Selasa, 23 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Update Kasus Ledakan Pipa Gas Nord Stream 2022, Italia Ekstradisi Seorang Warga Ukraina ke Jerman

Pengadilan Italia memutuskan Serhii Kuznietsov diekstradisi ke Jerman atas dugaan sabotase pipa gas Nord Stream pada 2022.

Kementerian Pertahanan Denmark
NORD STREAM. Kementerian Pertahanan Denmark. Foto lokasi kebocoran pipa Nord Stream. Pada 26 September 2022, pipa ini mengalami ledakan bawah laut yang menyebabkan kebocoran besar. Investigasi oleh Swedia dan Denmark menyimpulkan bahwa insiden tersebut adalah sabotase, bukan kerusakan teknis.Pengadilan di Bologna, Italia, pada Selasa (16/9/2025) memutuskan mengekstradisi seorang warga Ukraina ke Jerman atas dugaan keterlibatan dalam ledakan pipa gas Nord Stream pada 2022. 

TRIBUNNEWS.COM - Pengadilan di Bologna, Italia, pada Selasa (16/9/2025) memutuskan mengekstradisi seorang warga Ukraina ke Jerman atas dugaan keterlibatan dalam ledakan pipa gas Nord Stream pada 2022.

Pria tersebut diidentifikasi sebagai Serhii Kuznietsov, mantan anggota angkatan bersenjata Ukraina.

Ia ditangkap di Italia bulan lalu dan dituduh sebagai bagian dari sel beranggotakan enam orang yang diduga melakukan sabotase terhadap pipa gas yang menghubungkan Rusia dengan Eropa.

Menurut The Moscow Times, jaksa Jerman menuduh Kuznietsov menggunakan dokumen palsu untuk menyewa kapal pesiar yang kemudian dikaitkan dengan ledakan bawah laut itu.

Pipa gas Nord Stream adalah sistem transportasi gas alam bawah laut yang menghubungkan Rusia dengan Jerman melalui Laut Baltik, dan menjadi salah satu jalur energi paling strategis di Eropa.

Nord Stream terdiri dari dua jalur pipa kembar: Nord Stream 1 dan Nord Stream 2

Panjang total mencapai 1.224 kilometer.

Nord Stream dirancang untuk menyalurkan gas Rusia langsung ke Eropa Barat, terutama Jerman, tanpa melalui negara transit seperti Ukraina atau Polandia

Insiden Nord Stream pada September 2022 menyebabkan kerusakan besar pada jalur pasokan energi Rusia ke Eropa, hanya beberapa bulan setelah invasi Moskow ke Ukraina dimulai.

Sabotase pipa gas Nord Stream pada September 2022 terjadi di tengah memanasnya perang Rusia–Ukraina dan memperburuk krisis energi Eropa.

Kuznietsov membantah tuduhan tersebut.

Ia menegaskan sedang berada di Ukraina saat ledakan terjadi.

Pengacaranya, Nicola Canestrini, mengatakan kepada AFP bahwa ia akan mengajukan banding ke Mahkamah Agung Italia.

Baca juga: Sabotase Pipa Gas Nord Stream oleh AS Bikin Ekonomi Jerman Hancur, VW Akan Tutup Pabrik

Canestrini juga menuding adanya “pelanggaran serius” dalam proses ekstradisi, termasuk larangan kliennya menghadiri sidang dan penolakan akses penuh terhadap dokumen kasus dari Jerman.

The Guardian mencatat bahwa Kuznietsov tetap bersikeras tidak terlibat dalam operasi sabotase.

Meski begitu, pengadilan Italia menyatakan putusan ekstradisi harus dilaksanakan, sambil menunggu hasil banding di tingkat lebih tinggi.

Kasus Nord Stream masih menyisakan banyak spekulasi mengenai pihak yang bertanggung jawab.

Bagi Eropa, serangan tersebut menjadi salah satu insiden sabotase energi terbesar dalam beberapa dekade terakhir.

Kronologi Sabotase Pipa Gas Nord Stream 2022

Ledakan bawah laut terdeteksi di Laut Baltik, tepatnya di dekat Pulau Bornholm, Denmark pada 26 September 2022.

Empat titik kebocoran ditemukan di jalur pipa Nord Stream 1 dan Nord Stream 2, yang mengalirkan gas dari Rusia ke Jerman.

Pihak berwenang Swedia dan Denmark segera menyatakan bahwa insiden ini kemungkinan besar merupakan tindakan sabotase.

Pada 3–6 Oktober 2022, Jaksa Swedia, Mats Ljungqvist, mengonfirmasi bahwa hasil penyelidikan TKP menunjukkan adanya ledakan yang disengaja, bukan kerusakan teknis.

Barang bukti dikumpulkan, dan zona sekitar kebocoran ditutup sementara untuk investigasi.

Baik Rusia maupun negara-negara Barat saling tuduh sebagai pelaku.

Presiden Vladimir Putin menyebut insiden ini sebagai “serangan teroris” yang didalangi Barat.

Sementara itu, Amerika Serikat dan sekutunya membantah keterlibatan langsung.

Karena ledakan terjadi di perairan Swedia dan Denmark, juga melibatkan infrastruktur milik Jerman, ketiga negara meluncurkan penyelidikan bersama.

Pipa-pipa tersebut saat itu masih berisi gas, meski tidak beroperasi karena sanksi terhadap Rusia pascainvasi ke Ukraina.

Baca juga: Media AS Sebut Jenderal Zaluzhny di Balik Penghancuran Pipa Gas Nord Stream 1

Pada Agustus 2024 kemarin, Jaksa Jerman mengeluarkan surat penangkapan terhadap seorang warga Ukraina yang diduga sebagai otak serangan.

Ia diyakini menyewa kapal pesiar Jerman untuk menanam bahan peledak di pipa.

Tersangka lain, Serhii K, ditangkap di Italia dan disebut sebagai bagian dari tim pelaksana.

The Wall Street Journal pada 2025 melaporkan bahwa CIA sempat meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menghentikan rencana sabotase Nord Stream.

Zelensky menyampaikan perintah tersebut kepada Panglima Militer Ukraina saat itu, Valerii Zaluzhnyi, namun Zaluzhnyi mengabaikannya dan tetap melanjutkan operasi secara lisan agar tidak meninggalkan jejak dokumentasi.

Empat pejabat senior Ukraina yang terlibat atau mengetahui operasi tersebut menyebut bahwa jaringan pipa gas Rusia ke Eropa dianggap sebagai target sah oleh Kiev.

Sabotase Nord Stream memperburuk krisis energi di Eropa dan memicu ketegangan geopolitik antara Rusia dan Barat.

Hingga kini, belum ada pihak yang secara resmi mengklaim tanggung jawab, sementara penyelidikan internasional masih berlanjut.

 

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan