Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Bukan Tawaran, Trump Ultimatum Hamas untuk Tanggapi Rencananya soal Gaza, Beri Waktu 3 atau 4 Hari

Trump memberi ultimatum soal kesepakatan untuk Gaza saat Hamas meninjau proposal yang didukung oleh Israel.

|
Penulis: Nuryanti
Truth Social/@realDonaldTrump
TRUMP - Foto diambil dari akun Trump di Truth Social, Selasa (24/6/2025), memperlihatkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam postingan yang diunggah pada Senin (23/6/2025). Trump memberi ultimatum soal kesepakatan untuk Gaza saat Hamas meninjau proposal yang didukung oleh Israel. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memberi Hamas ultimatum "tiga atau empat hari" untuk menanggapi rencananya untuk Gaza, Selasa (30/9/2025).

Ultimatum ini disampaikan Donald Trump saat kelompok militan Palestina tersebut meninjau proposal yang didukung oleh Israel.

Rencana tersebut menyerukan gencatan senjata, pembebasan sandera oleh Hamas dalam waktu 72 jam, pelucutan senjata Hamas, dan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza, diikuti oleh otoritas transisi pascaperang yang dipimpin oleh Trump sendiri.

Trump mengumumkan kesepakatan soal Gaza itu ketika berada di Gedung Putih pada Senin (29/9/2025) setelah bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

"Kami akan melakukannya sekitar tiga atau empat hari," kata Trump kepada wartawan ketika ditanya tentang jangka waktunya, dilansir Arab News.

"Kami hanya menunggu Hamas, dan Hamas akan melakukannya atau tidak. Dan jika tidak, itu akan menjadi akhir yang sangat menyedihkan," tegas Trump.

Bukan Tawaran

Diberitakan Al Jazeera, rencana ini bukan tawaran, seperti yang ditegaskan Trump.

Trump secara khusus telah mengatakan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bahwa jika Hamas tidak menerima, dia harus melakukan apa yang harus dia lakukan, yaitu secara efektif memberikan lampu hijau untuk tindakan intensif Israel di Gaza, menghapus semua janji indah yang terkandung dalam rencana 20 poin, termasuk penarikan bertahap Israel dari Gaza, pemerintahan sendiri di Gaza, kembalinya orang-orang dari Gaza jika mereka mau, dan konfirmasi mutlak bahwa orang-orang Gaza tidak akan diusir.

Pada Selasa, seorang sumber Palestina mengatakan dengan syarat anonim bahwa Hamas telah memulai konsultasi mengenai rencana tersebut "di dalam kepemimpinan politik dan militernya, baik di dalam maupun di luar negeri."

"Pembahasannya bisa memakan waktu beberapa hari karena kompleksitasnya," kata sumber tersebut.

Qatar, yang menampung para pemimpin Hamas yang diasingkan, mengatakan kelompok itu telah berjanji untuk mempelajari proposal tersebut "secara bertanggung jawab," dan juga mengatakan akan mengadakan pertemuan dengan Hamas dan Turki pada Selasa malam.

Baca juga: Trump dan Netanyahu kepada Hamas: Terima 20 Poin Rencana Gaza, atau Hancur?

"Masih terlalu dini untuk membicarakan tanggapan, tetapi kami benar-benar optimis bahwa rencana ini, seperti yang telah kami katakan, adalah rencana yang komprehensif," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Majed Al-Ansari.

Kesepakatan itu menuntut agar militan Hamas sepenuhnya dilucuti senjatanya dan dikeluarkan dari peran-peran di pemerintahan di masa mendatang, tetapi mereka yang setuju untuk "hidup berdampingan secara damai" akan diberikan amnesti.

Kesepakatan itu juga akan mencakup penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza, setelah hampir dua tahun perang yang dipicu oleh serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

Namun, dalam sebuah pernyataan video yang diunggah setelah konferensi pers bersama dengan Trump, Netanyahu mengatakan militer akan tetap berada di sebagian besar Gaza, dan juga bahwa ia tidak menyetujui negara Palestina selama pembicaraannya di Washington.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved