Selasa, 7 Oktober 2025

PM Prancis Sebastien Lecornu Mundur setelah Bentuk Kabinet, Krisis Politik Kian Dalam

PM Prancis Sébastien Lecornu mengundurkan diri hanya beberapa jam setelah membentuk kabinet barunya, memicu guncangan politik.

|
Editor: Nuryanti
Le Monde
PRANCIS BERGEJOLAK - Perdana Menteri Prancis Sébastien Lecornu resmi mengundurkan diri pada Senin (6/10/2025) pagi, hanya beberapa jam setelah membentuk kabinet barunya. 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Prancis, Sebastien Lecornu, resmi mengundurkan diri pada Senin (6/10/2025) pagi, hanya beberapa jam setelah membentuk kabinet barunya.

Kantor Presiden Emmanuel Macron mengonfirmasi bahwa Macron telah menerima pengunduran diri sekutu dekatnya itu, yang baru menjabat selama 27 hari.

Al Jazeera melaporkan, pengunduran diri Lecornu menjadikannya perdana menteri dengan masa jabatan tersingkat dalam sejarah modern Prancis.

Keputusan tersebut memperdalam ketidakstabilan politik yang telah mengguncang negara itu selama lebih dari satu tahun terakhir.

Lecornu mengumumkan susunan kabinetnya pada Minggu (5/10/2025) malam, yang sebagian besar diisi oleh tokoh-tokoh dari pemerintahan sebelumnya di bawah François Bayrou.

Namun, langkah itu langsung menuai kritik, baik dari oposisi maupun partai-partai pendukung, karena dianggap tidak membawa pembaruan signifikan.

“Syarat-syarat tidak terpenuhi bagi saya untuk menjalankan fungsi saya sebagai perdana menteri,” ujar Lecornu dalam pernyataannya.

Ia menuding “selera partisan” dari berbagai faksi politik yang membuatnya tidak bisa menjalankan pemerintahan secara efektif.

Al Jazeera melaporkan, Lecornu sebelumnya berjanji akan “melanggar strategi lama” dan membuka ruang bagi kompromi politik.

Kendati begitu, menurutnya, setiap partai hanya ingin agendanya sendiri yang diterapkan.

“Saya siap berkompromi, tetapi masing-masing partai politik ingin partai lainnya mengadopsi seluruh programnya,” katanya di luar kantor perdana menteri.

Baca juga: Isi Percakapan Macron saat Terjebak Tot Tot Wuk Wuk Trump: Tebak Apa yang Terjadi dengan Saya?

Krisis ini memperburuk posisi Presiden Macron yang kini menghadapi tekanan besar dari berbagai kubu.

Marine Le Pen, pemimpin partai sayap kanan National Rally, mendesak agar diadakan pemilu legislatif lebih cepat.

"Satu-satunya keputusan bijak adalah kembali ke tempat pemungutan suara,” ujarnya kepada media lokal.

Jean-Luc Mélenchon, pemimpin partai sayap kiri La France Insoumise, bahkan menyerukan agar Macron mundur dari jabatannya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved