Konflik Iran Vs Israel
Trump Umumkan Gencatan Senjata Iran–Israel, Tapi Dunia Ingat Rekam Jejak Kebohongan dan Tipu Daya
Trump umumkan gencatan senjata Iran-Israel. Dunia skeptis, mengingat rekam jejak kebohongan Trump yang panjang.
Penulis:
Gita Irawan
Editor:
Glery Lazuardi
Trump Umumkan Gencatan Senjata Iran–Israel, Tapi Dunia Ingat Rekam Jejak Kebohongan dan Tipu Daya
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa Iran dan Israel telah sepakat mengakhiri perang melalui gencatan senjata total.
Pernyataan itu ia buat pada Senin malam, 23 Juni 2025, lewat media sosial miliknya.
Namun, banyak pihak menanggapi pengumuman tersebut dengan skeptis.
Salah satunya adalah analis Timur Tengah Omar Rahman yang menyebut pengumuman Trump "penuh celah" dan "minim kejelasan".
Baca juga: BREAKING NEWS: Donald Trump Umumkan Israel dan Iran Sepakat Gencatan Senjata
Analis Ragukan Klaim Trump soal Gencatan Senjata
Dalam laporan Al Jazeera, Omar Rahman menekankan tidak adanya penjelasan detail, termasuk proses negosiasi dan langkah lanjutan usai gencatan senjata.
Bahkan, ia menyebut Trump pernah melakukan "penipuan" serupa sebelumnya, mengatasnamakan Israel.
Rahman menyoroti inkonsistensi Trump yang sebelumnya menyatakan akan memutuskan dalam dua pekan apakah akan bergabung dengan Israel untuk menyerang Iran, tetapi justru menyerang dua hari kemudian.
"Kalau ini gencatan senjata terakhir, apakah akan mengakhiri perang? Tentu saja tidak," kata Rahman.
Baca juga: Balas Peringatan Israel di Teheran, Iran Kini Serukan Evakuasi Warga di Tel Aviv
Respons Iran Terhadap Pernyataan Donald Trump
Penasihat Ketua Parlemen Iran, Mahdi Mohammadi, dilaporkan telah merespons pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pads Senin (23/6/2025) waktu setempat bahwa Israel dan Iran telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata.
Dilansir dari Tehran Times, Mahdi mengatakan AS dan Israel telah berbohong terkait hal tersebut.
Ia mengatakan tujuannya adalah untuk menurunkan kewaspadaan Iran.
"AS dan Israel berbohong. Mereka ingin Iran menurunkan kewaspadaannya sehingga mereka dapat meningkatkan ketegangan," tulisnya di X dilansir dari Tehran Times, Selasa (24/6/2025).
Tehran Times juga mencatat Trump sebelumnya berbohong tentang perlunya waktu dua minggu untuk memutuskan apakah akan menyerang situs nuklir Iran.
Tehran Times juga menyebut Trump melibatkan Iran dalam pembicaraan tidak langsung selama dua bulan sementara ia telah memutuskan akan meminta Israel menyerang infrastruktur nuklir, militer, dan sipil Iran.
PM Qatar Perkuat Pernyataan Donald Trump
Perdana Menteri Qatar disebut telah berhasil mendapatkan persetujuan Iran terhadap usulan gencatan senjata Amerika Serikat (AS) setelah menelepon Presiden AS Donald Trump.
Mengutip sumber AS yang tidak disebutkan namanya, Kantor berita Reuters melaporkan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mendapatkan persetujuan Teheran terhadap proposal AS untuk gencatan senjata dalam konflik antara Israel dan Iran saat menelepon pejabat Iran.
"Panggilan telepon itu dilaporkan terjadi usai Trump mengatakan kepada emir Qatar bahwa Israel telah menyetujui gencatan senjata dan meminta bantuan Doha untuk membujuk Teheran agar juga menyetujui kesepakatan gencatan senjata," kata pejabat itu dilansir dari Aljazeera, Selasa (24/6/2025).
Trump Klaim Perang Berakhir, Tapi Iran-Israel Masih Salvo Rudal
Di akun media sosialnya, Trump menyatakan: "Perang akan dianggap berakhir dalam waktu 12 jam setelah misi terakhir diselesaikan."
Pernyataannya itu keluar di saat Iran baru saja menembakkan 19 rudal ke pangkalan AS di Qatar. Meski 18 berhasil dicegat, satu rudal dilaporkan sempat lolos namun tanpa korban.
Tak hanya itu, Trump juga menulis: "Tuhan memberkati Timur Tengah dan dunia."
Hingga kini belum ada konfirmasi resmi dari pihak Israel maupun Iran.
Jejak Kebohongan Trump, 30.000 Lebih dalam 4 Tahun
Sikap dunia yang penuh keraguan pada pernyataan Trump tak lepas dari rekam jejaknya selama menjabat.
Menurut The Washington Post, sepanjang empat tahun masa kepemimpinan, Trump tercatat melontarkan 30.573 klaim palsu.
Kebohongan itu mencakup klaim ekonomi, pemotongan pajak terbesar, popularitas Melania, hingga penciptaan lapangan kerja.
Faktanya, pengangguran justru melonjak hingga 14 persen pada puncaknya.
Oktober 2020 jadi bulan terburuk dengan 3.917 kebohongan.
Bahkan pada 2 November, sehari sebelum Pilpres, ia membuat 503 klaim menyesatkan dalam sehari.
Baca juga: Kondisi Terkini Qatar Pascaserangan Iran ke Pangkalan AS Al Udeid
Bohong soal Iran Minta Negosiasi di Gedung Putih
Trump juga pernah mengklaim bahwa pejabat Iran meminta pertemuan di Gedung Putih.
Pernyataan itu langsung dibantah keras oleh misi Iran di PBB yang menyebut klaim tersebut "memalukan dan pengecut."
"Iran TIDAK akan berunding di bawah tekanan, dan bukan dengan penghasut perang seperti Trump," bunyi pernyataan resmi Iran.
Trump: Kami Tahu Lokasi Khamenei, Tapi Tidak Akan Membunuhnya
Retorika Trump kian membingungkan saat ia mengunggah pernyataan bahwa AS tahu lokasi Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei.
Ia mengatakan tak akan membunuh Khamenei "untuk saat ini."
"Kami tidak ingin rudal ditembakkan ke warga sipil atau tentara Amerika. Kesabaran kami sudah menipis," tulisnya di Truth Social.
Beberapa menit kemudian ia menulis: "MENYERAH TANPA SYARAT!"
Khamenei: Iran Tidak Akan Menyerah!
Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, memberikan respons tegas: "Bangsa Iran tidak akan menyerah pada perdamaian yang dipaksakan."
Khamenei memperingatkan bahwa intervensi militer AS akan berujung pada kerusakan yang tak bisa diperbaiki.
(TRIBUNNEWS.COM/SERAMBINEWS/KOMPAS.COM)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.