Minggu, 17 Agustus 2025

Menelusuri Complexo da Mare Brasil, Permukiman Kumuh di Rio de Janeiro yang Buat Polisi Pun Takut

Di balik gemerlap pantai Copacabana dan hiruk-pikuk pusat kota Rio de Janeiro, Brasil berdiri sebuah kawasan yang jarang masuk brosur wisata.

Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Igman Ibrahim
COMPLEXO DE MARE - Penampakan tembok beton yang membatasi Complexo da Mare dan akses jalan tol menuju pusat kota di Rio De Janerio, Brasil, Jumat (4/7/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, RIO DE JANEIRO – Di balik gemerlap pantai Copacabana dan hiruk-pikuk pusat kota Rio de Janeiro, Brasil berdiri sebuah kawasan permukiman yang jarang masuk brosur wisata. 

Namanya Complexo da Maré, rumah bagi lebih dari 100 ribu jiwa, sekaligus menjadi simbol paling nyata dari ketimpangan urban di Brasil.

Albert, staf lokal KBRI untuk Brasil, menyebut da Mare sebagai satu area paling dihindari aparat penegak hukum. 

“Polisi takut untuk masuk ke sana,” kata Albert saat ditemui di sela-sela kunjungan jurnalis Indonesia ke KTT BRICS, Jumat (5/7/2025).

Bukan tanpa alasan, permukiman ini dikenal sebagai sarang konflik bersenjata antara geng narkoba dan aparat keamanan.

Baca juga: Daftar Kepala Negara akan Hadiri KTT BRICS di Brasil, Ada Prabowo, Putin  dan Xi Jinping Absen

Bahkan, untuk membatasi dampaknya ke jalan bebas hambatan, pemerintah Brasil membangun tembok beton tinggi di sepanjang sisi da Mare.

“Tempat ini sengaja dikasih tembok beton karena khawatir dampaknya masuk ke highway. Sering terjadi tembak-menembak di sini,” ujar Albert.

Pantauan Tribunnews.com di lokasi, de Mare memang terletak tak jauh dari bandara internasional Galeo, Rio de Janeiro.

Baca juga: Menlu Sugiono: Indonesia Siap Bergabung dengan New Development Bank Buatan BRICS

Di sana, terlihat tumpukan permukiman padat penduduk seperti Jakarta.

Bedanya, di sana memperlihatkan pemandangan yang lebih mirip zona perang daripada permukiman warga sipil.

Ada mobil lapis baja polisi, dan pos penjagaan bersenjata terlihat berjaga di sepanjang perimeter.

Namun, penjagaan itu bisa saja diperketat karena menjelang KTT BRICS yang berlangsung dua hari lagi.

Menurut Albert, sebagian besar warga da Mare hidup dalam kondisi ekonomi ekstrem.

Banyak di antaranya terpaksa bergantung pada penghasilan ilegal. 

“Banyak yang bekerja sebagai pengedar narkoba dan obat bius,” jelas Albert.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan