Konflik Palestina Vs Israel
Sudah Pertaruhkan Hubungan dengan AS, Israel Gagal Bunuh Pemimpin Hamas di Qatar
Israel telah mempertaruhkan hubungannya dengan AS demi membunuh pemimpin Hamas di Qatar. Kini, Israel gagal total membunuh mereka.
Penulis:
Whiesa Daniswara
Editor:
Endra Kurniawan
Koresponden Al Jazeera, Nida Ibrahim, mengatakan bahwa serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kota tersebut, mencerminkan betapa "beraninya" Israel "dengan mampu melakukan genosida dan lolos begitu saja".
Kantor Hamas didirikan di negara itu atas permintaan AS untuk memfasilitasi perundingan damai.
Arab Saudi “mengecam sekeras-kerasnya agresi brutal Israel dan pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan Negara Qatar”, sementara para pemimpin Arab lainnya turut mengecam serangan Israel tersebut.
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer mengatakan serangan tersebut melanggar kedaulatan Qatar, sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut serangan Israel “tidak dapat diterima”.
Perdana Menteri Qatar dan Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menyebut serangan itu sebagai “terorisme negara”.
Sheikh Mohammed menegaskan bahwa serangan Israel "tidak boleh diabaikan".
Ia mengatakan bahwa Qatar mengerahkan semua alat untuk menanggapi serangan tersebut, di luar pernyataan dan kecaman, termasuk dengan membentuk tim hukum untuk meminta pertanggungjawaban Israel.
Perdana Menteri Qatar menyarankan agar negara-negara di Timur Tengah bersatu untuk mengendalikan Israel.
"Hari ini, kita telah mencapai titik balik untuk merespons tindakan biadab tersebut dari seluruh kawasan," ujarnya.
Trump Tak Mau Disalahkan
Baca juga: Qatar Bantah Klaim Gedung Putih yang Sebut Trump Kirim Peringatan sebelum Serangan Israel
Presiden AS, Donald Trump mengatakan bahwa keputusan Israel untuk menyerang Qatar dibuat oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Dirinya menambahkan bahwa serangan sepihak terhadap Qatar tidak melayani kepentingan Amerika atau Israel.
Trump mengatakan ia telah memerintahkan utusan AS Steve Witkoff untuk memperingatkan Qatar bahwa serangan akan terjadi, tetapi sudah terlambat untuk menghentikan serangan.
Dikutip dari Reuters, Qatar membantah klaim Gedung Putih tersebut, dengan mengatakan bahwa laporan bahwa mereka telah menerima peringatan sebelum serangan adalah salah.
Qatar menyebut panggilan telepon dari seorang pejabat AS datang ketika ledakan sudah terdengar di Doha.
"Pengeboman sepihak di Qatar, Negara Berdaulat dan Sekutu dekat Amerika Serikat, yang bekerja sangat keras dan berani mengambil risiko bersama kami untuk menengahi Perdamaian, tidak akan memajukan tujuan Israel atau Amerika," tulis Trump di Truth Social.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.