Sabtu, 23 Agustus 2025

Kerusuhan di Angola Berawal dari Protes Kenaikan Harga BBM, Picu Eksodus Massal Warga Tiongkok

Demo di Luanda, Angola, protes kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menyebabkan korban berjatuhan.

Editor: Wahyu Aji
Kolase Tribun-Sulbar.com
KERUSUHAN DI ANGOLA - Demo di Luanda, Angola, protes kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menyebabkan korban berjatuhan. Kerusuhan mulai Senin 28 Juli 2025. Situasi di Angola masih bergejolak. Meski kerusuhan mereda, ketegangan tetap terasa.  

Massa terlihat menjarah makanan dan kebutuhan pokok dari sejumlah toko.

Bentrokan hebat juga terjadi di Rocha Pinto, dekat bandara.

Jalanan di kawasan Prenda diblokade dengan tong sampah yang dibakar.

Polisi Angola menyebut insiden sebagai “kekacauan terisolasi”. 
Namun, mereka mengakui adanya korban.

 “Saat ini kami melaporkan empat korban tewas,” kata Wakil Komisaris Polisi, Mateus Rodrigues, dalam konferensi pers.

Ia tidak merinci penyebab kematian tersebut.

Sebanyak 400 orang ditangkap pada malam sebelumnya.

Penerbangan dari Angola penuh sesak, sementara misi diplomatik Tiongkok mengeluarkan imbauan darurat agar warganya segera meninggalkan negara itu.

Eksodus Massal

Gelombang kekerasan ini menyingkap kebencian yang lebih dalam. Selama bertahun-tahun, investasi Tiongkok menjadi tulang punggung rekonstruksi pascaperang Angola.

Dari pembangunan jalan, rel kereta, hingga sektor ritel dan manufaktur, perusahaan Tiongkok telah mengakar dalam ekonomi negara itu. Namun, kehadiran mereka juga menimbulkan sentimen negatif.

Seiring ketimpangan ekonomi yang melebar dan layanan publik yang memburuk, banyak warga Angola menilai bisnis Tiongkok eksploitatif dan tidak peduli pada kesejahteraan masyarakat.

Menurut laporan Ecodima, asosiasi perdagangan Angola, tujuh jaringan ritel besar yang terkait dengan Tiongkok dijarah, dan 72 gerai merek Arreioua ikut menjadi sasaran.

Video yang beredar di media sosial menunjukkan pemilik toko asal Tiongkok membarikade diri di dalam toko sementara massa menjarah barang dagangan.

Di kawasan industri, pabrik-pabrik ditutup tergesa-gesa, gerbang digembok, dan produksi berhenti total. Dampak psikologisnya besar, baik bagi pekerja lokal maupun komunitas Tiongkok.

Eksodus massal warga Tiongkok menimbulkan kekosongan besar.

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan