Konflik Palestina Vs Israel
Distribusi Bantuan di Gaza Ricuh, 4 Warga Tewas akibat Terjepit di Kerumunan dan Luka Tembak
Warga Gaza berteriak dan saling dorong serta menghancurkan bangunan agar bisa masuk saat menyerbu gudang makanan PBB.
Penulis:
Nuryanti
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Ratusan warga Palestina menyerbu gudang makanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Gaza, Rabu (28/5/2025).
Dalam upaya putus asa untuk mendapatkan sesuatu untuk dimakan, mereka berteriak dan saling dorong serta menghancurkan bangunan agar bisa masuk.
Dua orang tewas terjepit di antara kerumunan, sementara dua lainnya tewas akibat luka tembak, kata pejabat di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa.
Puluhan pencari bantuan terlihat membawa karung-karung besar berisi tepung saat mereka berjuang keluar menuju sinar matahari di antara kerumunan orang yang berdesakan untuk masuk ke dalam.
Setiap karung tepung beratnya sekitar 25 kilogram.
"Empat orang tewas dalam kekacauan itu," kata pejabat rumah sakit, Kamis (29/5/2025), dilansir AP News.
Kematian itu terjadi sehari setelah kerumunan orang ditembaki saat menyerbu lokasi distribusi bantuan baru di Gaza yang didirikan oleh yayasan yang didukung Israel dan Amerika Serikat (AS).
Peristiwa itu menewaskan satu warga Palestina dan melukai 48 lainnya, kata Kementerian Kesehatan Gaza.
Militer Israel, yang menjaga lokasi itu dari jauh, mengatakan mereka hanya melepaskan tembakan peringatan untuk mengendalikan situasi.
Yayasan itu mengatakan kontraktor militernya yang menjaga lokasi itu tidak melepaskan tembakan.
Rumah sakit lapangan Palang Merah mengatakan 48 orang yang terluka menderita luka tembak, termasuk wanita dan anak-anak.
Baca juga: AS Sponsori Israel, Kirim 90.000 Ton Senjata dan Amunisi Perang Selama Agresi Gaza Berlangsung
Di sisi lain, seorang utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa membandingkan bantuan terbatas yang diizinkan masuk ke Gaza dengan "sekoci penyelamat setelah kapal tenggelam."
Sigrid Kaag, penjabat koordinator khusus PBB untuk Timur Tengah, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa orang-orang yang menghadapi kelaparan di Gaza "telah kehilangan harapan."
"Daripada mengucapkan 'selamat tinggal,' warga Palestina di Gaza sekarang mengucapkan, 'Sampai jumpa di surga'," kata Kaag.
Program Pangan Dunia mengatakan "kebutuhan kemanusiaan telah meningkat tak terkendali" setelah blokade panjang Israel terhadap pasokan yang memasuki Gaza, yang dimulai pada awal Maret 2025 untuk menekan Hamas.
Duta Besar Palestina untuk PBB menangis saat berbicara tentang 1.300 anak yang terbunuh dan 4.000 lainnya terluka sejak Israel mengakhiri gencatan senjata terakhir pada bulan Maret, dan tentang para ibu yang terlihat "memeluk tubuh mereka yang tak bergerak, membelai rambut mereka, berbicara kepada mereka, dan meminta maaf kepada mereka."
Wael Tabsh, seorang pengungsi dari kota Khan Younis, mendesak para pemimpin dunia untuk membantu mengakhiri perang.
"Berapa lama penyiksaan ini akan berlangsung?" tanyanya.
Tuduhan Israel pada PBB
Diberitakan Al Arabiya, Israel menuduh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Rabu berusaha memblokir distribusi bantuan Gaza.
Sementara, badan global itu mengatakan pihaknya melakukan segala upaya untuk memfasilitasi distribusi bantuan terbatas yang disetujui oleh otoritas Israel.
Masalah bantuan telah menjadi fokus tajam di tengah ketakutan akan kelaparan dan kritik keras terhadap blokade bantuan Israel dan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), kelompok bantuan swasta yang didukung AS yang telah melewati sistem yang dipimpin PBB yang telah lama ada di wilayah tersebut.
Baca juga: 40.000 Pejuang Palestina Ada di Gaza, Militer Israel: Ratusan Roket, Terowongan Hamas Masih Kokoh

Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan kepada Dewan Keamanan, bantuan memasuki Gaza melalui truk - berdasarkan otorisasi terbatas oleh Israel di persimpangan Kerem Shalom - dan melalui "mekanisme distribusi baru yang dikembangkan dalam koordinasi dengan AS dan mitra internasional utama."
Danon merujuk pada operasi GHF, yang ia tuduh PBB "coba blokir," dan mengatakan operasi tersebut "menggunakan ancaman, intimidasi dan pembalasan terhadap LSM yang memilih untuk berpartisipasi dalam mekanisme kemanusiaan baru."
Sebagai informasi, pusat distribusi yang didukung Israel di luar kota paling selatan Gaza, Rafah, dibuka pada hari Senin oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza, yang telah dijadwalkan oleh Israel untuk mengambil alih operasi bantuan.
Kerumunan warga Palestina menerobos pagar pada hari Selasa di sekitar lokasi distribusi tempat ribuan orang berkumpul.
Seorang wartawan Associated Press mendengar suara tembakan dan tank Israel serta melihat helikopter militer melepaskan tembakan.
Baca juga: Yair Golan: IDF Dikorbankan ke Gaza Demi Kekuasaan, Netanyahu Menjarah Uang Pajak Israel
PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya telah menolak sistem bantuan baru tersebut, dengan mengatakan bahwa sistem tersebut tidak akan mampu memberi makan 2,3 juta penduduk Gaza dan sistem tersebut memungkinkan Israel menggunakan makanan untuk mengendalikan populasi.
Mereka juga telah memperingatkan risiko gesekan antara pasukan Israel dan orang-orang yang mencari pasokan.
Perang Israel di Gaza telah menewaskan 54.249 warga Palestina dan melukai 123.492 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700, dengan mengatakan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.
Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang ditawan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.