Konflik Palestina Vs Israel
Netanyahu Janji Lenyapkan Hamas saat Proposal Gencatan Senjata Dibahas, Berdalih Bebaskan Sandera
Netanyahu berjanji akan membasmi Hamas ketika Hamas mengatakan sedang membahas proposal baru dari mediator untuk gencatan senjata di Gaza.
Penulis:
Nuryanti
Editor:
Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji untuk membasmi Hamas, Rabu (2/7/2025).
Pernyataan Netanyahu disampaikan ketika Hamas mengatakan sedang membahas proposal baru dari mediator untuk gencatan senjata di Gaza.
Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan, pihaknya sedang mempelajari proposal terbaru dan bertujuan "untuk mencapai kesepakatan yang menjamin diakhirinya agresi, mencapai penarikan (pasukan Israel dari Gaza), dan segera membantu rakyat kami di Jalur Gaza."
Namun Netanyahu bersumpah: "Kami akan membebaskan semua sandera kami, dan kami akan melenyapkan Hamas. Hamas tidak akan ada lagi," dalam komentar yang direkam di kota Ashkelon dekat perbatasan utara Gaza.
Dari 251 sandera yang ditawan oleh militan Palestina pada Oktober 2023, 49 masih ditahan di Gaza, termasuk 27 yang menurut militer Israel tewas.
Dilansir Al Arabiya, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa'ar sebelumnya mengatakan, ia melihat “beberapa tanda positif,” di tengah tingginya tekanan untuk membawa pulang para sandera.
"Kami serius dalam keinginan kami untuk mencapai kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata," katanya.
"Tujuan kami adalah untuk memulai perundingan jarak dekat sesegera mungkin," imbuh dia.
Seorang sumber Palestina yang mengetahui negosiasi yang dimediasi tersebut mengatakan kepada AFP, "tidak ada perubahan mendasar dalam proposal baru" yang sedang dibahas dibandingkan dengan persyaratan sebelumnya yang diajukan oleh Amerika Serikat.
Sumber tersebut mengatakan, usulan baru tersebut “termasuk gencatan senjata selama 60 hari, di mana Hamas akan membebaskan setengah dari tawanan Israel yang masih hidup di Jalur Gaza, sebagai imbalan atas pembebasan sejumlah tahanan dan tahanan Palestina oleh Israel.”
Trump Klaim Kesepakatan Gencatan Senjata Makin Dekat
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan Israel telah menyetujui persyaratan gencatan senjata baru selama 60 hari dengan Hamas.
Diberitakan AP News, Washington akan bekerja sama dengan kedua belah pihak selama waktu tersebut untuk mencoba mengakhiri perang lebih dari 20 bulan di Gaza.
Baca juga: Direktur RS Indonesia di Gaza Tewas Diserang Israel, PKS: Ini Kejahatan Luar Biasa
Upaya untuk mencapai gencatan senjata sedang berlangsung setelah serangan kuat Israel dan Amerika terhadap fasilitas nuklir di Iran, yang telah lama mendukung Hamas, dan beberapa hari sebelum Trump dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Washington.
Sementara itu, Netanyahu belum mengomentari klaim Presiden AS Donald Trump, Israel telah mendukung rencana gencatan senjata 60 hari dalam serangannya terhadap Hamas di wilayah yang dilanda perang.
Namun, seminggu menjelang pembicaraan yang dijadwalkan dengan Trump di Washington, ia bersumpah untuk “menghancurkan” Hamas “sampai ke akar-akarnya.”
Di sisi lain, Hamas mengatakan pihaknya “melaksanakan konsultasi nasional untuk membahas” proposal yang diajukan dalam negosiasi yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir.
Perang selama hampir 21 bulan telah menciptakan kondisi kemanusiaan yang mengerikan bagi lebih dari dua juta orang di Jalur Gaza, tempat Israel baru-baru ini memperluas operasi militernya.
Badan pertahanan sipil mengatakan, pasukan Israel telah menewaskan 47 orang pada Rabu (2/7/2025).
Di antara yang tewas adalah Marwan Al-Sultan, direktur Rumah Sakit Indonesia, klinik utama di utara Gaza, kata pejabat Palestina.
Di Gaza selatan, juru bicara pertahanan sipil Mahmud Bassal mengatakan kepada AFP bahwa lima anggota keluarga yang sama tewas dalam serangan udara Israel pada hari Rabu yang menghantam sebuah tenda yang menampung orang-orang terlantar di daerah Al-Mawasi.
Meskipun dinyatakan sebagai zona aman oleh Israel pada Desember 2023, Al-Mawasi telah berulang kali terkena serangan Israel.
Rekaman AFP dari daerah tersebut menunjukkan tenda-tenda darurat hancur berkeping-keping saat warga Palestina mengais-ngais reruntuhan bangunan sambil mencoba menyelamatkan barang-barang mereka yang tersisa.
"Mereka datang ke sini karena mengira itu daerah aman, lalu mereka dibunuh. Apa yang mereka lakukan?" kata seorang warga, Maha Abu Rizq, di tengah-tengah kehancuran.
Baca juga: Angin Segar Perdamaian di Gaza: Hamas Terima Proposal Gencatan Senjata, Israel Ingin Damai

Rekaman AFP dari kota Khan Yunis yang terletak di dekatnya memperlihatkan bayi-bayi yang berlumuran darah dilarikan ke Rumah Sakit Nasser.
Seorang pria menggendong seorang anak yang wajahnya berlumuran darah sambil berteriak: "Anak-anak, anak-anak!"
Pembatasan media di Gaza dan kesulitan dalam mengakses banyak daerah membuat AFP tidak dapat memverifikasi secara independen jumlah korban dan rincian yang diberikan oleh penyelamat.
Dihubungi oleh AFP, militer Israel mengatakan, pihaknya “beroperasi untuk membongkar kemampuan militer Hamas” sesuai dengan “hukum internasional, dan mengambil tindakan pencegahan yang layak untuk mengurangi kerugian warga sipil.”
Pernyataan tersebut menyatakan, seorang sersan berusia 19 tahun dari pasukannya “jatuh saat pertempuran di Jalur Gaza utara.”
Adapun Israel melancarkan serangannya sebagai respons atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang mengakibatkan kematian 1.219 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Serangan militer balasan Israel telah menewaskan 57.012 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikuasai Hamas itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menganggap angka-angka tersebut dapat diandalkan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.