Selasa, 30 September 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Ini Alasan Trump Sulit Hubungi Xi Jinping di Tengah Perang Dagang AS-China

Trump sulit dapat telepon dari Xi Jinping karena perbedaan gaya negosiasi dan ketegangan dagang yang makin memanas antara AS dan China.

Editor: Nuryanti
Facebook Donald J. Trump
DONALD TRUMP - Foto ini diambil pada Selasa (11/2/2025) dari publikasi resmi Donald J. Trump pada 20 November 2024 setelah memenangkan Pilpres Amerika Serikat. Pada 10 Februari 2025, Presiden AS Donald Trump mengancam Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dengan neraka di Jalur Gaza jika Hamas menunda pembebasan sandera Israel pada Sabtu (15/2/2025). Hamas sebelumnya mengumumkan penundaan tersebut sebagai ancaman karena Israel terus menerus melanggar perjanjian gencatan senjata. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sudah berbulan-bulan mengatakan hubungan pribadi dengan Presiden China Xi Jinping akan membuka kunci penyelesaian sengketa dagang terbesar dunia.

Tapi rupanya, Trump kesulitan menghubungi Xi melalui telepon selama berminggu-minggu.

Menurut pejabat AS, pembicaraan telepon antara Trump dan Xi diperkirakan akan terjadi pekan ini, mungkin Kamis (5/6/2025).

Kendati demikian Beijing masih enggan memberi komentar, CNN melaporkan.

Juru bicara Kedutaan China di Washington mengatakan belum bisa memberikan komentar terkait rencana panggilan itu.

Perbedaan sikap kedua pihak dalam menyikapi panggilan ini menunjukkan jurang yang makin lebar antara dua ekonomi terbesar dunia.

Bukan hanya persoalan tarif, mineral kritis, dan komponen teknologi, tapi juga gaya kepemimpinan yang sangat berbeda.

Trump suka bernegosiasi langsung dan spontan dengan Xi, sedangkan China sangat berhati-hati dan biasanya mengikuti protokol ketat.

Pejabat China khawatir dengan gaya Trump yang tidak terduga dan pernah membuat pemimpin asing dalam situasi sulit.

Kepada orang dalam, Trump berulang kali menyatakan harapan dapat segera berbicara dengan Xi.

Sementara itu, mantan pejabat pemerintahan Trump dan Biden menyebut pertemuan dengan Xi selalu sangat terstruktur dan terjadwal rapi.

Baca juga: Trump dan Xi Jinping Siap Tatap Mata, Sinyal Perang Dagang AS VS China Mereda

Misalnya, saat Biden bertemu Xi di San Francisco, bahkan detail kecil seperti bunga di meja sudah dibahas dengan cermat.

Xi biasanya membaca poin-poin pembicaraan yang sudah dipersiapkan dan mengulang hal yang sama dari pertemuan sebelumnya.

Jika ada spontanitas, itu dianggap sebagai bentuk hormat, seperti saat pertemuan terakhir Xi dengan Biden tahun lalu.

Gaya komunikasi ini membuat negosiasi mendetail hampir mustahil tanpa persiapan panjang.

Ini berbeda dengan pendekatan Trump yang ingin langsung turun tangan dan mengendalikan setiap kebijakan dari Kantor Oval.

Trump memandang kesepakatan dengan China sebagai prioritas untuk memperbaiki agenda perdagangan yang terganggu pandemi.

Hubungan personal Trump dan Xi yang dulu dekat saat Trump dilantik pertama kali, kini jauh berbeda.

Xi tidak menunjukkan kesediaan cepat untuk berkunjung ke Mar-a-Lago atau berbicara secara langsung.

Terakhir kali Trump bicara dengan Xi adalah Januari 2025, beberapa hari sebelum pelantikannya.

Setelah itu, ketegangan meningkat akibat tarif baru yang diterapkan Trump hingga 145 persen, diikuti balasan China.

Perang dagang ini meluas ke isu rantai pasok yang dianggap vital untuk keamanan nasional masing-masing negara.

Upaya perundingan di Jenewa bulan lalu sempat menunjukkan kemajuan, namun kemudian AS menuduh China ingkar janji terkait mineral penting.

Selain itu, Trump memperketat pembatasan visa dan ekspor teknologi kepada China.

Ketegangan ini yang mendorong kebutuhan percakapan langsung kedua pemimpin.

Baca juga: PM China Bawa Salam Xi Jinping untuk Prabowo, Tegaskan Masa Depan Bersama

Seorang pejabat senior Gedung Putih menyatakan, “Tim perdagangan memutuskan masalah ini harus diangkat ke tingkat tertinggi.”

Trump diperkirakan akan menyoroti lambatnya China memenuhi janji ekspor mineral krusial.

Ia juga ingin menetapkan batasan baru dalam pembicaraan, meyakini bahwa China akan merugi tanpa kesepakatan perdagangan.

Menteri Keuangan Scott Bessent optimistis pembicaraan ini akan menghasilkan solusi.

Dalam cuitan di Truth Social, Trump menyebut Xi sebagai sosok yang “SANGAT KERAS DAN SULIT DIAJAK BERDAGANG.”

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved