Konflik Iran Vs Israel
Iran Dituduh Langgar Gencatan Senjata, Israel Ancam Serang Balik: ''Teheran Akan Gemetar''
Avigdor Liberman dari pihak oposisi pemerintahan Netanyahu turut ikut memperingatkan agar militer Israel tidak tinggal diam.
Penulis:
Danang Triatmojo
Editor:
Acos Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan kembali memuncak di Timur Tengah setelah politisi Israel menuding Iran melakukan pelanggaran gencatan senjata dengan menembakkan rudal balistik. Teheran membantah keras tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai disinformasi.
Sejumlah tokoh politik Israel mendorong pemerintahan Benjamin Netanyahu untuk segera membalas dugaan serangan rudal Iran, yang disebut terjadi tak lama setelah gencatan senjata diumumkan.
Wakil Ketua Parlemen Israel, Limor Son Har-Melech, menyatakan serangan harus dibalas secara proporsional.
"Keheningan akan dijawab dengan keheningan, rudal akan dijawab dengan?" ujarnya, Selasa (24/6/2025), dikutip dari Daily Mail.
Avigdor Liberman dari pihak oposisi pemerintahan Netanyahu turut ikut memperingatkan agar militer Israel tidak tinggal diam.
"Kita tidak boleh mengabaikan, kita harus segera merespons," katanya.
Baca juga: Trump Isyaratkan Pergantian Rezim Iran usai Serangan ke Fasilitas Nuklir, Gedung Putih Beri Bantahan
Sementara Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich, yang juga anggota sayap kanan dalam kabinet keamanan, memperingatkan Iran.
“Teheran akan gemetar,” tulisnya dalam pernyataan singkat.
Kementerian Pertahanan Israel menyebut telah mendeteksi dua rudal balistik mengarah ke wilayah selatan Israel.
Namun, militer Israel (IDF) menyatakan berhasil mengintersep serangan tersebut setelah sirene peringatan terdengar.
Baca juga: Kosong Sejak Juli 2023, Jabatan Dubes RI untuk AS Masih Tunggu Waktu Tepat dari Istana
Kepala Staf Umum IDF, Letnan Jenderal Eyal Zamir, menilai ini sebagai pelanggaran serius terhadap kesepakatan gencatan senjata.
“Kami akan merespons dengan paksa,” tegasnya.
Menanggapi tudingan itu, Iran membantah keras telah meluncurkan rudal ke wilayah Israel.
Media resmi pemerintah Iran menyatakan laporan Israel adalah “propaganda palsu”, dan menekankan bahwa tidak ada perintah militer untuk menyerang selama periode gencatan.
Bantahan Iran diperkuat pernyataan dari Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran, termasuk militer reguler dan Garda Revolusi.
Mereka menyebut tidak ada aktivitas ofensif yang dilancarkan sejak kesepakatan gencatan berlaku.
Ketegangan ini terjadi beberapa jam setelah pemerintah Israel mengizinkan warganya keluar dari tempat penampungan, menandakan stabilitas situasi pasca-gencatan.
Namun, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, langsung menginstruksikan serangan balasan dengan intensitas tinggi terhadap target di Teheran.
Ia menyebut tindakan itu bagian dari kebijakan resmi Israel bila kesepakatan damai dilanggar.
Kronologi Gencatan Senjata Israel- Iran usai Perang Sengit 12 Hari

Pada medio Juni 2025, konflik militer antara Israel dan Iran mencapai intensitas tinggi, setelah Israel melancarkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran. Iran merespons dengan peluncuran rudal balistik dan drone ke wilayah Israel pada 13–14 Juni 2025.
Ketegangan ini berlangsung selama 12 hari, sebelum akhirnya Amerika Serikat—melalui Presiden Trump—mengumumkan terjalinnya kesepakatan gencatan senjata pada 23 Juni, dengan Qatar berperan sebagai mediator.
Kronologi Gencatan Senjata Israel–Iran:
- 13 Juni 2025 – Israel melancarkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran (Operasi “Rising Lion”).
- 13–14 Juni – Iran membalas dengan meluncurkan lebih dari 150 rudal balistik dan 100 drone ke wilayah Israel.
- Selama 12 hari (13–23 Juni) – Aksi serangan bolak-balik berlangsung intens, menimbulkan kerusakan dan korban di kedua belah pihak .
- 22 Juni – AS menyerang tiga fasilitas nuklir Iran, yang memicu tanggapan Iran berupa serangan rudal ke pangkalan AS di Qatar.
- 23 Juni – Presiden Trump mengumumkan kesepakatan gencatan senjata, yang mulai berlaku secara bertahap. Iran memulai perlambatan ofensifnya, diikuti Israel dalam 12 jam ke depan.
- Qatar menyatakan sebagai mediator, sedangkan Iran dan Israel mengonfirmasi keterlibatan mereka; Israel mengakui sudah menghentikan operasi militer setelah kesepakatan diumumkan.
- 24 Juni pagi (waktu Tehran) – Iran melaporkan tidak ada pelanggaran gencatan oleh negaranya, meskipun ada klaim peluncuran rudal sesaat sebelum pernyataan resmi gencatan masuk .
- 24 Juni siang – Israel mengatakan akan menindak jika Iran terbukti masih melancarkan serangan, sementara PBB menyerukan kepatuhan penuh atas kesepakatan.
- 24–25 Juni – Meski ada ketegangan residual, tidak ada serangan berat baru; ace Israel berada dalam posisi siaga tinggi.
Kesimpulan: Gencatan senjata terjadi setelah 12 hari konflik sengit, dimediasi AS dan Qatar, serta ditandai dengan penundaan serangan oleh kedua belah pihak—walau ketegangan dan risiko pelanggaran tetap ada.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.