Kamis, 7 Agustus 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Tarif Impor Melejit Jadi 50 Persen, Trump Hukum India karena Beli Minyak Rusia

Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengenakan tarif tambahan sebesar 25 persen pada barang-barang dari India.

Tangkapan layar YouTube White House
TRUMP HUKUM INDIA - Tangkapan layar YouTube White House pada Kamis (7/8/2025) menampilkan Presiden Trump mengadakan Konferensi Pers dengan Perdana Menteri Republik India Narendra Modi Gedung Putih pada Februari 2025. Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengeluarkan perintah eksekutif yang mengenakan tarif tambahan sebesar 25 persen pada barang-barang dari India. 

TRIBUNNEWS.COM - Dalam langkah yang mengejutkan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengeluarkan perintah eksekutif yang mengenakan tarif tambahan sebesar 25 persen pada barang-barang dari India.

Tindakan ini merupakan respons langsung terhadap keputusan India untuk terus mengimpor minyak dari Rusia, yang dianggap oleh AS sebagai upaya untuk melemahkan sanksi internasional terhadap Moskow. 

Kenaikan tarif ini, yang menambah tarif 25 persen yang sudah ada, membuat total bea masuk impor produk India mencapai 50 persen, menjadikannya salah satu tarif tertinggi yang pernah diberlakukan oleh AS.

Dalam perintah eksekutifnya, Trump menyatakan bahwa tindakan Rusia di Ukraina telah menciptakan “darurat nasional” bagi Amerika Serikat. 

“Saya menemukan bahwa Pemerintah India saat ini secara langsung atau tidak langsung mengimpor minyak Federasi Rusia,” tulis Trump, dikutip dari Al Jazeera.

“Tindakan dan kebijakan Pemerintah Federasi Rusia terus menimbulkan ancaman yang tidak biasa dan luar biasa terhadap keamanan nasional dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat," tambahnya.

Oleh karena itu, menurutnya, menaikkan tarif terhadap negara-negara yang memperkuat perekonomian Rusia melalui pembelian energi adalah "perlu dan tepat."

India menjadi sasaran utama karena merupakan salah satu konsumen terbesar minyak Rusia, dengan pembelian rata-rata 1,75 juta barel per hari selama enam bulan pertama tahun ini. 

Trump menuduh India "tidak peduli berapa banyak nyawa yang hilang di Ukraina" dan menegaskan bahwa negara lain yang melakukan tindakan serupa juga dapat dikenai sanksi di masa mendatang.

Hubungan antara AS dan India, yang sebelumnya dianggap erat, kini berada di persimpangan jalan. 

Trump dan Perdana Menteri India Narendra Modi sempat saling memuji dan menghadiri acara politik bersama, membangun narasi diplomatik yang bersahabat. 

Baca juga: Trump Ancam Naikkan Tarif Impor untuk India Akibat Masih Beli Minyak dari Rusia

Namun, fondasi persahabatan ini goyah karena perbedaan kepentingan ekonomi dan politik yang mendasar.

India dihukum oleh Trump karena, menurut Gedung Putih, impor minyak dari Rusia melemahkan upaya AS untuk mengisolasi Rusia secara ekonomi akibat invasi ke Ukraina. 

Sebelumnya, Trump menetapkan tenggat waktu 6 Agustus bagi Rusia untuk menghentikan aksi militernya di Ukraina.

Bersamaan dengan itu, Trump memperingatkan bahwa negara-negara yang tetap berdagang energi dengan Rusia akan dikenakan sanksi atau tarif baru.

India, yang tidak menunjukkan perubahan kebijakan signifikan, disebut secara khusus dalam briefing Gedung Putih sebagai “subjek evaluasi tarif tambahan.

India Merasa Tidak Adil

Kementerian Luar Negeri India bereaksi keras, mengecam tarif tersebut sebagai "tidak adil, tidak dapat dibenarkan, dan tidak masuk akal." 

Mereka mempertanyakan mengapa India menjadi sasaran hukuman tambahan, sementara importir minyak Rusia besar lainnya, seperti Tiongkok dan Turki, tidak dikenakan sanksi serupa. 

Pemerintah India menegaskan bahwa keputusan mereka untuk membeli minyak Rusia didasarkan pada kebutuhan untuk menjamin ketahanan energi bagi 1,4 miliar penduduknya, terutama setelah pasokan tradisional mereka dialihkan ke Eropa akibat konflik.

“Kami telah memperjelas posisi kami mengenai isu-isu ini, termasuk fakta bahwa impor kami didasarkan pada faktor-faktor pasar dan dilakukan dengan tujuan keseluruhan untuk memastikan keamanan energi bagi 1,4 miliar penduduk India,” demikian pernyataan pemerintah.

“Oleh karena itu, sangat disayangkan bahwa AS memilih untuk mengenakan tarif tambahan pada India atas tindakan yang juga dilakukan oleh beberapa negara lain demi kepentingan nasional mereka sendiri," tambahnya.

Tarif 50 persen ini akan berlaku efektif 21 hari setelah pengumuman, memberikan waktu bagi kedua negara untuk bernegosiasi. 

Namun, dampaknya diperkirakan akan sangat signifikan. Sektor-sektor utama ekspor India ke AS, seperti tekstil, perhiasan, suku cadang mobil, dan makanan laut, akan terkena pukulan telak. 

Federasi Organisasi Ekspor India memperkirakan bahwa tarif ini dapat mengurangi ekspor India ke AS hingga 40-50 persen, mengancam ribuan lapangan kerja.

Ketegangan Diplomatik antara India dan AS

Hubungan pribadi antara Trump dan Perdana Menteri Narendra Modi pernah digambarkan sangat akrab. Keduanya bahkan menggelar kampanye bersama pada 2019 di Texas, bertajuk “Howdy Modi”. 

Namun, sentimen positif itu kini berubah menjadi ketegangan nyata.

Sejak awal 2025, India dan AS telah menggelar lima putaran negosiasi dagang, tetapi tidak menghasilkan kesepakatan. 

Sementara India bertahan pada kebijakan strategisnya, Trump justru memperketat tekanan, bahkan menyatakan bahwa Pakistan, rival tradisional India, berhasil menegosiasikan tarif lebih rendah bulan lalu.

Keputusan India untuk mempererat hubungan dengan Tiongkok dan menghadiri KTT Keamanan di Tianjin akhir bulan ini, di mana Rusia juga hadir, semakin mempersulit upaya pemulihan hubungan AS–India. 

Beberapa analis menilai, langkah India bisa dilihat sebagai upaya menjaga keseimbangan strategis global, tapi juga berisiko memperdalam jurang diplomatik dengan Washington.

Trump dan Tekanan Mengakhiri Perang Ukraina

Trump, yang kini memasuki tahun pertama masa jabatan keduanya, mulai mengambil posisi lebih keras terhadap Rusia. 

Meski di masa lalu ia dikenal dekat dengan Presiden Vladimir Putin, kini Trump memosisikan dirinya sebagai “pembawa perdamaian” dan bahkan menetapkan tenggat waktu kepada Rusia untuk mengakhiri agresinya terhadap Ukraina, batas waktu yang jatuh hari Rabu lalu.

Namun, tanpa gencatan senjata dari Moskow, Trump segera merespons dengan tarif tambahan kepada negara-negara yang memperkuat ekonomi Rusia. 

Ia juga mengirim utusannya, Steve Witkoff, ke Moskow untuk mendorong negosiasi damai, sebuah langkah diplomatik yang belum membuahkan hasil nyata.

Trump menegaskan bahwa negara lain juga dapat dikenai tindakan serupa jika dianggap mendukung Rusia secara ekonomi. 

Ketika ditanya apakah ia akan mencabut tarif terhadap India jika tercapai kesepakatan damai, Trump menjawab singkat:

“Kita akan lihat nanti. Tapi untuk saat ini, mereka bayar tarif 50 persen.”

(Tribunnews.com/Farra)

Artikel Lain Terkait Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan