Konflik Palestina Vs Israel
Hamas Dilaporkan Setuju Gencatan Senjata 60 Hari dengan Israel, Diumumkan Beberapa Jam Lagi
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan Maariv menyatakan bahwa Hamas dan faksi-faksi Palestina menyetujui kesepakatan gencatan senjata 60 hari.
Penulis:
Whiesa Daniswara
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Gerakan perlawanan Palestina atau Hamas dilaporkan telah menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Israel selama 60 hari pada Jumat (4/7/2025).
Saat ini, Hamas tengah melakukan pertemuan dengan faksi-faksi Palestina untuk membahas usulan gencatan senjata yang diinisiasi oleh Amerika Serikat (AS) dan Qatar.
Nantinya, dalam beberapa jam ke depan, Hamas akan mengeluarkan pengumuman resmi hasil pertemuan mereka dengan faksi-faksi Palestina.
Kabinet keamanan bersidang pada Kamis malam, untuk membahas laporan yang dibagikan oleh kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Hamas.
Dilansir The Jerusalem Post melalui saluran Al-Aqsa, melaporkan Hamas menanggapi positif kesepakatan tersebut.
Kesepakatan dicapai setelah perundingan yang terhenti selama berbulan-bulan, setelah AS menambahkan usulan ke dalam kesepakatan itu.
"Presiden (Donald) Trump akan berkomitmen bahwa negosiasi mengenai persyaratan untuk mengakhiri perang akan terus berlanjut bahkan setelah gencatan senjata sementara, dan akan melakukan segala hal yang dapat dilakukannya untuk membantu para pihak menyetujui persyaratan untuk gencatan senjata permanen, " demikian laporan N12.
Saat ini, ada 50 sandera Israel yang ditahan di Gaza, kurang dari setengahnya masih hidup.
Sementara itu, Presiden AS, Donald Trump, berjanji akan memberikan "rasa aman" kepada warga Gaza pascaperang.
Trump mengatakan warga Gaza telah "mengalami neraka", sambil menghindari pertanyaan wartawan tentang apakah ia masih berencana agar AS mengambil alih Jalur Gaza.
"Saya ingin warga Gaza aman," katanya, dikutip dari The Times of Israel.
Baca juga: Israel Punya Antek-antek Baru, 2 Geng Bersenjata Palestina Perangi Hamas di Gaza dan Khan Yunis
"Mereka telah melalui neraka," lanjutnya.
Trump juga mengatakan Iran ingin berbicara dengan AS, dan ia akan bertemu dengan perwakilan negara tersebut "jika diperlukan".
"Iran memang ingin berbicara, dan saya rasa mereka juga ingin berbicara kepada saya, dan sekaranglah saatnya mereka melakukannya," ungkap Trump.
"Kami tidak ingin menyakiti mereka. Kami ingin membiarkan mereka menjadi sebuah negara lagi," tegasnya.
Alasan Trump Usulkan Gencatan Senjata 60 Hari
Ada alasan tersendiri mengapa Trump "hanya" mengusulkan gencatan senjata selama 60 hari kepada Hamas, bukan secara permanen.
Ternyata, Trump ingin menyelamatkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dari penggulingan jabatan yang dilakukan oleh kelompok sayap kanan ekstrem.
Jika Benjamin Netanyahu menyetujui gencatan senjata permanen, kelompok sayap kanan ekstrem dalam koalisinya akan meruntuhkan pemerintahannya.
Baca juga: Hamas Sambut Proposal Baru AS, Sepakat Tak Gelar Selebrasi Pembebasan Sandera
Dikutip dari Sky News, Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich telah menyatakan keinginan mereka agar perang terus berlanjut.
Mereka memegang keseimbangan kekuasaan dalam koalisi Netanyahu.
Jika Netanyahu malah setuju untuk hanya menunda perang selama 60 hari - yang di dalam negeri dapat ia jual sebagai sekadar jeda - maka hal itu dapat menenangkan kaum sayap kanan ekstrem selama beberapa minggu hingga parlemen Israel, Knesset, ditunda untuk musim panas.
Bukanlah suatu kebetulan pula, Trump telah meminta agar persidangan korupsi Netanyahu dibatalkan.
Tanpa prospek penjara, Netanyahu mungkin lebih bersedia untuk menghentikan perang, karena yakin, fokus tidak akan segera beralih ke kerentanan politik dan hukumnya sendiri.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.