Rabu, 13 Agustus 2025

Konflik Iran Vs Israel

Iran Tolak Kekuatan Rudalnya Dibatasi dan Tegaskan Tetap Lakukan Pengayaan Uranium

Iran menolak tunduk terhadap segala bentuk pembatasan atas kekuatan rudalnya dan tetap berkomitmen melakukan pengayaan uranium di dalam wilayahnya.

khaberni/tangkap layar
RUDAL ANTARBENUA - Rudal antarbenua milik Iran, Khaybar yang dilaporkan sudah digunakan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) untuk menyerang Tel Aviv, Israel pada Minggu (22/6/2025). Iran menolak tunduk terhadap segala bentuk pembatasan atas kekuatan rudalnya dan tetap berkomitmen melakukan pengayaan uranium di dalam wilayahnya. 

TRIBUNNEWS.COM - Duta Besar Tetap Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Amir Saeid Iravani, menegaskan Iran menolak tunduk terhadap segala bentuk pembatasan kekuatan rudalnya dan tetap berkomitmen untuk melakukan pengayaan uranium di dalam wilayahnya.

Pernyataan tersebut diungkapkan Iravani dalam sebuah wawancara khus dengan Al-Monitor pada Jumat (27/6/2025).

Iravani menegaskan bahwa sistem pertahanan Iran adalah bagian tak terpisahkan dari kedaulatan nasional, dan tidak akan dinegosiasikan dalam kerangka perjanjian regional ataupun internasional.

"Iran tidak akan menerima pembatasan apa pun atas aktivitas rudalnya. Agresi baru-baru ini menunjukkan dengan jelas bahwa tanpa kemampuan militer Iran, pihak lain tidak akan pernah dipaksa untuk meminta gencatan senjata," kata Amir Saeid Iravani.

Menurut Iravani, Iran tidak akan pernah setuju dan tidak akan membiarkan dilucuti senjatanya dalam mengantisipasi serangan-serangan yang berpotensi terjadi di masa datang.

Selain itu, ia juga menanggapi gencatan senjata setelah perang 12 hari dengan Israel.

Duta Besar Iran itu menyatakan bahwa Iran selalu mencari solusi damai untuk menjawab kekhawatiran global seputar program nuklirnya serta kegiatan pengayaan uranium berdasarkan prinsip-prinsip yang tercantum dalam Non-Proliferation Treaty (NPT) atau perjanjian pembatasan penyebaran senjata nuklir. 

“Iran secara konsisten telah berupaya mencari solusi damai untuk mengatasi potensi kekhawatiran terkait program nuklirnya." 

"Yang penting adalah hak-hak Iran sebagai anggota NPT yang bertanggung jawab diakui dengan baik. Kami tidak menginginkan lebih atau kurang dari hak-hak yang diberikan kepada anggota NPT lainnya,” kata Iravani.

Lebih lanjut, ia menyebutkan NPT menjamin hak untuk melakukan riset, produksi, dan penggunaan energi nuklir secara damai. 

Baca juga: Iran Gelar Upacara Pemakaman Akbar untuk 60 Korban Serangan Israel-Amerika, Ribuan Orang Hadir

Oleh karenanya, Iran tetap teguh pada hak untuk memproduksi sendiri bahan bakar nuklir di dalam negeri.

Dilansir dari Press TV, berkaitan dengan usulan AS supaya Iran bergabung dalam konsorsium regional untuk pengayaan uranium, Iravani menyatakan negaranya terbuka terhadap kerja sama, namun menekankan konsorsium hanya dapat menjadi pelengkap, bukan pengganti program nuklir nasional Iran.

Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa Iran siap bekerja sama dengan negara-negara regional yang memiliki reaktor nuklir, baik dalam aspek keselamatan maupun pasokan bahan bakar, tetapi tidak akan menyerahkan kendali atas pengayaan ke luar negeri.

"Iran masih bersikeras bahwa pengayaan harus dilakukan di wilayahnya sendiri. Sebuah konsorsium mungkin berfungsi sebagai pelengkap program nuklir kami, tetapi sama sekali bukan penggantinya," katanya.

Perwakilan Iran itu menyebut bahwa Iran bersedia menyimpan uranium 60 persen dan 20 persen hasil pengayaan di bawah pengawasan IAEA, atau bahkan mengekspornya sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran seperti yang dilakukan Iran dalam kerangka JCPOA di masa lalu.

“Kami siap mentransfer stok uranium yang diperkaya 60?n 20 persen ke negara lain dan memindahkannya keluar dari wilayah Iran sebagai imbalan menerima yellowcake,” terang Iravani.

Tentang isu penangguhan kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iravani membenarkan bahwa Parlemen Iran telah mengesahkan undang-undang yang mewajibkan penangguhan sebagian kerja sama teknis dengan badan tersebut.

“Hal ini bukan berarti Iran keluar dari NPT. Tapi ketika IAEA gagal menjalankan kewajibannya, tidak masuk akal jika Iran tetap sepihak memenuhi komitmennya.”

Penangguhan ini, menurut Iravani, adalah respons atas kegagalan IAEA dalam menunjukkan sikap profesional dan netral.

Terutama setelah serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran tidak mendapat kecaman dari badan tersebut.

Iravani juga menekankan bahwa setiap kemungkinan kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat harus menghormati.

“Hak Iran sebagai anggota NPT yang bertanggung jawab,” tandasnya.

(Tribunnews.com/M Alvian Fakka)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan