Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Ilmuwan Top China Sebut Virus Corona Mungkin Akan Kembali Setiap Tahun

Ilmuwan top China mengatakan virus corona mungkin tidak akan bisa diberantas tuntas. Patogen kemungkinan akan kembali dalam periode gelombang waktu

Frederic J. BROWN / AFP
Seorang pelancong internasional yang mengenakan masker di Bandara Internasional Los Angeles (LAX) pada 12 Maret 2020 sehari sebelum larangan bepergian penerbangan AS pada 26 negara Eropa sebagai bentuk pencegahan berkelanjutan terkait virus corona 

Sementara itu, beberapa pihak termasuk Presiden AS Donald Trump, telah menyatakan harapan bahwa penyebaran virus akan melambat ketika suhu meningkat pada musim panas.

Namun, para pakar China mengatakan bahwa mereka tidak menemukan bukti suhu panas bisa membunuh virus corona.

"Virus ini memang peka terhadap panas, tetapi ia harus terpapar 56 derajat Celcius selama 30 menit," kata Wang Guiqiang, kepala departemen penyakit menular Rumah Sakit Pertama Universitas Peking.

"Cuaca di buni tidak akan pernah sepanas itu."

"Jadi secara global, bahkan selama musim panas, kemungkinan kasus turun secara signifikan kecil."

Penelitian di Prancis Ungkap Virus Corona Mampu Bertahan Lama dari Paparan Suhu Tinggi

Sejalan dengan pernyataan Wang Guiqiang, sebuah percobaan yang dilakukan oleh tim ilmuwan Prancis menemukan bahwa virus corona dapat bertahan lama dari suhu tunggi.

Profesor Remi Charrel dan rekan-rekannya di Universitas Aix-Marseille mencoba memanaskan virus yang menyebabkan Covid-19 hingga 60 derajat celcius selama satu jam.

Hasilnya, mereka menemukan beberapa strain masih bisa meniru.

Untuk menempatkan itu ke dalam perspektif, suhu tertinggi yang terjadi secara alami di Bumi adalah 56,7 derajat Celcius yang tercatat di Lembah Kematian (Death Valley) California pada 10 Juli 1913.

Para ilmuwan harus membawa suhu mendekati titik didih untuk membunuh virus sepenuhnya, menurut makalah non-peer-review yang dirilis dari biorxiv.org pada hari Sabtu.

Hasilnya memiliki implikasi untuk keselamatan teknisi laboratorium yang bekerja dengan virus.

Dilansir oleh South China Morning Post, tim di Prancis tersebut menginfeksi sel ginjal dari monyet hijau Afrika, dengan strain yang diisolasi dari seorang pasien di Berlin, Jerman.

Sel-sel dimasukkan ke dalam tabung yang mewakili dua jenis lingkungan yang berbeda, satu "bersih" dan yang lain "kotor" dengan protein hewani untuk mensimulasikan penahanan biologis dalam sampel kehidupan nyata, seperti swab oral.

Setelah pemanasan, strain virus di lingkungan yang bersih dinonaktifkan sepenuhnya. Namun, beberapa strain dalam sampel kotor bertahan.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved