Gurihnya Otak-otak Bakar
PENYUKA menu olahan ikan pasti pernah mencicip gurihnya otak-otak. Pegangan ini tentu bukan terbuat dari otak, melainkan campuran tepung sagu dan daging ikan tenggiri, ikan selar (parang) maupun jenis ikan lain yang berdaging tebal.
Editor:
Anwar Sadat Guna
PENYUKA menu olahan ikan pasti pernah mencicip gurihnya otak-otak. Pegangan ini tentu bukan terbuat dari otak, melainkan campuran tepung sagu dan daging ikan tenggiri, ikan selar (parang) maupun jenis ikan lain yang berdaging tebal.
KEBANYAKAN masyarakat Bandung sudah akrab dengan rasa otak-otak bakar berbungkus daun pisang. Baik yang dijajakan di sisi kawasan wisata belanja, hingga usaha otak-otak di komplek perumahan, kafe, maupun restoran.
Otak-otak seukuran telunjuk orang dewasa ini lebih dulu dibakar di atas arang tempurung. Selama 5-10 menit proses pembakaran, akan tercium aroma khas otak-otak yang merupakan perpaduan harum yang mirip ikan bakar dan daun pisang gosong.
Setelah matang, permukaan tekstur otak-otak akan tampak bergelombang dan sedikit berwarna kecoklatan. Seporsi otak-otak bakar biasanya terdiri dari sepuluh bungkus.
Dijajakan penjual otak-otak di seputaran Bandung pada kisaran Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu. Peganan kaya protein ini disajikan bersama secawan kecil sambal kacang. Bagi penggila otak-otak, racikan sambal yang pas juga berperan penting dalam menentukan kelezatan rasa.
"Kadang ada tempat yang rasa otak-otaknya sudah oke, tapi sambalnya nggak beda jauh sama sambal bakso tahu atau batagor. Ada lagi tempat yang rasa sambal kacangnya beda-beda tipis sama bumbu sate Madura. Cuma lebih encer aja. Pokoknya beda aja sama rasa bumbu otak-otak khas Bangka," ujar Fatimah (29), karyawati sebuah biro periklanan.
Sambal kacang otak-otak di Bangka Belitung memang terasa agak berbeda. Sebab bahan sambal yang dipakai bukan kacang biasa tapi tauco yang dipadu kemiri sangrai dan bawang putih.
Buat menandai perbedaan itu, sebagian pecinta kuliner menyebut otak-otak di seputaran Bandung sebagai otak-otak Bandung.
Nuraida (30), mahasiswi pascasarjana dari Bangka Belitung, mengungkapkan, di daerah asalnya, otak-otak banyak dikembangkan warga keturunan Tionghoa. "Paling banyak variasi rasa maupun penyajian otak-otak ada di Pangkalpinang dan Belinyu. Di sana otak-otak tidak cuma dibuat dari daging ikan, tapi juga kulit ikan, daging udang, dan kepiting," jelasnya.
Di provinsi penghasil timah terbesar di Indonesia itu, ada otak-otak bakar bungkus daun pisang. Ada pula otak-otak rebus tekwan yang berbentuk seperti bakso pipih dan disajikan bersama kuah kaldu.
Di sana dikenal pula otak-otak bujan dan enjan yang bentuknya seperti bakso. Bujan dan enjan terasa agak padat karena bahan dasarnya dicampurkan parutan talas. Tidak kalah gurih yaitu otak-otak goreng yang sering disajikan sebagai makanan pembuka atau sekadar cemilan.