Konflik Suriah
Suriah Cap Israel Biang Kerok Kekacauan Usai Gempur Sweida, Tewaskan 350 Warga
Presiden Al Sharaa menyebut Israel sebagai dalang di balik kekacauan yang melanda Provinsi Sweida dan Damaskus hingga menewaskan ratusan warga sipil
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Yurika NendriNovianingsih
TRIBUNNEWS.COM - Presiden sementara Suriah Ahmed Al Sharaa menuding Israel sebagai dalang di balik kekacauan dan kerusakan yang melanda Provinsi Sweida dan Damaskus.
Pernyataan ini ia sampaikan setelah serangkaian serangan udara brutal yang dilancarkan Israel dalam beberapa hari terakhir, memicu krisis sektarian dan menewaskan ratusan orang.
“Entitas Israel, yang secara konsisten mengincar stabilitas kami dan menebar perpecahan sejak jatuhnya rezim sebelumnya, kini kembali berupaya mengubah tanah suci kami menjadi arena kekacauan yang tak berkesudahan,” ujar Sharaa dikutip dari Al Jazeera.
Adapun ketegan ini terjadi buntut serangan Israel dengan kelompok bersenjata Druze, suku Badui, dan pasukan pemerintah Suriah di Sweida.
Pemerintah Israel berdalih serangan tersebut dilakukan untuk melindungi komunitas Druze yang mereka anggap sebagai sekutu.
“Militer kami bekerja untuk menyelamatkan saudara Druze kami dan mengakhiri rezim geng,” ujar Netanyahu.
Namun, Sharaa dengan tegas memperingatkan komunitas Druze untuk tidak terjebak dalam pengaruh eksternal.
“Kami menolak upaya apapun yang menyeret Anda ke tangan pihak luar,” katanya, sembari menegaskan bahwa hak dan keamanan warga Druze adalah tanggung jawab penuh negara Suriah.
Dalam pidatonya, Sharaa juga mengumumkan penyerahan wewenang keamanan di Sweida kepada para pemuka agama dan faksi lokal sebagai bentuk solusi jangka pendek untuk meredam konflik sektarian.
Keputusan ini diambil menyusul laporan bahwa lebih dari 350 orang tewas dalam eskalasi kekerasan dalam beberapa hari terakhir.
Sharaa pun menyampaikan pesan tegas kepada Israel, menyebut bahwa pihaknya tidak takut pada perang, namun mengedepankan keselamatan rakyat Suriah.
Baca juga: Viral, Beda Respons Penyiar Suriah dan Iran saat Israel Menyerang, Sahar Emami Tak Sembunyi
“Siapa pun yang memulai perang dengan Suriah akan menyesalinya. Kami telah menghadapi banyak tantangan, tapi prioritas kami adalah mencegah kehancuran lebih luas,” katanya.
Gencatan Senjata Telah Berlaku
Setelah eskalasi ketegangan yang intens antara Suriah dan Israel, tercatat adanya upaya diplomatik yang berhasil menenangkan situasi di Provinsi Sweida, meskipun ketegangan tetap tinggi di kawasan selatan dan Damaskus.
Menteri Pertahanan Suriah Murhaf Abu Qasra mengumumkan pada Selasa malam (15/7/2025) bahwa gencatan senjata telah disepakati antara pemerintah Suriah dan komunitas Druze di Sweida melalui mediasi Amerika Serikat, Turki, serta negara-negara Arab lainnya.
Gencatan ini ditandai dengan penarikan pasukan pemerintah dari kota setempat dan pengalihan pengamanan ke faksi lokal dan pemimpin agama serta pembentukan komite pengawasan bersama .
Pemerintahan AS di bawah Presiden Donald Trump dilaporkan aktif memimpin upaya mediasi antara Suriah dan Israel.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyebut situasi sebagai "kesalahpahaman" dan menyebut partai-partai terkait telah menyetujui langkah-langkah konkret untuk meredam krisis semalam.
Kendati gencatan senjata antara pemerintah Suriah dan komunitas Druze di Sweida telah berlaku.
Namun, hubungan antara Suriah dan Israel belum mencapai gencatan menyeluruh, karena serangan udara Israel masih berlangsung di berbagai lokasi dan meningkatkan risiko konflik terbuka skala wilayah Sudah terjadi upaya de-eskalasi diplomatik.
Ribuan Warga Mengungsi
Terpisah, situasi kemanusiaan di Suriah, khususnya di Provinsi Sweida dan ibu kota Damaskus, dilaporkan memburuk drastis setelah serangkaian serangan udara oleh militer Israel dalam beberapa hari terakhir.
Organisasi kemanusiaan internasional dan lokal melaporkan lonjakan signifikan jumlah pengungsi internal (IDPs), sementara layanan dasar seperti listrik dan air bersih terganggu di sejumlah wilayah terdampak.
Laporan dari UNHCR dan Palang Merah Suriah menunjukkan bahwa sedikitnya 18.000 warga sipil di Sweida terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak awal pekan ini.
Banyak dari mereka kini tinggal di tempat penampungan darurat, bangunan kosong, atau bahkan tenda-tenda seadanya di pinggiran kota dan area pertanian.
Di Damaskus, serangan yang menargetkan beberapa titik strategis di distrik selatan dan timur kota menyebabkan kepanikan massal.
Ribuan warga dilaporkan melarikan diri ke bagian utara kota yang dinilai lebih aman. Jalan-jalan utama pun dipenuhi kendaraan pribadi dan pengungsi pejalan kaki yang berusaha menyelamatkan diri.
Sementara itu, dumber dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa rumah sakit-rumah sakit rujukan di Damaskus mengalami kelebihan kapasitas.
Lebih dari 600 korban luka telah diterima sejak dua hari terakhir, dengan banyak pasien mengalami luka bakar, trauma ledakan, dan luka tembak.
Beberapa rumah sakit bahkan terpaksa merawat pasien di koridor atau ruang parkir akibat keterbatasan ruang rawat dan persediaan medis.
Persatuan Medis Suriah memperingatkan bahwa jika serangan berlanjut, sistem kesehatan di ibu kota bisa kolaps total dalam beberapa hari ke depan.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.