Cuaca Ekstrem Melanda Prancis, Menara Eiffel Ditutup Sementara Akibat Gelombang Panas
Cuaca panas ekstrem kembali melanda sebagian besar wilayah Eropa, dengan Prancis menjadi salah satu negara yang paling terdampak.
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Cuaca panas ekstrem kembali melanda sebagian besar wilayah Eropa, dengan Prancis menjadi salah satu negara yang paling terdampak.
Di tengah lonjakan suhu yang memecahkan rekor, pemerintah Prancis memberlakukan peringatakn gelombang panas tingkat merah, peringatan tertinggi untuk 16 departemen, termasuk Île-de-France, wilayah yang mencakup ibu kota Paris.
Akibat kondisi cuaca yang memburuk, puncak Menara Eiffel, ikon wisata paling terkenal di Paris, ditutup sementara pada Selasa (1/72025) dan Rabu (2/7/2025) demi alasan keselamatan.
Suhu di ibu kota diperkirakan mencapai 38,3°C atau sekitar 101°F, menjadikannya salah satu hari terpanas di musim panas ini, dikutip dari ABC News.
Penutupan tersebut diumumkan di situs resmi Menara Eiffel.
Entri terakhir bagi pemegang tiket ditetapkan pada pukul 14.30 waktu setempat, dan pengunjung tanpa tiket diminta menunda kunjungan mereka hingga setelah Kamis.
“Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Selama periode suhu tinggi ini, harap ingat untuk melindungi diri dari sinar matahari dan tetap terhidrasi secara teratur,” tulis pihak pengelola, dikutip dari CNN.
Fasilitas air mancur juga telah disediakan di area halaman depan monumen untuk membantu pengunjung yang terlanjur datang dan membutuhkan perlindungan dari suhu ekstrem.
Gelombang Panas Laut
Gelombang panas kali ini dipicu oleh kombinasi fenomena laut panas di Mediterania dan kubah panas atmosfer yang memperkuat suhu ekstrem di daratan Eropa.
Suhu air laut di wilayah Mediterania tercatat 9°C lebih hangat dari rata-rata, terutama di bagian barat yang mencakup wilayah selatan Prancis.
Baca juga: Gelombang Panas di Jepang Mulai Telan Korban Jiwa, Seorang Wanita Meninggal di Saitama
Kondisi ini menciptakan siklus umpan balik yang memperparah gelombang panas dan menjaga kelembaban tetap tinggi bahkan di malam hari.
Aliran udara panas dari Afrika Utara turut memperkuat intensitas gelombang panas laut dan darat, memperluas cakupan panas ekstrem ke negara-negara Eropa lainnya.
Rekor Suhu Baru di Eropa
Gelombang panas telah memecahkan rekor suhu di berbagai negara Eropa.
Di Spanyol, Kota El Granado mencatat suhu tertinggi untuk bulan Juni sebesar 46°C, sedangkan Kota Mora di Portugal bahkan mencapai 46,6°C.
Badan meteorologi setempat mengonfirmasi bahwa ini adalah rekor nasional baru untuk bulan tersebut.
Di Inggris, suhu telah menembus angka 90°F (sekitar 32°C), memicu kekhawatiran karena mayoritas rumah di sana belum dilengkapi dengan sistem pendingin udara.
Jerman juga diperkirakan mengalami lonjakan suhu baru sebelum serangkaian front dingin bergerak masuk dari barat.
Menurut Samantha Burgess dari Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa, suhu yang tercatat pada akhir Juni hingga awal Juli ini lebih mirip suhu puncak musim panas di bulan Agustus.
“Gelombang panas Juni–Juli saat ini membuat jutaan warga Eropa terpapar tekanan panas tinggi,” ujarnya.
Para ilmuwan iklim menegaskan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia telah mempercepat frekuensi, intensitas, dan durasi gelombang panas.
Eropa kini menjadi benua yang memanas dua kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global.
Sementara itu, kebakaran hutan telah dilaporkan di beberapa negara. Di Prancis, hampir 400 hektar lahan terbakar di Aude, wilayah barat daya negara tersebut.
Di Turki, lebih dari 50.000 orang dievakuasi akibat kebakaran besar di Provinsi Izmir dan Manisa.
Dengan meningkatnya intensitas cuaca ekstrem, para ahli kembali menyerukan perlunya langkah tegas dan terkoordinasi untuk memperlambat laju perubahan iklim serta memperkuat sistem adaptasi dan mitigasi di kawasan Eropa dan dunia.
(Tribunnews.com/Farra)
Artikel Lain Terkait Menara Eiffel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.