Senin, 8 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Janji Setia Kim Jong Un kepada Putin, Korea Utara Selalu Dukung Rusia

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Rusia Putin saling memberikan sikap hangat dalam pertemuan mereka di Beijing, China pada hari Rabu.

Foto: Sergei Bobylev, RIA Novosti/Kremlin
KIM DAN PUTIN - Foto diambil dari Kantor Presiden Rusia pada Kamis (4/9/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) duduk bersama Pemimpin Republik Rakyat Demokratik Korea Utara (DPRK), Kim Jong-un (kiri) di Beijing, China pada Rabu, 3 September 2025. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan negaranya akan mendukung penuh tentara Rusia sebagai tugas persaudaraan dalam invasinya ke Ukraina.

Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut hubungan kedua negara sebagai hubungan istimewa, menurut laporan media pemerintah, KCNA, pada hari Kamis.

Kim Jong Un dan Putin mengadakan pertemuan di sela-sela parade militer China untuk menandai penyerahan resmi Jepang dalam Perang Dunia Kedua di Beijing pada hari Rabu (3/9/2025).

Keduanya menemani Presiden China Xi Jinping dalam parade militer besar-besaran untuk pertemuan pertama para pemimpin ketiga negara sejak awal Perang Dingin.

Perjalanan Kim Jong Un ke Beijing menawarkan kesempatan pertamanya untuk bertemu Putin dan Xi Jinping bersama-sama.

Kim juga berbaur dengan lebih dari dua lusin pemimpin nasional lainnya yang menghadiri acara tersebut.

"Kamerad Kim Jong Un dan Presiden Putin bertukar pendapat jujur ​​mengenai isu-isu penting internasional dan regional," kata KCNA.

"Presiden Putin sangat memuji tentara Korea Utara yang bertempur melawan Ukraina dan mengatakan hubungan kedua negara adalah hubungan istimewa yang dilandasi kepercayaan, persahabatan, dan aliansi," tambah KCNA.

Korea Utara telah mengirim tentara, amunisi artileri dan rudal ke Rusia untuk mendukung Moskow dalam perang melawan Ukraina.

Badan intelijen Korea Selatan memperkirakan minggu ini ada sekitar 2.000 tentara Korea Utara yang dikirim untuk berperang di pihak Rusia telah tewas.

Intelijen tersebut meyakini Korea Utara berencana untuk mengerahkan 6.000 tentara tambahan, dengan sekitar 1.000 tentara tempur sudah berada di Rusia.

Baca juga: Kremlin Tepis Tuduhan Trump soal Aliansi Rusia, China, dan Korea Utara

KCNA melaporkan bahwa Kim Jong Un dan Putin membahas secara rinci rencana kemitraan jangka panjang dan menegaskan kembali tekad teguh mereka untuk meningkatkan hubungan bilateral ke tingkat yang lebih tinggi.

Setelah Kim Jong Un selesai berbincang dan meninggalkan ruangan, stafnya segera membersihkan kursi serta meja kecil yang sempat disentuhnya. 

Reporter Kremlin Alexander Yunashev memposting di Telegram dengan membagikan video dua staf Kim Jong Un yang dengan cermat membersihkan ruangan di ibu kota China tempat Kim dan Putin bertemu selama lebih dari dua jam.

Sandaran punggung dan sandaran lengan kursi digosok, dan meja kopi di samping kursi Kim juga dibersihkan.

Gelas minum Kim Jong Un juga disingkirkan.

"Setelah negosiasi selesai, staf yang mendampingi kepala DPRK dengan hati-hati menghancurkan semua jejak keberadaan Kim," kata reporter tersebut, merujuk pada Korea Utara.

Para analis menilai, langkah keamanan seperti yang dilakukan staf Kim bertujuan mencegah pihak luar—termasuk negara sahabat—menggali informasi tentang kondisi kesehatannya.

Setelah berbincang-bincang di ruangan itu, Kim dan Putin pergi untuk minum teh dan mengucapkan selamat tinggal yang hangat satu sama lain.

Sementara itu, setahun sebelumnya kedua pemimpin sudah menandatangani pakta pertahanan bersama yang berisi janji untuk saling membantu jika salah satu mendapat serangan militer.

Hubungan Rusia dan Korea Utara

KIM DAN PUTIN - Foto diambil dari Kantor Presiden Rusia pada Kamis (4/9/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berjalan bersama Pemimpin Republik Rakyat Demokratik Korea Utara (DPRK), Kim Jong-un (kiri) di Beijing, China pada Rabu, 3 September 2025.
KIM DAN PUTIN - Foto diambil dari Kantor Presiden Rusia pada Kamis (4/9/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berjalan bersama Pemimpin Republik Rakyat Demokratik Korea Utara (DPRK), Kim Jong-un (kiri) di Beijing, China pada Rabu, 3 September 2025. (Foto: Sergei Bobylev, RIA Novosti/Kremlin)

Sebelum perang Ukraina 2022, hubungan Rusia dan Korea Utara terbilang hangat tapi tidak menonjol. 

Setelah Uni Soviet runtuh, relasi sempat merenggang karena Moskow lebih fokus ke Barat dan mengurangi bantuannya, namun tetap menjaga hubungan bilateral, seperti dijelaskan AP News.

Memasuki awal 2000-an, hubungan kedua negara perlahan membaik. 

Rusia ikut dalam pembicaraan enam pihak soal nuklir Korea Utara, beberapa kali menghapus utang Pyongyang, dan membuka kerja sama ekonomi terbatas, seperti perdagangan batu bara, tenaga kerja, serta proyek rel lintas perbatasan.

Pada 24 Februari 2022, Putin menginstruksikan serangan terhadap Ukraina yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus".

Ketika Rusia mulai kekurangan amunisi akibat sanksi internasional dan kebutuhan perang yang terus meningkat, Moskow beralih mencari dukungan ke Korea Utara—negara yang juga terisolasi secara global.

Melalui skema yang disebut “Food for Arms”, Korea Utara memasok jutaan butir peluru artileri hingga rudal balistik, dengan imbalan pangan dan bahan bakar dari Rusia, menurut laporan The Guardian. 

Bahkan, pasokan senjata dari Pyongyang diperkirakan telah memenuhi sekitar 70 persen kebutuhan artileri Rusia di medan tempur Ukraina.

Laporan tersebut berdasarkan citra satelit dan laporan intelijen Amerika Serikat (AS), Korea Selatan dan Jepang yang melaporkan pergerakan ratusan kontainer dari pelabuhan Rajin di Korea Utara ke pelabuhan Rusia seperti Vostochny dan Dunai sejak akhir 2023.

Namun, Rusia dan Korea Utara sama-sama membantah tuduhan transfer senjata.

Pada Januari 2024 saja, terjadi hingga tujuh kali pengiriman dalam sebulan.

Menurut laporan intelijen Korea Selatan dan Ukraina, sekitar 14.000 tentara Korea Utara juga dilaporkan ikut dikerahkan ke wilayah Rusia, khususnya di Kursk, menandakan meningkatnya keterlibatan langsung Pyongyang dalam perang.

Puncaknya, pada 18 Juni 2024, Kim Jong Un dan Vladimir Putin menandatangani Traktat Kemitraan Strategis Komprehensif di Pyongyang. 

Perjanjian yang resmi berlaku sejak Desember 2024 ini mewajibkan kedua negara saling membantu bila salah satunya menghadapi ancaman atau serangan militer.

Pada 28 April 2025, KCNA untuk pertama kalinya secara terbuka mengonfirmasi Korea Utara telah mengirim pasukan ke Rusia untuk mendukung upaya perang melawan Ukraina.

Komisi Militer Pusat Partai Pekerja Korea Utara mengumumkan, di bawah perintah Kim Jong Un, pasukan militer dikirim ke Rusia sesuai dengan perjanjian pertahanan bersama yang telah ditandatangani sebelumnya dengan Moskow.

Tentara Korea Utara dikirim ke Rusia untuk membantu pembebasan wilayah Kursk yang diserang oleh pasukan Ukraina.

Dalam sebuah upacara resmi yang digelar di Pyongyang, Kim Jong Un memuji tentara Korea Utara yang gugur dalam perang mendampingi Rusia di Ukraina sebagai "pahlawan", menurut laporan KCNA pada hari Kamis (21/8/2025).

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan