Konflik Palestina Vs Israel
200 Orang Lebih di 13 Kapal Global Sumud Flotilla Dicegat Israel, Misi Bantuan Gaza Tetap Jalan
Meski ada pencegatan 13 kapal itu, Jubir menegaskan bahwa misi kelompok membawa bantuan untuk Gaza itu tetap berjalan dan kapal-kapal tetap berlayar.
“Israel mungkin akan menyerang kami malam ini karena semua sinyal menunjukkan hal ini akan terjadi,” ujarnya dalam video yang diunggah di Instagram.
Timeline Pemberangkatan Kapal Kemanusiaan Gaza
Mengutip The New York Times, armada tersebut berlayar dari Spanyol pada awal September dan bergabung dengan kapal-kapal lain saat melintasi Laut Mediterania.
Armada tersebut terdiri lebih dari 40 kapal, dengan sejumlah tokoh terkemuka di dalamnya, termasuk aktivis iklim ternama Greta Thunberg dan Mandla Mandela, cucu Nelson Mandela, dan beberapa anggota parlemen terpilih dari Italia.
Berikut jadwal perjalanan kapal kemanusiaan menuju Gaza:
- 24 Agustus 2025: Perwakilan Indonesia dan negara ASEAN berangkat bersama dari Malaysia
- 31 Agustus 2025: Pelepasan kapal dari berbagai pelabuhan dunia (Tunisia, Barcelona, Roma)
- 5 September 2025: Seluruh armada bertemu di Laut Mediterania dan berlayar bersama menuju Gaza
- 13 September 2025: Perkiraan tiba di Gaza
- 18 September 2025: Perkiraan kapal kembali ke negara asal
Dikutip dari laman resmi Global Sumud Flotilla, mereka terdiri dari koalisi masyarakat biasa, mulai dari organisator, pekerja kemanusiaan, dokter, seniman, pendeta, pengacara, dan pelaut yang percaya pada martabat manusia dan kekuatan tindakan tanpa kekerasan.
Pada bulan Juni 2025 lalu, Global Sumud Flotilla meluncurkan mobilisasi terkoordinasi global melalui darat, laut, dan udara.
Kemudian, di musim panas, Global Sumud Flotilla kembali dengan strategi terpadu; satu tujuan dan koordinasi global yang belum pernah ada sebelumnya.
Upaya tersebut dibangun di atas perjuangan Palestina selama puluhan tahun dan solidaritas internasional.
Meskipun para relawan Global Sumud Flotilla berasal dari bangsa, agama, dan keyakinan politik yang berbeda, mereka dipersatukan oleh satu kebenaran; pengepungan dan genosida harus diakhiri.
Global Sumud Flotilla menyatakan bahwa mereka independen, internasional, dan tidak berafiliasi dengan pemerintah atau partai politik mana pun. Kesetiaan mereka adalah pada keadilan, kebebasan, dan kesucian hidup manusia.
Melalui gerakan ini, mereka ingin mematahkan pengepungan Israel di Gaza dan membuka koridor kemanusiaan untuk menyalurkan bantuan melalui laut.
Selain itu, gerakan ini juga menekankan pentingnya perlindungan bagi warga sipil serta penegakan hukum internasional yang selama ini kerap diabaikan.
Gaza telah berada di bawah blokade Israel sejak Hamas merebut kekuasaan di sana pada tahun 2007 dan pembatasan Israel terhadap barang-barang yang masuk ke Gaza semakin ketat sejak perang terjadi di Oktober 2023.
Lebih dari 60.000 warga Palestina telah tewas sejak dimulainya perang dan menurut panel ahli pangan yang didukung PBB dan temuannya ditolak Israel, sebagian wilayah di Gaza telah menderita kelaparan dalam beberapa bulan terakhir.
Oleh karena itu, para aktivis di kapal Global Sumud Flotilla pun membawa perahu mereka penuh dengan obat-obatan, susu formula bayi, makanan, popok, dan kaki palsu.
(Tribunnews.com/Rifqah)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.