Selasa, 30 September 2025

5 Populer Internasional: 8 Kebohongan Netanyahu di Sidang Umum PBB - India Pensiunkan MiG-21

Rangkuman berita populer internasional, di antaranya 8 kebohongan Netanyahu dalam pidatonya di Sidang Umum PBB.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Tangkap layar YouTube United Nations | Tangkapan layar YouTube WION | Tangkap layar YouTube Indian Air Force | Tangkap layar YouTube FOX 32 Chicago
BERITA POPULER INTERNASIONAL - Kolase foto: PM Israel Benjamin Netanyahu di Sidang Umum PBB pada 26 September 2025; Pesawat F-16; Upacara perpisahan jet tempur India MiG-21; dan situasi di depan fasilitas Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE) di Kota Portland, Oregon, AS. Inilah kumpulan berita populer internasional hari ini. 

TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer internasional dimulai dari sejumlah klaim PM Israel Benjamin Netanyahu di Sidang Umum PBB yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Sementara itu, militer India mempensiunkan jet tempur era Soviet, MiG-21 dan akan menggantinya dengan jet tempur yang lebih modern.

Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.

1. 8 Kebohongan yang Diucapkan PM Israel Benjamin Netanyahu dalam Pidatonya di Sidang Umum PBB

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyampaikan pidato dalam Sidang Umum PBB pada Jumat (26/9/2025) di New York, Amerika Serikat.

Dalam pidatonya, Netanyahu menyinggung perang yang terus berlangsung di Gaza meski menuai kecaman internasional.

Ia juga membantah temuan komisi PBB yang menyatakan Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza.

Mengutip Al Jazeera, berikut klaim-klaim Netanyahu yang dianggap sebagai kebohongan, disertai fakta sebenarnya:

PIDATO BENJAMIN NETANYAHU -  Tangkapan Layar Kanal Youtube United Nations saat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada hari Jumat (26/9/2025).
PIDATO BENJAMIN NETANYAHU - Tangkapan Layar Kanal Youtube United Nations saat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada hari Jumat (26/9/2025). (Tangkapan Layar Kanal Youtube United Nations)

1. Klaim: Jika Hamas menyetujui tuntutan Israel, perang bisa berakhir "sekarang juga".

Fakta: Israel, dengan dukungan politik dan militer penuh dari Amerika Serikat, telah berulang kali memblokir upaya gencatan senjata di Gaza.

Netanyahu dan pemerintahannya kerap dikecam keluarga para tawanan di Gaza, bersama ribuan warga Israel yang memprotes untuk menuntut diakhirinya perang dan pemulangan semua tawanan.

Pada 18 Maret, Israel menggagalkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas dengan membunuh lebih dari 400 warga Palestina, serta memberlakukan blokade total selama berbulan-bulan yang menyebabkan kelaparan.

Awal bulan ini, Israel mengklaim, menyetujui proposal gencatan senjata, tetapi kemudian justru mengebom Qatar untuk menargetkan kepemimpinan politik Hamas di luar Gaza, sehingga memupus harapan negosiasi.

BACA SELENGKAPNYA >>>

Baca juga: Israel Makin Dikucilkan Dunia, Krisis Gaza Picu Sanksi Ekonomi, Budaya hingga Olahraga

2. Daftar 180 Negara yang Walk Out saat Netanyahu Bicara di PBB: Indonesia hingga Sekutu AS Pilih Cabut

Sidang Majelis Umum PBB ke-80 di New York mendadak ricuh setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, naik ke podium.

Sebanyak 180 dari 193 negara anggota dilaporkan melakukan aksi walk out massal, meninggalkan ruangan hampir kosong saat Netanyahu mulai menyampaikan pidatonya.

Ketika Netanyahu mulai berbicara, puluhan delegasi bergegas keluar. Pimpinan sidang sempat berusaha menenangkan dengan berkata, “Tolong tetap berada di ruangan, tolong duduk,” namun sebagian besar kursi tetap kosong.

Langkah dramatis ini dilakukan sebagai bentuk protes atas pernyataan keras Netanyahu yang menolak pengakuan negara Palestina dan berjanji “menyelesaikan tugas” melenyapkan Hamas di Gaza.

Reaksi tersebut memperlihatkan semakin tajamnya isolasi diplomatik Israel di tengah meningkatnya tekanan global atas perang di Gaza.

BACA SELENGKAPNYA >>>

3. Ratusan Drone dan Rudal Rusia Serang Ukraina, Polandia Kerahkan Pesawat F-16 Sekat Wilayah Udara

Militer Rusia menggelar kampanye serangan udara besar-besaran, menyasar sejumlah kota di Ukraina sepanjang Minggu dini hari WIB (28/9/2025).

Serangan ini melibatkan ratusan drone serta rudal jelajah dan balistik dan melukai 10 orang.

"Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran lainnya di kota-kota Ukraina saat orang-orang sedang tidur," kata Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, di X.

"Sekali lagi, ratusan drone dan rudal, menghancurkan bangunan tempat tinggal dan menyebabkan korban sipil."

Ia mengunggah rekaman api yang menyembur dari jendela sebuah blok apartemen bertingkat, yang menurut Sybiga merupakan akibat dari serangan tersebut.

Beberapa warga mengungsi ke stasiun-stasiun metro yang berada jauh di bawah tanah demi keselamatan. Banyak wilayah di seluruh negeri berada di bawah peringatan serangan udara.

Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, mengatakan ibu kota Ukraina berada di bawah serangan "masif" dan mendesak warga untuk tetap berada di tempat perlindungan.

Baca juga: Ibu Ungkap Pesan Terakhir Naufal, Atlet Gimnastik Indonesia yang Meninggal di Rusia

Ia mengatakan setidaknya enam orang terluka "akibat serangan musuh", lima di antaranya dirawat di rumah sakit dan satu di tempat kejadian.

Gubernur wilayah Zaporizhzhia di tenggara mengatakan serangan Rusia di sana telah melukai setidaknya empat orang.

"Sekali lagi, bangunan tempat tinggal dan infrastruktur diserang. Sekali lagi, ini adalah perang melawan warga sipil," kata Andriy Yermak, kepala kantor kepresidenan Ukraina.

BACA SELENGKAPNYA >>>

4. India Pensiunkan 'Peti Mati Terbang' Rusia MiG-21, Ganti dengan Jet Tempur Tejas dan Rafale

Pesawat tempur India buatan Rusia MiG-21 terbang untuk terakhir kalinya pada Jumat (26/9/2025).

Penerbangan itu menjadi penanda berakhirnya era jet tempur supersonik pertama India tersebut, yang dulu dipuji karena kehebatannya namun performanya menurun karena usia.

Mengutip euractiv.com, kerumunan bersorak saat dua skuadron terakhir MiG-21, sekitar 36 pesawat, menjalani upacara perpisahan di pangkalan udara Chandigarh, India utara.

Perpisahan ini berlangsung sehari setelah New Delhi menandatangani kesepakatan senilai €6 miliar (sekitar Rp106 triliun) untuk membeli 97 jet Tejas buatan dalam negeri guna memodernisasi armada era Sovietnya.

Acara perpisahan mencakup simulasi pertempuran udara antar MiG, serta pertunjukan aerobatik berwarna-warni oleh tim Surya Kiran.

Menteri Pertahanan India Rajnath Singh dan pejabat tinggi angkatan udara, termasuk para veteran MiG-21, menyaksikan penerbangan terakhir tersebut.

Jet-jet yang dipensiunkan kemungkinan akan dipamerkan ke publik, meski belum ada pengumuman resmi.

MiG-21: Dari Ikon Hingga "Peti Mati Terbang"

MiG-21 pertama kali dioperasikan pada 1960-an, India memiliki hingga 874 unit.

Rencana pensiun sejak 1990-an berulang kali tertunda karena hambatan produksi lokal, birokrasi, dan skandal korupsi.

“Warisan MiG-21 tak terbantahkan. Pesawat ini tangguh, meskipun penuh kekurangan, dan menjadi tulang punggung Angkatan Udara India selama puluhan tahun,” kata mantan Marsekal Udara Raghunath Nambiar kepada AFP.

BACA SELENGKAPNYA >>>

5. AS Kembali Panas, Ini Alasan Trump Kirim Pasukan ke Portland hingga Gunakan Kekuatan Penuh

Amerika Serikat (AS) kembali memanas setelah Presiden Donald Trump mengirim pasukan ke wilayah Portland, Oregon, AS Sabtu (27/9/2025).

Donald Trump mengatakan, pengiriman pasukan ke Portland sebagai bentuk melindungi fasilitas Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) yang ia klaim telah diserang oleh Antifa dan teroris domestik lainnya.

Antifa adalah singkatan dari anti-fasis. Istilah ini berasal dari kata Jerman "antifaschistisch", merujuk pada kelompok anti-fasis Jerman pada tahun 1930-an.

Meski keberadaan Antifa di AS sudah ada sejak puluhan tahun lalu, kelompok ini menjadi terkenal setelah kemenangan pemilu pertama Trump pada tahun 2016 dan unjuk rasa sayap kanan di Charlottesville pada tahun 2017, tempat berbagai kelompok anti-fasis mulai bersatu.

Kini, Trump kembali bermasalah dengan kelompok Antifa setelah mengutus Menteri Perang AS, Pete Hegseth untuk mengirim pasukan ke Portland.

Bahkan, Trump tak segan-segan mengutus Hegseth untuk mengirimkan pasukan dengan kekuatan penuh di kota tersebut.

"Saya menginstruksikan Menteri Perang, Pete Hegseth, untuk menyediakan semua pasukan yang diperlukan guna melindungi Portland yang porak-poranda akibat perang, dan semua Fasilitas ICE kita yang dikepung dari serangan Antifa, dan teroris domestik lainnya."

"Saya juga mengizinkan pengerahan pasukan penuh, jika diperlukan. Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini!" tulis Trump di Truth Social.

Gedung Putih tidak memberikan komentar tambahan ketika dihubungi CNN untuk klarifikasi mengenai apa yang dimaksud presiden dengan "kekuatan penuh" dan pasukan mana yang akan dikirim ke kota tersebut.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, juru bicara DHS, Tricia McLaughlin, mengklaim tindakan tersebut diambil setelah "kerusuhan hebat selama berminggu-minggu di fasilitas ICE" dan serangan terhadap penegak hukum.

"Kami tidak akan membiarkan teroris domestik Antifa menghalangi misi kami untuk menciptakan keamanan Amerika, dan mereka yang mencoba akan dimintai pertanggungjawaban," kata McLaughlin.

BACA SELENGKAPNYA >>>

(Tribunnews.com)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan