Konflik Rusia Vs Ukraina
Jelang Pertemuan dengan Zelensky, Trump Tegaskan Ukraina Tak Akan Gabung NATO
Presiden AS Trump menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menjadi anggota NATO sebagai bagian dari kesepakatan damai Rusia-Ukraina.
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menjadi anggota NATO sebagai bagian dari kesepakatan damai untuk mengakhiri perang dengan Rusia.
NATO (North Atlantic Treaty Organization) adalah aliansi pertahanan militer transatlantik yang beranggotakan 32 negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan sebagian besar negara Eropa.
Pernyataan ini disampaikan hanya beberapa jam sebelum Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih pada Senin (18/8), dalam pertemuan yang bertujuan mencari jalan keluar diplomatik dari konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Zelensky secara terbuka telah menyatakan keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO guna memperoleh perlindungan keamanan dari ancaman Rusia.
Namun, ia juga menunjukkan keterbukaan terhadap opsi jaminan keamanan alternatif demi mencapai perdamaian yang berkelanjutan.
Sebelum bertemu Zelensky, Trump terlebih dahulu bertatap muka dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada pekan lalu untuk membicarakan proposal perdamaian.
Termasuk kemungkinan kompromi terkait status wilayah Ukraina dan jaminan keamanan di luar keanggotaan NATO.
Trump: Ukraina Tak Akan Gabung NATO
Melalui unggahan di platform Truth Social, Trump menulis bahwa Ukraina sebenarnya bisa segera mengakhiri perang, jika menginginkannya.
"Presiden Zelenskyy dari Ukraina dapat mengakhiri perang dengan Rusia segera, jika ia mau, atau ia dapat terus berjuang," tulisnya, dikutip dari BBC.
Namun ia menekankan bahwa bagian dari kesepakatan damai yang tengah dijajaki adalah jaminan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO.
Baca juga: Mengapa Trump Tidak Perintahkan Tangkap Putin Saat Bertemu di Alaska?
"Ingat bagaimana semuanya bermula. Obama takkan kembali mengingat Krimea (12 tahun lalu, tanpa satu tembakan pun!), dan UKRAINA TIDAK AKAN BERGABUNG DENGAN NATO. Beberapa hal takkan pernah berubah!!!" tambah Trump.
Ia juga menyatakan bahwa “tidak akan ada jalan kembali” ke semenanjung Krimea, yang telah dianeksasi oleh Rusia pada 2014.
Trump meyakini bahwa satu-satunya cara efektif untuk mengakhiri konflik adalah melalui perjanjian damai menyeluruh, bukan sekadar gencatan senjata yang menurutnya rapuh dan rawan dilanggar.
Putin Setujui Pakta Keamanan Alternatif
Menurut utusan AS, Steve Witkoff, Presiden Putin menyatakan kesediaannya untuk mempertimbangkan semacam pakta keamanan seperti NATO untuk Ukraina, sebuah jaminan bilateral dari AS dan sekutu tanpa status keanggotaan resmi di aliansi tersebut.
Hal ini disebut sebagai "game changer" oleh Witkoff dalam wawancaranya dengan CNN.
Ia menegaskan bahwa Amerika Serikat dapat menawarkan perlindungan semacam Pasal 5 NATO kepada Ukraina sebagai bentuk jaminan keamanan langsung.
Kekhawatiran Sekutu Eropa dan Sikap Zelensky
Sejumlah pemimpin Eropa seperti Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan kekhawatirannya bahwa Zelensky mungkin ditekan oleh Trump untuk menerima syarat-syarat damai yang menguntungkan Rusia, dikutip dari The Independent.
Namun, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menepis isu intimidasi ini sebagai "narasi media yang bodoh."
Dalam sebuah pertemuan virtual pada hari Minggu, Presiden Zelensky kembali menekankan bahwa konstitusi Ukraina tidak memungkinkan penyerahan wilayah mana pun, dan bahwa pembahasan semacam itu hanya bisa terjadi dalam pertemuan trilateral antara Ukraina, Rusia, dan AS.
Zelensky pun memperingatkan, jika tidak ada kesepakatan yang adil atau Rusia mencoba menghindari penyelesaian damai, maka sanksi terhadap Moskow harus diperkuat.
Putin Ingin Ukraina Serahkan Donbas
Sumber dari Financial Times menyebutkan bahwa dalam pertemuannya dengan Trump, Putin menyampaikan bahwa Ukraina harus menyerahkan seluruh wilayah Donetsk dan Luhansk di timur, wilayah yang menjadi bagian dari Donbas.
Sebagai imbalannya, Rusia akan membekukan operasi militer di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia serta berjanji tidak akan menyerang Ukraina lagi.
Trump kemudian menyampaikan syarat ini kepada Zelensky dan para pemimpin Eropa, yang sebagian besar masih bersikukuh bahwa syarat damai seharusnya tidak dibangun di atas paksaan teritorial.
Kronologi Pertemuan Trump-Zelensky dan Hubungan Terkini
Trump dijadwalkan menerima Zelensky di Ruang Oval pada Senin (18/8/2025), dengan kehadiran sejumlah pemimpin Eropa, termasuk Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte.
Trump menyebut hari ini sebagai “hari besar” dengan jumlah pemimpin Eropa terbanyak yang pernah hadir sekaligus di Gedung Putih.
Pertemuan dengan Putin digelar di Alaska beberapa hari sebelumnya, di mana Trump dan Putin dikabarkan mencapai titik temu untuk membentuk kerangka damai yang mencakup jaminan keamanan bagi Ukraina.
Sebelumnya, Trump dan Zelensky terakhir bertemu pada Maret 2025 di Gedung Putih.
Pertemuan itu berakhir panas setelah Trump menuduh Zelensky "berjudi dengan Perang Dunia Ketiga", sementara Wakil Presiden JD Vance menyebutnya "tidak tahu berterima kasih."
Zelensky juga dikritik karena tidak mengenakan setelan jas dalam pertemuan tersebut, yang dijawabnya dengan tenang.
“Saya akan mengenakan jas setelah perang ini berakhir," terangnya.
(Tribunnews.com/Farra)
Artikel Lain Terkait Volodymyr Zelensky dan Donald Trump
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.