Rabu, 20 Agustus 2025

China Perkenalkan ZTZ-201: Tank Generasi Keempat dengan Mesin Hibrida, AI, dan Kemampuan Anti-Drone

Tank ini bukan sekadar produk baru, melainkan simbol transformasi doktrin lapis baja Tentara Pembebasan Rakyat

DSA/Tangkap Layar
GENERASI KE-4 - Tank ZTZ-201 buatan China. Tank ini diklaim sebagai tank tempur generasi ke-4 yang menggabungkan mesin hibrida, kecerdasan buatan, menara tanpa awak, serta sistem anti-drone.  

Kombinasi ini menjadikannya cocok untuk operasi di Tibet, perbatasan Himalaya, atau kepulauan Pasifik, di mana logistik dan medan menantang.

Proteksi: Aktif Lebih Penting daripada Baja Tebal

Alih-alih mengandalkan lapis baja masif, ZTZ-201 mengutamakan pertahanan aktif 360 derajat terhadap rudal, drone, dan amunisi berpemandu.

Sensor lidar, radar multi-aspek, dan AI memungkinkan tank mendeteksi serta menanggapi ancaman sebelum menghantam.

Namun, pengamat mencatat sisi lambung tank relatif tipis, menandakan filosofi baru PLA: mencegah serangan, bukan hanya menahan serangan.

Elektronik dan AI: Tank Digital di Medan Perang Modern

Dengan 13 sistem optik lidar, radar empat sisi, dan integrasi ke Battlefield Information Management System (BIMS), ZTZ-201 berfungsi sebagai node penting dalam perang jaringan PLA.

Sistem AI memberi kemampuan deteksi, pelacakan, dan penyerangan otomatis, mengurangi beban kru sekaligus meningkatkan akurasi tembakan.

Kapabilitas “Pemburu Drone”

Pelajaran dari Perang Ukraina menjadi sangat jelas dalam rancangan ini.

ZTZ-201 dibekali sistem peperangan elektronik dan radar X-band untuk menghadapi UAV pengintai, drone kamikaze, hingga rudal jelajah.

Dengan fitur ini, ZTZ-201 menjadi salah satu tank pertama yang sejak awal dirancang untuk melawan drone secara langsung, bukan sekadar bertahan dari serangan udara.

Implikasi Strategis di Indo-Pasifik

ZTZ-201 membawa dampak geostrategis besar:

  • Di Himalaya: bobot lebih ringan membuatnya ideal di ketinggian tinggi dibanding tank berat.
  • Dalam skenario Taiwan: kecepatan, desain modular, dan kemampuan amfibi mendukung operasi pendaratan gabungan.
  • Di Laut Cina Selatan: mesin hibrida dan jejak logistik sederhana memungkinkan penempatan di pulau-pulau sengketa.

Perbandingan Global

Dibanding rivalnya seperti T-14 Armata Rusia, KF-51 Panther Jerman, dan K2 Black Panther Korea Selatan, ZTZ-201 menonjol lewat fokus pada mobilitas, hibridisasi, dan kemampuan produksi massal.

Alih-alih mengandalkan satuan tank berat dengan biaya besar, PLA tampaknya memilih strategi kuantitas, integrasi digital, dan efektivitas biaya.

Kesimpulan: Paradigma Baru Perang Lapis Baja

ZTZ-201 bukan sekadar tank baru, melainkan pergeseran paradigma. Beijing menegaskan kalau peperangan lapis baja abad ke-21 bukan lagi tentang baja tebal, melainkan mobilitas, jaringan digital, proteksi aktif, dan daya tahan terhadap drone.

Dengan parade perdananya, Tiongkok mengirimkan pesan tegas: PLA siap menghadapi perang modern Indo-Pasifik, dengan doktrin lapis baja yang sepenuhnya berbeda dari masa lalu.

 

 

(oln/dsa/*)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan