang.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan