Konflik Palestina Vs Israel
Gencatan Senjata Disepakati, Warga Gaza Sambut dengan Kegembiraan dan Rasa Lega yang Mendalam
Setelah dua tahun dihantam perang tanpa henti, suara ledakan digantikan oleh sorak sorai dan air mata haru warga Gaza.
TRIBUNNEWS.COM - Setelah dua tahun dihantam perang tanpa henti, suara ledakan digantikan oleh sorak sorai dan air mata haru.
Warga Gaza akhirnya menyambut secerca harapan.
Pada Rabu (8/10/2025), malam, waktu setempat, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyepakati fase pertama dari kerangka kerja perdamaian.
Kesepakatan yang menjadi titik awal dari kemungkinan berakhirnya salah satu konflik paling berdarah di abad ini.
Kesepakatan tersebut, yang merupakan bagian dari rencana 20 poin Trump, mencakup gencatan senjata menyeluruh, pembebasan seluruh tawanan Israel yang ditahan di Gaza dengan imbalan tahanan Palestina, serta penarikan pasukan Israel ke garis yang telah disepakati.
Meski masih banyak detail yang belum dipublikasikan, kesepakatan ini langsung disambut oleh berbagai pihak sebagai langkah signifikan menuju perdamaian.
Di kota Khan Younis dan wilayah lain di Gaza, ribuan warga turun ke jalan, mengibarkan bendera, menyanyikan lagu kemenangan, dan berdoa.
“Alhamdulillah, syukur kepada Tuhan atas gencatan senjata, berakhirnya pertumpahan darah dan pembunuhan,” ujar Abdul Majeed Abd Rabbo, warga Gaza yang wajahnya tampak basah oleh air mata dan penuh harap.
Koresponden Al Jazeera, Hani Mahmoud, menggambarkan suasana malam itu sebagai momen yang tak terlupakan.
“Ini momen bersejarah dan secara pribadi, sungguh melegakan. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, langit Gaza terasa lebih tenang,” ujarnya.
Kesepakatan Gencatan Senjata: Apa Saja Isinya?
Baca juga: Israel dan Palestina Capai Kesepakatan Damai, Hamas Kemungkinan Bebaskan Sandera Sabtu Ini
Pengumuman Presiden Trump menandai dimulainya Tahap Pertama dari kerangka perdamaian.
Ini mencakup:
- Gencatan senjata total antara Israel dan Hamas
- Pembebasan sandera Israel di Gaza dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina
- Penarikan pasukan Israel ke posisi yang telah disepakati
- Distribusi bantuan kemanusiaan dalam skala besar ke Jalur Gaza
Rencana ini awalnya diusulkan pada 29 September 2025, dalam pertemuan Trump dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.
Hanya beberapa jam sebelum pengumuman resmi, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyerahkan sebuah catatan mendesak kepada Trump.
"Saya sangat bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani Tahap Pertama Rencana Perdamaian kami," ujar Trump di Truth Social.
"Ini berarti SEMUA Sandera akan segera dibebaskan, dan Israel akan menarik pasukannya ke garis yang disepakati sebagai langkah pertama menuju Perdamaian yang Kuat, Tahan Lama, dan Abadi," tambah Trump, dikutip dari Al-Arabiya.
Warga Gaza: Dari Kepedihan ke Harapan
Selama dua tahun terakhir, Gaza telah menjadi saksi penderitaan luar biasa.
Lebih dari 67.000 warga Palestina terbunuh, menurut otoritas setempat dan data yang telah dikonfirmasi oleh PBB.
Bangunan, sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur hancur. Laporan kelaparan dan kekurangan air bersih mengalir dari organisasi kemanusiaan internasional.
Namun malam itu, untuk pertama kalinya sejak gencatan senjata singkat yang hancur enam bulan lalu, warga Gaza bisa bernapas lega, meskipun masih dengan hati-hati.
"Ini adalah momen-momen bersejarah yang telah lama dinantikan oleh warga Palestina," tambah Khaled Shaat, seorang warga.
"Kegembiraan yang kami saksikan beberapa waktu lalu di jalan adalah kelegaan dari pembantaian, pembunuhan, dan genosida," tambahnya.
Meskipun beberapa serangan udara masih terjadi setelah pengumuman, suasana malam secara keseluruhan jauh lebih tenang dari biasanya.
Di Israel: Perayaan dengan Harapan yang Sama
Tak hanya di Gaza, kegembiraan juga pecah di Lapangan Hostage, Tel Aviv.
Keluarga para sandera Israel yang selama ini melakukan aksi protes tanpa henti, merayakan pengumuman itu dengan tangis bahagia.
“Kami gembira, air mata tak henti mengalir, ini adalah kegembiraan yang luar biasa,” ujar Einav Zangauker, ibu dari salah satu tawanan.
Perdana Menteri Netanyahu menyebut kesepakatan ini sebagai “hari besar bagi Israel” dan berjanji akan segera mengumpulkan kabinetnya untuk menyetujui implementasi tahap pertama.
Pembebasan Sandera: Dalam Hitungan Hari
Setelah pengumuman gencatan senjata, perhatian publik kini tertuju pada pembebasan para sandera.
Sebuah sumber dari Hamas menyebutkan bahwa sandera yang masih hidup akan diserahkan dalam waktu 72 jam setelah pemerintah Israel menyetujui kesepakatan.
Namun, proses ini tidak sepenuhnya mudah.
Hamas memperingatkan bahwa pengumpulan jenazah sekitar 28 sandera yang tewas akan memakan waktu lebih lama, mengingat banyaknya reruntuhan akibat serangan udara di Gaza.
Presiden Trump, dalam wawancara dengan program Hannity di Fox News, menyatakan bahwa para sandera kemungkinan besar akan dibebaskan paling lambat Senin, 13 Oktober 2025.
Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan telah melakukan panggilan telepon dan saling memberi selamat atas pencapaian bersejarah ini.
Netanyahu bahkan mengundang Trump untuk berpidato di parlemen Israel.
Tantangan Masih Panjang
Meskipun euforia menyelimuti kedua belah pihak, banyak pihak tetap memperingatkan bahwa proses damai belum selesai.
Tahap kedua dari kesepakatan mencakup:
- Penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza
- Pelucutan senjata Hamas
- Pembentukan pemerintahan dan pengaturan keamanan baru di Gaza
Ini adalah langkah yang sangat kompleks dan masih perlu negosiasi lebih lanjut dengan melibatkan mediator dari Qatar, Mesir, dan PBB.
Selain itu, masih banyak pertanyaan penting yang belum terjawab: Siapa yang akan memerintah Gaza pascaperang? Apa status politik Hamas? Bagaimana jaminan keamanan bagi kedua pihak?
Trump mengusulkan badan internasional yang dipimpin olehnya sendiri, termasuk mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, untuk memfasilitasi pemerintahan pascaperang Gaza.
Namun, usulan ini ditolak oleh Hamas, yang menegaskan bahwa pemerintahan Gaza hanya akan diserahkan kepada pemerintahan teknokrat Palestina yang diawasi oleh Otoritas Palestina dan didukung negara-negara Arab dan Muslim.
Negara-negara Arab yang mendukung rencana Trump juga menuntut pengakuan atas kemerdekaan negara Palestina.
Sebuah tuntutan yang telah lama ditolak oleh Netanyahu, yang menegaskan bahwa Israel tidak akan pernah mengizinkan negara Palestina berdiri.
Harapan Baru di Tengah Luka Lama
Kesepakatan gencatan senjata ini bisa menjadi titik balik besar dalam sejarah konflik Israel–Palestina, atau bisa kembali runtuh seperti inisiatif damai sebelumnya.
Namun satu hal yang pasti: untuk satu malam, rakyat Gaza dan Israel bisa merasa sedikit lebih manusiawi, lebih damai, lebih penuh harapan.
Di tengah reruntuhan dan trauma berkepanjangan, masyarakat sipil kini memikul harapan terbesar.
Berharap anak-anak bisa tidur tanpa suara ledakan, dan bahwa akhirnya, perdamaian bukan hanya harapan.
(Tribunnews.com/Farra)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.