Konflik Palestina Vs Israel
IDF Temukan Jenazah Pemimpin Hamas Mohammed Sinwar di Terowongan Bawah Rumah Sakit Gaza
IDF temukan jenazah Mohammed Sinwar, pemimpin Hamas, di terowongan bawah rumah sakit di Gaza. Serangan udara jadi kunci kematiannya.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan telah menemukan jenazah Mohammed Sinwar, salah satu pemimpin senior Hamas, pada Minggu (8/6/2025).
Jenazah Sinwar ditemukan di sebuah terowongan bawah tanah yang terletak di bawah Rumah Sakit Eropa di Khan Younis, Gaza selatan.
Identitas jenazah dipastikan melalui proses pemeriksaan DNA.
Sinwar, yang berusia 49 tahun, tewas dalam serangan udara Israel pada 13 Mei 2025.
Serangan itu menargetkan fasilitas komando bawah tanah Hamas di sekitar rumah sakit.
Operasi dilakukan sehari setelah Hamas membebaskan tentara Israel-Amerika, Edan Alexander.
Menurut IDF, serangan tersebut menghantam pusat komando dan kendali milik Hamas yang bersembunyi di bawah rumah sakit.
Penemuan ini diumumkan dua minggu setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut nama Sinwar sebagai salah satu tokoh Hamas yang telah "dieliminasi".
Dalam pidatonya di parlemen Israel (Knesset), Netanyahu menyatakan, “Kami mengubah wajah Timur Tengah, kami mendorong para teroris keluar dari wilayah kami, kami masuk ke Gaza dengan kekuatan, kami menewaskan puluhan ribu teroris, termasuk Deif, Haniyeh, Yahya Sinwar, dan Mohammed Sinwar.”
Selain jenazah Mohammed Sinwar, IDF juga menemukan jenazah Mohammad Sabaneh, komandan Brigade Rafah Hamas.
Keduanya ditemukan bersama barang-barang pribadi dan dokumen intelijen yang kini dianalisis lebih lanjut.
Baca juga: Israel Incar 4 Pemimpin Hamas setelah Habisi Ismail Haniyeh, Yahya Sinwar, Mohammad Deif
IDF mengizinkan sekelompok jurnalis asing masuk ke Gaza dan memperlihatkan langsung lokasi terowongan tempat jenazah ditemukan.
Video yang dirilis menunjukkan lorong sempit bawah tanah dengan beberapa ruangan berisi pakaian, kursi plastik, dan sebuah senapan.
Salah satu video menunjukkan jenazah yang dibungkus kain putih ditarik keluar dari terowongan dengan tali.
Juru bicara militer Israel Brigjen Effie Defrin mengatakan bahwa ini adalah bukti nyata bahwa Hamas secara sinis menggunakan rumah sakit sebagai markas militer.
“Ini adalah contoh lain dari penggunaan sinis Hamas terhadap warga sipil sebagai perisai manusia, dan pemanfaatan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit,” ujarnya.
Israel berulang kali menuduh Hamas menggunakan fasilitas sipil seperti rumah sakit untuk menyembunyikan senjata dan pusat komando, tuduhan yang dibantah oleh Hamas dan staf medis Gaza.
Serangan-serangan terhadap rumah sakit di Gaza telah memicu keprihatinan internasional.
Banyak fasilitas medis kini lumpuh akibat pertempuran yang intens dan pengepungan.
Pada April lalu, Sekjen PBB António Guterres menyatakan keprihatinan mendalam atas serangan terhadap Rumah Sakit Al-Ahli dan menegaskan bahwa menurut hukum humaniter internasional, “pasien, tenaga medis, dan fasilitas kesehatan harus dilindungi dan dihormati.”
Serangan pada 13 Mei yang menewaskan Sinwar juga menelan korban sipil.
Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan bahwa 28 orang tewas dan lebih dari 50 lainnya terluka dalam serangan itu.
Mohammed Sinwar bergabung dengan Hamas tak lama setelah organisasi itu didirikan pada akhir 1980-an.
Ia menjadi anggota sayap militer Hamas, Brigade Izzedine al-Qassam, dikutip dari BBC dan CNN.
Pada 2005, ia sudah menjabat sebagai komandan Brigade Khan Younis.
Baca juga: Tentara Israel dan Shin Bet Umumkan Pembunuhan Mohammed Sinwar, Hamas Belum Bersuara
Sinwar dikenal dekat dengan tokoh militer Hamas lainnya, termasuk Mohammed Deif, dan disebut-sebut ikut merencanakan serangan besar ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Saudaranya, Yahya Sinwar, yang diyakini sebagai otak serangan tersebut, tewas dalam operasi militer Israel pada Oktober 2024.
Israel meluncurkan operasi besar di Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 orang disandera.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, lebih dari 54.880 orang telah tewas sejak perang dimulai.
Hingga kini, sekitar 54 sandera masih ditahan Hamas, dengan 23 di antaranya diyakini masih hidup.
Meski sejumlah pemimpin Hamas telah tewas, kelompok ini tetap mempertahankan kekuatan militernya di beberapa bagian Gaza.
Israel menyatakan tetap berkomitmen untuk menghancurkan Hamas dan memulangkan semua sandera yang tersisa.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.