Konflik Iran Vs Israel
Iran Sambut Muharram di Tengah Ancaman Perang, Warga Tetap Jalankan Tradisi Ziarah ke Karbala
Iran bersiap menyambut bulan suci Muharram, gelar tradisi Karbala meski dibayangi ketegangan militer akibat konflik dengan Israel dan Amerika Serikat
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Iran bersiap memasuki bulan suci Muharram meski ketegangan politik dan militer yang terus meningkat akibat konflik dengan Israel dan Amerika Serikat.
Dalam keterangan resmi yang dikutip dari Al Jazeera, Pemerintah Iran mengatakan negaranya tengah bersiap memasuki bulan suci Muharram, salah satu momen paling penting dalam kalender Islam meski bayang-bayang perang menghantui.
Adapun peringatan Muharram diperkirakan jatuh pada 26 atau 27 Juni 2025.
Momen ini menjadi waktu khusus bagi umat Muslim Syiah untuk memperingati kematian cucu Nabi Muhammad, Imam Hussein, dalam Pertempuran Karbala pada abad ke-7 di wilayah yang kini menjadi bagian dari Irak.
Namun, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya suasana keagamaan tahun ini dibayangi kekhawatiran, lantaran Iran terus menjadi sasaran serangan udara dari Israel.
Sementara para pemimpin di Teheran juga tengah mempertimbangkan tanggapan militer terhadap pengeboman yang dilakukan oleh Amerika Serikat.
"Rakyat kami akan memperingati bulan suci ini dalam suasana duka yang lebih dalam, bukan hanya karena Karbala, tapi juga karena situasi negara saat ini," ujar seorang warga di Teheran kepada media lokal.
Tradisi Karbala Tetap Berlangsung
Meski Iran diguncang konflik militer dan kekhawatiran atas serangan AS dan Israel, namun persiapan peringatan Muharram tetap berjalan.
Ribuan warga Iran biasanya melakukan perjalanan ke Karbala, Irak, untuk berziarah ke makam Imam Hussein.
Tak hanya itu, mereka juga mengadakan berbagai ritual keagamaan di masjid-masjid Syiah di seluruh negeri.
Baca juga: BREAKING NEWS: Israel Klaim Serang 6 Bandara Iran, Hancurkan 15 Pesawat dan Helikopter Militer
Karbala, sendiri merupakan kota suci di Irak tempat pusat utama peringatan Muharram dan hari Asyura bagi umat Syiah.
Setiap tahun, jutaan peziarah dari Iran dan negara-negara lain datang untuk memperingati peristiwa tragis Pertempuran Karbala, yang menjadi simbol pengorbanan, keadilan, dan perjuangan melawan penindasan.
Kantor berita Fars di Iran bahkan membagikan foto-foto dari dalam makam Imam Hussein, memperlihatkan persiapan yang sedang dilakukan oleh para petugas menjelang kedatangan para peziarah.
Kendati demikian pihak berwenang di Irak kemungkinan besar akan meningkatkan pengamanan di sekitar Karbala dan jalur masuk dari Iran untuk mencegah potensi ancaman atau gangguan keamanan.
Namun secara umum, pemerintah Irak mendukung penuh kelangsungan tradisi Muharram, mengingat Karbala juga menjadi sumber kehormatan spiritual dan ekonomi.
Iran Janji Akan Balas Serangan Musuh
Selama peringatan bulan suci Muharram berlangsung, Iran tidak secara otomatis menghentikan serangan atau aktivitas militer.
Mereka menegaskan akan membalas serangan Amerika Serikat, meski belum menyebutkan kapan dan bagaimana.
Pernyataan itu diperkuat dengan cuitan dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araghchi, yang mengatakan negaranya "siap menyisakan semua opsi dalam menanggapi serangan AS."
Adapun pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers darurat di Teheran, beberapa jam setelah AS mengumumkan mereka telah menggempur tiga fasilitas nuklir utama Iran yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan, menggunakan rudal dan bom penghancur bunker.
"Republik Islam Iran tidak akan tinggal diam. Kami menyisakan semua opsi dalam merespons tindakan militer yang terang-terangan ini," ujar Araghchi.
Meskipun tidak secara eksplisit menyebut bentuk pembalasan, pernyataan "semua opsi terbuka".
Namun ancaman ini mengisyaratkan Iran dapat melakukan balasan militer langsung, serangan siber, maupun aksi asimetris melalui jaringan sekutu regional seperti Hizbullah dan kelompok milisi di Irak atau Yaman.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.