Selasa, 14 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Trump Beri Restu Hamas untuk Jaga Keamanan Gaza setelah Geng Mulai Bermunculan

Presiden AS, Donald Trump memberikan lampu hijau kepada Hamas untuk menjaga internal gaza pasca-gencatan senjata dengan Israel.

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nuryanti
Anews/File
SAYAP MILITER HAMAS - Seorang petempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, dalam sebuah parade militer beberapa waktu lalu di Jalur Gaza. Hamas telah diberi restu oleh Presiden AS Donald Trump untuk melakukan operasi keamanan internal di Jalur Gaza setelah geng berbahaya mulai bermunculan. 

Ringkasan Berita:
  • Presiden AS Donald Trump beri restu kepada Hamas untuk menjaga keamanan internal Gaza
  • Hamas dilaporkan terlibat bentrokan sengit dengan anggota "geng berbahaya" di Kota Gaza.
  • Operasi keamanan internal di Jalur Gaza yang dilakukan Hamas ini telah menewaskan 32 anggota geng yang dituduh mencuri bantuan kemanusiaan.

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberi restu kepada Hamas untuk melakukan operasi keamanan internal di Jalur Gaza.

Pernyataan Trump muncul setelah Hamas mengerahkan pasukan untuk mengatasi kekacauan dan penjarahan di wilayah yang hancur akibat konflik.

Mengutip Al Arabiya, Trump menyatakan bahwa pengerahan pasukan keamanan internal oleh Hamas dilakukan karena kelompok tersebut ingin "menghentikan masalah" yang muncul di Gaza.

"Mereka memang ingin menghentikan masalah, dan mereka telah terbuka mengenainya, dan kami memberi mereka persetujuan untuk jangka waktu tertentu," ujar Trump.

Pengerahan pasukan internal Hamas ini bertujuan untuk mencegah kekosongan keamanan, menghentikan aksi penjarahan, dan menanggulangi tindakan melanggar hukum di Gaza.

Hal ini terjadi seiring kembalinya hampir dua juta penduduk ke wilayah yang sebagian besar telah menjadi puing-puing.

"Anda memiliki hampir 2 juta orang kembali ke bangunan yang telah dihancurkan, dan banyak hal buruk bisa terjadi. Jadi, kami ingin itu menjadi—kami ingin itu aman," tambah Trump.

Di tengah operasi ini, pasukan keamanan Hamas dilaporkan terlibat bentrokan sengit dengan anggota "geng berbahaya" di Kota Gaza.

Dikutip dari Reuters, sebuah sumber keamanan Palestina melaporkan bahwa operasi tersebut menewaskan 32 anggota geng yang dituduh mencuri bantuan kemanusiaan.

Insiden tersebut juga menewaskan enam personel Hamas.

Meskipun AS memberikan izin untuk operasi penertiban sementara, proposal perdamaian 20 poin yang diusung Trump untuk mengakhiri perang secara permanen tetap menuntut Hamas dilucuti senjatanya dan mengakhiri kekuasaannya atas Gaza pada fase kesepakatan berikutnya.

Baca juga: Militer Israel Bersiap Hancurkan Terowongan Hamas Usai Gencatan Senjata, Misi Dipimpin Langsung AS

Pihak Hamas sendiri telah dengan tegas menolak tuntutan pelucutan senjata tersebut, menyebutnya sebagai hal yang "tidak bisa dinegosiasikan".

Hamas dan Israel Bertukar Tahanan

Hamas dan Israel telah memulai pertukaran sandera dan tahanan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

Langkah ini diambil menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gaza yang diharapkan dapat mengakhiri konflik dahsyat di wilayah tersebut.

Pertukaran tersebut melibatkan pembebasan 20 sandera Israel yang masih hidup oleh Hamas dan sekitar 2.000 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved