Kerusuhan di Nepal
Kisah 3 Dosen WNI Bertahan di Tengah Kepulan Asap dan Sirine di Nepal, Bak Dijaga Malaikat
Ini kisah dosen Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan RI teruji saat bertahan saat kerusuhan di Nepal.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Diundang sebagai fasilitator dalam program kepemimpinan bidan dan perawat di Nepal, tiga warga negara Indonesia (WNI) mendapat pengalaman yang tak terlupakan.
Profesionalisme, keteguhan hati dan keberanian 3 orang dosen Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan RI teruji saat bertahan saat kerusuhan di Nepal.
Baca juga: Rahasia Bocor, AS Dituding Kucurkan Dana Fantastis Demi Biayai Kerusuhan yang Guncang Nepal
Mereka adalah Tecky Afifah (Poltekkes Semarang), Riska Regia (Poltekkes Pontianak), dan Hetty Astri (Poltekkes Jakarta III).
Berangkat ke Kathmandu dengan semangat berbagi ilmu, namun tak disangka bahwa di tengah misi mulia itu, mereka harus bertahan di tengah demonstrasi besar yang melumpuhkan kota.
Bagaimana kisah mereka?
Ketegangan di Tengah Misi
Ketiga dosen WNI ini merasakan ketegangan suasana di Nepal.
Pada 9 September 2025, demonstrasi pecah. Jalanan berubah menjadi lautan asap, sirine ambulans dan kendaraan keamanan meraung tanpa henti. Hotel tempat mereka menginap berubah menjadi benteng perlindungan.
Baca juga: Andi Widjajanto Duga Adanya Pola Baru Kerusuhan di RI-Nepal Dioptimalkan oleh AI
“Kami tidak boleh keluar tanpa pengamanan. Suasana kota begitu tegang, seperti menahan napas,” kenang Riska saat tampil di talkshow Tribunnews.com on Focus.
Setiap hari, Direktur Poltekkes Kemenkes RI menghubungi mereka, memastikan kabar dan keselamatan.
Doa dari keluarga dan kolega di tanah air menjadi pelita di tengah gelapnya ketidakpastian.
Perjalanan Pulang Penuh Haru, Bak Dijaga Malaikat
Hingga tiba saat pulang tepatnya 11 September, mereka dijemput oleh mobil PBB.
Saat itu jalur utama ditutup, demonstrasi kembali pecah. Di tengah kepadatan bandara dan ketegangan yang belum reda, mereka tetap tenang.

“Kami selalu dibersamai oleh Ibu Ai dari WHO SEARO, yang terus berkoordinasi dengan keamanan PBB. Rasanya seperti dijaga oleh malaikat,” ujar Hetty.
Mereka tiba di Jakarta pada 12 September 2025.
Tangis haru menyambut kepulangan mereka. Bukan hanya karena selamat, tetapi karena telah menunaikan tugas dengan penuh dedikasi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.