Terapi Lintah di Jambi Mulai Banyak Diminati
"Tiba-tiba orang datang dari Medan, Mandi angin dan tempat lain. Saya juga tak tahu mereka tahu dari mana. Ndak pernah pasang-pasang iklan," ujarnya.
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Jaka HB
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Dari pagi Anto bersama istrinya mengantarkan Latief ke Jambi. Anto adalah warga Mandiangin dan Latief (64) adalah bapaknya yang sedang sakit rematik, mereka ke Jambi bertujuan untuk berobat.
Mereka pergi berempat mmenggunakan mobil, Kamis (28/8/2014) dan pukul 11.30 mereka sampai di lorong Alamanda 3, di seberang RSUD H Abdul Manaf Kota Jambi. Latief dan istrinya langsung duduk di rumah Sartini atau kerap dipanggil Tini (48).
Tini adalah warga Mayang yang sejak 2008 dapat melakukan pengobatan alternatif lewat media lintah. Sambil duduk diatas tikar sembari ngobrol suami Tini membantu menempelkan lintah di kaki Latief.
Pukul 12.00 hari itu ada 5 orang yang sedang menjalani terapi lintah. Pasien-pasien Tini ini hanya mendengar terapi ini dari mulut ke mulut.
"Tiba-tiba orang datang dari Medan, Mandi angin dan tempat lain. Saya juga tak tahu mereka tahu dari mana. Ndak pernah pasang-pasang iklan," ujarnya.
Tini tak mau dirinya dipublikasi karena bakal ramai sekali rumahnya. Awalnya ia tak mau menerima pasien dalam terapi lintah ini.
Sejak 1999, Tini terkena Glukoma. Bagian kantung matanya membesar dan ditambah sakit gula. "Hampir buta dulu," ujarnya.
Namun dekat-dekat 2008 ia mendapat informasi tentang terapi lintah. Serta merta ia mempelajari terapi ini. "Awalnya memang untuk diri sendiri," ungkapnya.
Ia sempat jadi pasien terapi lintah di Jakarta. "Kalau di Jakarta dokternya dipanggil ke rumah," katanya.
Setelah itu ia juga mengaku membaca-baca buku tentang terapi lintah dan alhirnya mencoba sendiri.
Ia memperlihatkan fotonya waktu di terapi, di kantung matanya menempel 4 lintah.
"Awalnya suka pening dan penglihatan sudah berkurang. Tapib setelah beberapa kali ia melakukannya sendiri akhirnya sembuh," kenangnya.
Sebelumnya ia menjalani pengobayan-pengobatan alternatif seperti akupuntur bekam dan lain sebagainya. Namun saat pengobatan dengan lintah inilah ia sembuh.
"Sembuh nian tu tidak, tapi yo sekarang mata sudah awas. Dulu kan sempat make kacomato tapi sekarang idak. Dulu kadang tulisan yang kito tulis tu be baconyo agak susah, dak nampak," terangnya.
Dari beberapa sumber mengatakan bahwa Glaukoma adalah satu dari sekian jenis penyakit mata dengan gejala tak langsung. Bertahap kemampuan lihat mata berkurang dan berujung pada kebutaan.
Pasien kedua kemudian adiknya. Adiknya sempat mau melakukan operasi jantung, rencananya akan menggunakan ring dijantungnya.
"Tapi sebelum memutuskan berangkat, saya sarankan diobati dulu dengan lintah. Dipasang di dada lintahnya," katanya.
Di Eropa, Lintah jenis Hirudo medicinalis, telah sejak lama dimanfaatkan untuk pengeluaran darah (plebotomi) secara medis. Namun baru 2008 Tini mempraktekkan hal yang serupa.
Lalu setelah ia melakukan plebotomi pada adiknyang gagal operasi karena sudah terlanjut sembuh dengan lintah, ia tak lagi menerima pasien. Namun apa mau dikata beberapa pasien yang baru mendengar kegiatan Tini memaksanya untuk mengobati.
"Sampai 3 kali saya tolak dulu. Ada yanh buta, lumpuh, sinusitis dan banyak lagi," ujarnya.
Namun kesembuhan demi kesembuhan pasien membuaynya yakin. Terlebih telah diketahuinya bahwa lintah hanya mau mengjisap darah di area-area uanh berpotensi jadi sumber penyakit.
Seperti halnya Nurbaiti (52) yang mengaku kakinya mengalami alergi kulit kaki sejak lama. Biasanya solusi yang digunakan adalah mencuci kaki dengan air panas tiap malam.
"Setelah di terapi gatalnya kurang. Lintahnya menghisap sumber-sumber yang gatal itu," terang ibu 3 anak ini.
Selama satu jam lintah menggelendot di kaki Nubaiti. Semakin lama lintah-lintah tersebit semakin gemuk dan akhirnya lepas dengan sendirinya.
Darah yang keluar dari bekas gigitan itu pun langsung disemprot Tini dengan alkohol dan ditutup Tini dengan tisue sembari ditempelkan plester luka.
Menurut pengakuan Nurbaiti darahnya kadang keluar sampai malam. Meski pun begitu kakinya jadi lebih ringan dan tidak gatal lagi.
Tak pernah sekali pun Tini dapat mimpi-mimpi aneh. Ia hanya belajar dan tawakal dengan apa yang dilakukannya. "Atas izin Tuhan saja saya bisa membantu orang lain," katanya