Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Ini Alasan Trump Sulit Hubungi Xi Jinping di Tengah Perang Dagang AS-China
Trump sulit dapat telepon dari Xi Jinping karena perbedaan gaya negosiasi dan ketegangan dagang yang makin memanas antara AS dan China.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sudah berbulan-bulan mengatakan hubungan pribadi dengan Presiden China Xi Jinping akan membuka kunci penyelesaian sengketa dagang terbesar dunia.
Tapi rupanya, Trump kesulitan menghubungi Xi melalui telepon selama berminggu-minggu.
Menurut pejabat AS, pembicaraan telepon antara Trump dan Xi diperkirakan akan terjadi pekan ini, mungkin Kamis (5/6/2025).
Kendati demikian Beijing masih enggan memberi komentar, CNN melaporkan.
Juru bicara Kedutaan China di Washington mengatakan belum bisa memberikan komentar terkait rencana panggilan itu.
Perbedaan sikap kedua pihak dalam menyikapi panggilan ini menunjukkan jurang yang makin lebar antara dua ekonomi terbesar dunia.
Bukan hanya persoalan tarif, mineral kritis, dan komponen teknologi, tapi juga gaya kepemimpinan yang sangat berbeda.
Trump suka bernegosiasi langsung dan spontan dengan Xi, sedangkan China sangat berhati-hati dan biasanya mengikuti protokol ketat.
Pejabat China khawatir dengan gaya Trump yang tidak terduga dan pernah membuat pemimpin asing dalam situasi sulit.
Kepada orang dalam, Trump berulang kali menyatakan harapan dapat segera berbicara dengan Xi.
Sementara itu, mantan pejabat pemerintahan Trump dan Biden menyebut pertemuan dengan Xi selalu sangat terstruktur dan terjadwal rapi.
Baca juga: Trump dan Xi Jinping Siap Tatap Mata, Sinyal Perang Dagang AS VS China Mereda
Misalnya, saat Biden bertemu Xi di San Francisco, bahkan detail kecil seperti bunga di meja sudah dibahas dengan cermat.
Xi biasanya membaca poin-poin pembicaraan yang sudah dipersiapkan dan mengulang hal yang sama dari pertemuan sebelumnya.
Jika ada spontanitas, itu dianggap sebagai bentuk hormat, seperti saat pertemuan terakhir Xi dengan Biden tahun lalu.
Gaya komunikasi ini membuat negosiasi mendetail hampir mustahil tanpa persiapan panjang.
Ini berbeda dengan pendekatan Trump yang ingin langsung turun tangan dan mengendalikan setiap kebijakan dari Kantor Oval.
Trump memandang kesepakatan dengan China sebagai prioritas untuk memperbaiki agenda perdagangan yang terganggu pandemi.
Hubungan personal Trump dan Xi yang dulu dekat saat Trump dilantik pertama kali, kini jauh berbeda.
Xi tidak menunjukkan kesediaan cepat untuk berkunjung ke Mar-a-Lago atau berbicara secara langsung.
Terakhir kali Trump bicara dengan Xi adalah Januari 2025, beberapa hari sebelum pelantikannya.
Setelah itu, ketegangan meningkat akibat tarif baru yang diterapkan Trump hingga 145 persen, diikuti balasan China.
Perang dagang ini meluas ke isu rantai pasok yang dianggap vital untuk keamanan nasional masing-masing negara.
Upaya perundingan di Jenewa bulan lalu sempat menunjukkan kemajuan, namun kemudian AS menuduh China ingkar janji terkait mineral penting.
Selain itu, Trump memperketat pembatasan visa dan ekspor teknologi kepada China.
Ketegangan ini yang mendorong kebutuhan percakapan langsung kedua pemimpin.
Baca juga: PM China Bawa Salam Xi Jinping untuk Prabowo, Tegaskan Masa Depan Bersama
Seorang pejabat senior Gedung Putih menyatakan, “Tim perdagangan memutuskan masalah ini harus diangkat ke tingkat tertinggi.”
Trump diperkirakan akan menyoroti lambatnya China memenuhi janji ekspor mineral krusial.
Ia juga ingin menetapkan batasan baru dalam pembicaraan, meyakini bahwa China akan merugi tanpa kesepakatan perdagangan.
Menteri Keuangan Scott Bessent optimistis pembicaraan ini akan menghasilkan solusi.
Dalam cuitan di Truth Social, Trump menyebut Xi sebagai sosok yang “SANGAT KERAS DAN SULIT DIAJAK BERDAGANG.”
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Sumber: TribunSolo.com
Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Trump Merasa 'Ditampar' saat India, Rusia, dan China Lakukan Pertemuan, Langsung Beri Peringatan |
---|
Trump Tolak Tawaran Manis India: Tarif Nol Persen Tak Lagi Berarti, Sudah Terlambat! |
---|
Industri Otomotif Kehilangan 51.500 Lapangan Kerja Akibat Tekanan Tarif Dagang |
---|
Trump Murka, Siap Gugat ke Mahkamah Agung Usai Tarif Dagang Andalannya Dinyatakan Ilegal |
---|
Acuhkan Ancaman Tarif Trump, India Tingkatkan Ekspor Minyak dari Rusia |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.