Minggu, 24 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Netanyahu Lanjutkan Perang, Siap Serbu Gaza dengan Kekuatan Penuh dalam Waktu Dekat

Netanyahu bersiap melancarkan serangan besar, operasi tersebut akan dilakukan dengan kekuatan penuh dalam beberapa hari ke depan guna menggertak Hamas

Instagram @b.netanyahu
NETANYAHU BERPIDATO - Foto ini diambil dari Instagram Netanyahu pada Minggu (23/3/2025), Netanyahu bersiap melancarkan serangan besar, operasi tersebut akan dilakukan dengan kekuatan penuh dalam beberapa hari ke depan guna menggertak Hamas. 

TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri (PM) Israel Benyamin Netanyahu menyatakan bahwa militernya akan segera melancarkan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza.

Ia menegaskan bahwa operasi tersebut akan dilakukan "dengan kekuatan penuh" dalam beberapa hari ke depan.

Peringatan itu disampaikan Netanyahu pada Selasa (14/5/2025), di tengah meningkatnya ketegangan dan eskalasi militer di wilayah tersebut.

"Dalam beberapa hari mendatang, kami akan masuk dengan kekuatan penuh untuk menyelesaikan operasi,” ucap Netanyahu dilansir dari Euro News.

“Menyelesaikan operasi berarti mengalahkan Hamas. Itu berarti menghancurkan Hamas," tegas Netanyahu.

Dalam pernyataannya Netanyahu juga menyebut bahwa tekanan internasional tidak akan mempengaruhi keputusan pemerintahan Israel untuk terus melanjutkan operasi militer.

Ia menambah bahwa militer Israel sedang menyelesaikan persiapan akhir sebelum serangan darat besar dilakukan untuk menghancurkan kelompok militan Hamas yang telah menguasai Gaza sejak 2007.

Sebelum peringatan ini dirilis, Israel telah berjanji akan mengintensifkan serangannya, termasuk dengan menguasai seluruh Gaza.

Untuk mempercepat upaya ini beberapa hari sebelum gencatan senjata sebelumnya berakhir pada bulan Maret, Israel memblokir semua impor yang memasuki Jalur Gaza.

Meski upaya ini dikecam karena memperdalam krisis kemanusiaan dan memicu peringatan tentang risiko kelaparan yang makin memburuk di Gaza.

Namun Israel berdalih langkah itu dimaksudkan untuk menekan Hamas agar menerima perjanjian gencatan senjata berdasarkan persyaratan Israel.

Baca juga: Ketegangan Meningkat antara Israel dan AS Terkait Kesepakatan antara Donald Trump dengan Hamas

Israel Gempur RS Gaza

Terbaru dua rumah sakit di Gaza diserang militer Israel dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.

Sedikitnya 30 orang tewas dan puluhan lainnya terluka, imbas serangan mematikan terjadi pada Selasa (13/5/2025) siang di sekitar Rumah Sakit Eropa di Khan Younis.

“Semua orang di dalam rumah sakit pasien, tenaga medis, dan pengungsi berlarian ketakutan. Beberapa masih membawa kruk, ada yang diseret di ranjang, dan banyak yang berteriak mencari anak mereka,” kata jurnalis foto Amro Tabash kepada AFP.

Adapun serangan terjadi kurang dari sehari setelah pembebasan Edan Alexander, tentara Israel-Amerika berusia 21 tahun yang ditawan Hamas sejak Oktober.

Kendati Hamas telah membebaskan Edan Alexander, akan tetapi Israel memandang kelompok tersebut sebagai ancaman aktif.

Menurutnya, pembebasan sandera tidak cukup untuk menghentikan operasi militer karena tujuan utama Israel adalah melemahkan kemampuan militer Hamas sepenuhnya.

Alasan tersebut yang mendorong Israel kembali melancarkan serangan.

Israel menyatakan bahwa operasi di Gaza bertujuan menghancurkan infrastruktur Hamas, termasuk terowongan bawah tanah, pusat komando, dan persenjataan.

Israel Usir warga Palestina dari Gaza

Selain mengintensifkan serangan, Netanyahu juga turut menyatakan dukungannya terhadap rencana yang diusulkan Trump agar warga Palestina dipindahkan dari Jalur Gaza setelah perang.

"Kami telah menyusun pemerintahan yang akan mengizinkan mereka pergi, tetapi masalah kami adalah satu hal, kami membutuhkan negara yang reseptif," kata Netanyahu saat mengunjungi para prajurit yang terluka pada hari Senin.

"Itulah yang sedang kami kerjakan saat ini. Jika Anda memberi lampu hijau, saya katakan bahwa lebih dari 50 persen akan keluar, dan saya rasa jumlahnya jauh lebih banyak." tambahnya.

Israel memandang pemindahan warga Palestina sebagai cara untuk melemahkan basis sosial dan politik Hamas, yang telah menguasai Jalur Gaza sejak 2007.

Dengan mengosongkan wilayah dari penduduk sipil, Israel berharap dapat menghilangkan dukungan terhadap kelompok tersebut.

Pemindahan dianggap oleh sebagian kalangan di Israel sebagai langkah untuk mencegah konflik jangka panjang dengan penduduk lokal di Gaza.

Tanpa populasi sipil yang padat, Israel dapat mengontrol wilayah lebih ketat dengan risiko keamanan yang lebih rendah.

Meski demikian, hingga saat ini belum ada negara yang secara terbuka menyatakan kesediaan menerima gelombang pengungsi Palestina dari Gaza.

Banyak negara Arab menolak gagasan ini karena dianggap sebagai bentuk pembersihan etnis atau pelanggaran terhadap hak warga Palestina untuk kembali ke tanah mereka.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan