Kamis, 25 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Tolak Klaim Trump soal 'Macan Kertas', Tegaskan Perang Akan Berlanjut

Kremlin menyatakan tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkan perang setelah Trump menyebut Rusia sebagai 'macan kertas'.

Kantor Berita Rusia TASS/Sergey Karpukhin
DMITRY PESKOV - Foto Dmitry Peskov diambil dari kantor berita Rusia TASS pada hari Kamis (13/3/2025) yang menunjukkan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Foto ini diambil oleh Sergey Karpukhin pada November 2023. Kremlin menyatakan tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkan serangan militernya ke Ukraina, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut Rusia sebagai 'macan kertas'. 

TRIBUNNEWS.COM - Kremlin menyatakan tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkan serangan militernya ke Ukraina, setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyebut Rusia sebagai 'macan kertas'.

'Macan kertas' adalah istilah yang mengisyaratkan kekuatan yang tampak menakutkan, namun sebenarnya lemah.

Istilah paper tiger atau macan kertas sendiri berasal dari kosakata politik Tiongkok, dan telah lama digunakan untuk menggambarkan entitas yang terlihat kuat secara militer atau politik, namun sebenyarnya rapuh dan tidak efektif.

Dalam konteks ini, Trump menggunakan istilah tersebut untuk menganggap remeh efektivitas militer dan ekonomi Rusia dalam perang yang telah berlangsung lebih dari 3 tahun.

Pernyataan Trump ini disampaikan setelah ia bertemu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky di sela-sela sidang umum PBB, pada Selasa (23/9/2025).

Dalam unggahan media sosialnya, Trump menyatakan keyakinannya bahwa Ukraina berada dalam posisi untuk "berjuang dan memenangkan kembali seluruh wilayahnya".

Ini adalah sebuah pernyataan yang menandai perubahan tajam dari sikap sebelumnya yang lebih netral terhadap konflik tersebut.

Trump menyebut Rusia sebagai 'macan kertas', dengan mengatakan bahwa Presiden Vladimir Putin dan Rusia sedang mengalami masalah ekonomi besar, dan inilah saatnya bagi Ukraina untuk bertindak, dikutip dari Al Jazeera.

Konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina dimulai pada Februari 2022, ketika Moskow menginvasi Ukraina dengan dalih 'operasi militer khusus'. 

Rusia telah merebut hampir 20 persen wilayah Ukraina sejak invasi pada Februari 2022. 

Moskow mencaplok Semenanjung Krimea milik Ukraina pada tahun 2014 dan menganggapnya berada di luar cakupan invasinya.

Baca juga: Trump Yakin Ukraina Bisa Rebut Kembali Semua Wilayah dari Rusia, Desak NATO Stop Impor Minyak

Sejak saat itu, perang terus berlangsung dan memicu ketegangan global.

Trump, yang kembali menjabat Presiden AS pada Januari lalu, sebelumnya mencoba meredakan hubungan dengan Kremlin, bahkan sempat bertemu Presiden Vladimir Putin dalam sebuah pertemuan puncak di Alaska. 

Kremlin Tolak Klaim dan Tegaskan Tidak Ada Alternatif Selain Perang

Menanggapi komentar Trump, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan pada Rabu (24/9/2025) bahwa Rusia akan tetap melanjutkan serangannya ke Ukraina.

"Kami melanjutkan operasi militer khusus kami untuk memastikan kepentingan kami dan mencapai tujuan yang ditetapkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, dikutip dari Arab News.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan