Krisis Myanmar
Junta Myanmar Luncurkan Serangan Udara ke Biara Buddha, 23 Orang Tewas Termasuk 4 Anak-anak
Setidaknya 23 orang dilaporkan tewas, termasuk empat anak-anak, akibat serangan di sebuah biara di sebuah desa di wilayah Sagaing, Myanmar
Penulis:
Bobby W
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 23 orang dilaporkan tewas, termasuk empat anak-anak, akibat serangan di sebuah biara di sebuah desa di wilayah Sagaing, Myanmar, ungkap saksi mata di lokasi kejadian pada Jumat (11/7/2025).
Dikutip dari Reuters, Biara Buddha di desa Lintalu tersebut diserang pada Jumat dini hari.
Phoe Kaine, seorang penduduk Lintalu yang tinggal dekat biara, mengatakan kepada Reuters bahwa selain 23 korban tewas yang terkonfirmasi, masih banyak korban luka akibat serangan tersebut.
"Kami sedang mengevakuasi pasien yang membutuhkan perawatan medis segera sebagai bagian dari upaya penyelamatan dan bantuan yang terus berlangsung," ujar Phoe Kaine.
Adapun penyerangan tersebut diduga terjadi lantaran kelompok pro-demokrasi yang mengelola sebagian wilayah tengah Myanmar kerap beroperasi di biara tersebut.
Hlaing Bwa, kepala Administrasi Rakyat Distrik Sagaing, membenarkan asumsi tersebut,
Ia menyebutkan bahwa biara tersebut setidaknya menampung sekitar 200 orang yang mengungsi akibat pertempuran antara junta militer dan kelompok pro-demokrasi di wilayah sekitarnya.
Terkait penyerangan yang terjadi pada biara, Hlaing Bwa meyakini bahwa serangan udara tersebut dilancarkan oleh Dewan Administrasi Negara yang merupakan bagian dari junta militer yang secara de facto berkuasa di Myanmar.
Koresponden Reuters sendiri belum dapat memverifikasi secara langsung jenis serangan tersebut.
Juru bicara junta Myanmar juga belum mau merespons permintaan komentar apapun terkait serangan tersebut
Seorang juru bicara Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), pemerintah sipil paralel yang mencatat serangan udara, juga belum memberikan respons atas permintaan komentar.
Baca juga: Indonesia Tempuh Diplomasi Pertahanan untuk Selamatkan WNI Selebgram yang Dipenjara di Myanmar
Myanmar sendiri telah dilanda konflik sejak militer menindak protes terhadap kudeta pada tahun 2021.
Kudeta yang berlangsung saat pandemi ini berhasil menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh peraih Nobel Aung San Suu Kyi.
Beberapa hari setelah gempa bermagnitudo 7,7 mengguncang Sagaing pada 28 Maret, pemerintah kemudian mengumumkan gencatan senjata sementara untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan membantu pemulihan daerah tersebut.
Adapun langkah ini diambil menyusul kebijakan serupa yang diluncurkan oleh kelompok anti-junta bersenjata.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.