Senin, 18 Agustus 2025

Konflik Iran Vs Israel

Harga Minyak Dunia Diprediksi Melonjak, Bisa Tembus Rp 2,1 Juta per Barel Imbas AS Ikut Serang Iran

Harga minyak dunia melonjak tajam usai AS menggempur 3 fasilitas nuklir utama Iran, harganya diproyeksi tembus hingga 130 dolar AS atau Rp 2,1 juta

Freepik
KILANG MINYAK - Foto ilustrasi kilang minyak. Harga minyak mentah diperdagangan pasar global naik tajam usai AS menggempur 3 fasilitas nuklir utama Iran, harganya diproyeksi tembus hingga 130 dolar AS atau Rp 2,1 juta per barel. 

TRIBUNNEWS.COM - Harga minyak dunia diproyeksi melonjak tajam usai Amerika Serikat menggempur tiga fasilitas nuklir utama Iran yakni Fordow, Natanz, dan Esfahan, pada Sabtu (21/6/2025), malam waktu AS.

Keterlibatan AS dalam perang Iran vs Israel lanta memicu kekhawatiran publik terkait adanya perang dunia ke III hingga investor bersiap menghadapi lonjakan harga minyak.

Sejumlah analis dari lembaga keuangan global seperti Citigroup, Goldman Sachs, dan JP Morgan telah memperbarui proyeksi harga minyak karena potensi gangguan besar terhadap pasokan global.

Para analis melaporkan memperkirakan harga minyak jenis Brent bisa naik ke kisaran 75 dolar AS hingga 78 dolar AS per barel jika konflik mengganggu sekitar 1,1 juta barel per hari ekspor minyak Iran.

Namun jika konflik memuncak dan Iran benar-benar menutup Selat Hormuz, harga minyak bisa melonjak ke 120 dolar AS hingga 130 dolar AS per barel atau setara dengan kurs rupiah saat ini yakni Rp 1,9 juta hingga Rp 2,1 juta (Rp 16.200 per dolar AS).

“Pasar energi sangat rentan saat ini. Penutupan Hormuz akan mengganggu tidak hanya pasokan minyak, tapi juga kestabilan ekonomi global,” ujar analis komoditas Citigroup seperti dikutip TheStreet.

Tak hanya minyak mentah, harga produk turunan seperti solar dan avtur juga meningkat pesat. Di Eropa, harga jet fuel melonjak 45 persen, sementara harga solar naik 60 persen akibat kekhawatiran pasokan terganggu dari Timur Tengah.

Goldman Sachs menyatakan bahwa lonjakan harga energi ini berpotensi menambah tekanan inflasi global, terutama di negara-negara yang sangat bergantung pada impor energi seperti negara-negara Eropa dan Asia.

Sementara itu analis JP Morgan memperingatkan investor untuk waspada lantaran pasar akan tetap berfluktuasi dalam beberapa minggu kedepan, tergantung pada respons Iran dan arah kebijakan luar negeri AS serta sekutu-sekutunya.

Harga Minyak Dunia Naik Tajam? Ini Pemicunya

Pemicu utama lonjakan harga minyak akhir pekan ini yaitu serangan Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Iran.

Baca juga: Elit Iran Desak Khamenei Siapkan Balasan: Serang Amerika, Kunci Selat Hormuz!

Serangan ini membuat situasi politik dan keamanan di Timur Tengah memanas.

Iran pun mengancam akan membalas, termasuk dengan menutup Selat Hormuz, jalur laut penting tempat seperlima minyak dunia melewati setiap hari.

Di mana setiap harinya, lebih dari 20 juta barel minyak mentah melewati selat ini. Minyak itu berasal dari negara-negara seperti Arab Saudi, Kuwait, UEA, Irak, dan Iran sendiri, lalu dikirim ke Asia, Eropa, dan Amerika.

Walaupun belum ada blokade resmi di Selat Hormuz, namun ancaman penutupan itu sudah cukup membuat pasar panik. Jika selat itu ditutup, maka jutaan barel minyak tidak bisa dikirim ke negara-negara pembeli seperti Tiongkok, India, Jepang, dan negara-negara Eropa.

Akibatnya, pasokan menjadi terbatas, sementara permintaan tetap tinggi hal inilah yang membuat harga minyak melonjak.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan