Konflik Palestina Vs Israel
Balas Desakan Netanyahu agar Usir Hamas, Qatar Beri Kecaman: Upaya Putus Asa Benarkan Kejahatan
Netanyahu menuduh Qatar menyediakan tempat berlindung dan pendanaan bagi Hamas, yang memicu kecaman keras dari Doha.
Penulis:
Nuryanti
Editor:
Bobby Wiratama
Jika Israel gagal membunuh para pemimpin Hamas dalam serangan udara di Qatar pada Selasa, mereka akan berhasil pada serangan berikutnya.
Hal itu disampaikan duta besar Israel untuk AS, Yechiel Leiter, setelah operasi tersebut, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa operasi itu akan menggagalkan upaya untuk mengamankan gencatan senjata di Gaza.
"Saat ini, kita mungkin akan menerima sedikit kritik. Mereka akan melupakannya. Dan Israel sedang berubah menjadi lebih baik," ujar Yechiel Leiter kepada program "Laporan Khusus" Fox News, Selasa malam.
“Jika kita tidak menangkap mereka kali ini, kita akan menangkap mereka lain kali,” kata Leiter.
Sementara itu, Hamas mengatakan lima anggotanya tewas dalam serangan Doha, termasuk putra kepala negosiator Gaza yang diasingkan, Khalil Al-Hayya.
Hamas juga mengatakan para pemimpin tertingginya selamat.
Serangan udara Doha menyusul peringatan Israel kepada warga Palestina agar meninggalkan Kota Gaza, daerah yang pernah menjadi rumah bagi sekitar satu juta orang, karena Israel berupaya menghancurkan sisa-sisa Hamas.
Penduduk di sana menyatakan kekhawatiran bahwa serangan Doha dapat menghancurkan peluang gencatan senjata.
Israel telah menewaskan lebih dari 64.000 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil, menurut otoritas kesehatan setempat, dan menghancurkan daerah kantong Palestina itu menjadi puing-puing.
Baca juga: Pangeran MBS Telepon Emir Qatar, Kutuk Serangan Israel ke Doha sebagai Tindakan Kriminal

Serangan Israel ke Qatar
Dilansir AP News, Israel menyerang markas besar kepemimpinan politik Hamas di Qatar pada Selasa (9/9/2025), ketika para tokoh penting kelompok itu berkumpul untuk mempertimbangkan usulan gencatan senjata dari Amerika Serikat (AS) di Jalur Gaza.
Serangan di wilayah sekutu AS tersebut menandai eskalasi yang mencengangkan dan berisiko menggagalkan perundingan yang bertujuan untuk mengakhiri perang dan membebaskan para sandera.
Serangan itu membuat Qatar marah, negara Teluk yang kaya energi dan menampung ribuan tentara Amerika, yang telah berperan sebagai mediator utama antara Israel dan Hamas selama perang 23 bulan, bahkan sebelumnya.
Qatar mengutuk apa yang disebutnya sebagai "pelanggaran mencolok terhadap semua hukum dan norma internasional" sementara asap membubung di atas ibu kotanya, Doha.
Baca juga: PM Qatar Bersumpah Balas Israel, Tak Akan Diam Usai Netanyahu Gempur Doha
Sekutu utama AS lainnya di Teluk, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, menjanjikan dukungan mereka kepada Qatar.
Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para pemimpin puncaknya selamat dari serangan tersebut, tetapi lima anggota tingkat bawah tewas, termasuk putra Khalil al-Hayya — pemimpin Hamas untuk Gaza dan negosiator utamanya — tiga pengawal, dan kepala kantor al-Hayya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.