Jumat, 29 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Unit Militer Israel Geram atas 'Penyesalan' Netanyahu terkait Serangan RS Nasser

Ketegangan internal mengguncang militer Israel setelah PM Netanyahu menyatakan 'penyesalan mendalam' atas serangan RS Nasser.

RNTV/TangkapLayar
SITUASI GAZA - Foto tangkap layar RNTV pada Senin (14/7/2025) yang menunjukkan kehancuran total di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel.Ketegangan internal mengguncang militer Israel setelah PM Netanyahu menyatakan 'penyesalan mendalam' atas serangan RS Nasser. 

TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan internal mengguncang militer Israel setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan 'penyesalan mendalam' atas serangan mematikan terhadap Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza Selatan.

Serangan itu menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk 5 wartawan dan 4 tenaga medis.

Unit Sayeret Givati, yang terlibat dalam operasi tersebut, dikabarkan marah dan kecewa.

Unit militer ini menilai pernyataan Netanyahu sebagai bentuk pengkhianatan terhadap pasukan di lapangan.

Koresponden Channel 14, Hallel Bitton Rosen, mengatakan bahwa ia mendengar kemarahan yang besar di unit Sayeret Givati ​​atas penyesalan Netanyahu atas serangan tersebut.

Media itu mengatakan tentara Israel mengonfirmasi serangan itu disetujui dan dikoordinasikan dengan komando senior.

Ketegangan ini terjadi di tengah perang yang telah berlangsung sejak Oktober 2023.

Sejak itu, agresi Israel telah menewaskan hampir 63.000 warga Palestina, menghancurkan infrastruktur Gaza an menimbulkan krisis kemanusiaan akut.

Serangan terbaru terhadap RS Nasser, yang diklaim menargetkan kamera pengintai Hamas, memperlihatkan eskalasi taktik militer Israel yang semakin brutal dan mengabaikan hukum Internasional.

Pernyataan 'penyesalan' Netanyahu pun dianggap lebih dari manuver politik di tengah tekanan global, dikutip dari Anadolu Ajansi.

Netanyahu Sampaikan 'Penyesalan Mendalam', tapi dalam Bahasa Inggris

Baca juga: Hamas Bantah Klaim Israel, 21 Korban Tewas di Rumah Sakit Nasser Bukan Anggota Pejuang

Setelah tekanan internasional meningkat pasca serangan emmatikan di RS Nasser, kantor Perdana Menteri Israel akhirnya mengeluarkan pernyataan.

Dalam pernyataan tersebut, ia menyebut serangan itu sebagai 'kecelakaan tragis'.

Namun, pernyataan tersebut hanya dirilis dalam bahasa Inggris, menimbulkan dugaan bahwa pernyataan itu lebih ditujukan untuk meredam kecaman dunia internasional daripada mencerminkan penyesalan tulus.

"Israel sangat menyesalkan kecelakaan tragis yang terjadi hari ini di Rumah Sakit Nasser di Gaza. Israel menghargai kerja keras para jurnalis, staf medis, dan seluruh warga sipil. Otoritas militer sedang melakukan penyelidikan menyeluruh," demikian bunyi pernyataan tersebut, dikutip dari The Times of Israel.

Militer Israel mengklaim target serangan adalah “kamera milik Hamas” yang diduga dipasang untuk memantau pergerakan pasukan Israel

Namun, tidak ada bukti yang disampaikan ke publik, dan klaim tersebut langsung dibantah oleh Hamas, yang menegaskan bahwa tidak ada pejuang mereka di antara korban, dikutip dari Al Jazeera.

Kronologi Serangan Israel terhadap RS Nasser

Serangan terhadap Rumah Sakit Nasser pada Senin (25/8/2025) pagi terdiri dari dua serangan berurutan yang dikenal sebagai double tap strike, taktik militer kontroversial yang kerap dikritik sebagai kejahatan perang.

Serangan pertama menghantam lantai atas rumah sakit sekitar pukul 10 pagi waktu setempat. 

Di lokasi itu, juru kamera Reuters, Hussam al-Masri, sedang mengoperasikan siaran langsung. 

Siaran langsung terputus seketika ketika drone Israel melepaskan tembakannya.

Beberapa menit kemudian, saat petugas penyelamat dan jurnalis lainnya bergegas ke lokasi untuk membantu, serangan kedua menghantam, menewaskan empat jurnalis tambahan dan beberapa tenaga medis. 

Serangan semacam ini dianggap sebagai pelanggaran Konvensi Jenewa karena menargetkan petugas penyelamat dan warga sipil yang terluka.

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat bahwa serangan itu menewaskan 20 orang, termasuk lima wartawan dan empat tenaga kesehatan. 

Di antara korban jurnalis adalah Ahmed Abu Aziz, Mariam Abu Daqqa, Mohammad Salama, dan Moaz Abu Taha, semuanya sedang menjalankan tugas peliputan.

Taktik double tap strike bukan hal baru. 

Amerika Serikat pertama kali diketahui menggunakannya secara ekstensif selama masa kepresidenan Barack Obama. 

Kini, Israel secara rutin mengadopsi taktik yang sama dalam perangnya di Gaza, menurut laporan investigasi dari media lokal +972 dan Local Call.

Salah satu sumber dari ruang komando militer Israel mengatakan bahwa perencana operasi tahu bahwa serangan kedua akan menghantam para penyelamat dan warga sipil yang selamat dari serangan pertama. 

“Mereka tahu siapa yang mereka bunuh. Ini adalah taktik untuk mencegah penyelamatan,” kata sumber tersebut.

Penggunaan serangan ganda terhadap fasilitas kesehatan yang dipenuhi jurnalis dan tenaga medis jelas melanggar hukum humaniter internasional. 

Amnesty International bahkan mengecam serangan ini sebagai bentuk manipulasi terhadap norma kemanusiaan, terutama karena Israel mengklaim telah memberi peringatan namun menggunakan senjata yang mematikan bahkan pada "tembakan peringatan".

Serangan ini menjadi pukulan lain terhadap citra Israel di mata internasional. 

Seruan untuk penyelidikan independen kembali bergema.

Beberapa organisasi internasional, termasuk PBB dan Foreign Press Association (FPA), mengecam serangan tersebut dan menuntut pertanggungjawaban.

Israel sendiri telah menghadapi penyelidikan internasional atas tuduhan kejahatan perang dan genosida di Mahkamah Internasional. 

Surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant telah dikeluarkan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) sejak November lalu.

Hingga kini, militer Israel belum mengumumkan hasil penyelidikan resmi atas serangan RS Nasser

Namun, para pengamat menilai bahwa serangan ini akan menjadi salah satu titik balik yang memperkuat narasi internasional bahwa Israel secara sistematis menargetkan warga sipil, jurnalis, dan petugas medis dalam agresinya di Gaza.

(Tribunnews.com/Farra)

Artikel Lain Terkait Benjamin Netanyahu dan Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan