Jumat, 22 Agustus 2025

Virus Corona

Bersepeda di Tengah Pandemi Memakai Masker, Amankah? Berikut Penjelasan Praktisi Kesehatan

Praktisi Kesehatan Masyarakat, Endri Budiwan memberikan penjelasan terkait dengan bersepeda di tengah pandemi virus corona.

VALERIE MACON / AFP
Berikut update terbaru pasien virus corona di seluruh dunia hingga Senin 27 April 2020, FOTO: Sejumlah negara di dunia mulai melakukan buka tutup kebijakan pembatasan sosial COVID-19. Langkah uji coba ini dilakukan untuk memperbaiki perekonomian negara. Foto: Seorang perempuan mengenakan masker dan mengendarai sepeda di Hollywood Blvd yang sepi di tengah pandemi virus corona pada 15 April 2020 di Los Angeles, California. 

TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini, bersepeda menjadi olahraga yang tengah digemari masyarakat.

Namun, di tengah pandemi Covid-19, banyak orang yang tetap melakukan kegiatan bersepeda dengan menggunakan masker.

Lalu bagaimana tips aman memakai masker saat bersepeda di tengah pandemi virus corona?

Terkait dengan hal itu Praktisi Kesehatan Masyarakat, Endri Budiwan memberikan penjelasannya.

Endri mengatakan, kalau hanya bersepeda ke kantor dengan kecepatan rendah dan jarak tempuh tidak terlalu jauh, penggunaan masker pada umumnya aman-aman saja.

Bahkan, lanjut dia, hal itu sudah biasa dilakukan sebelum adanya pandemi virus corona.

Namun, setelah ada pandemi Covid-19, meski bersepeda dengan jarak dekat harus tetap menjaga jarak.

Praktisi Kesehatan Masyarakat, Endri Budiwan
Praktisi Kesehatan Masyarakat, Endri Budiwan (Dokumentasi Endri Budiwan)

"Misalnya paling dekat 20 meter dengan pesepeda lain di depannya yang segaris lurus," kata Endri, kepada Tribunnews.com, Selasa (2/6/2020).

Akan tetapi, menurut Endri, bersepeda dengan intensitas yang lebih tinggi dengan memakai masker akan meningkatkan beban tubuh karena aliran udara berkurang.

"Pada orang sehat kebanyakan, efeknya adalah performa berkurang dan lebih mudah lelah."

"Sementara pada orang-orang dengan latar belakang gangguan pernapasan atau kardiovaskuler, maka bisa jadi pencetus perburukan kondisinya," jelas Endri.

Tanda-tanda serangan awalnya seperti hiperventilasi atau napas yang cepat karena tubuh kekurangan oksigen dan karbondioksida menumpuk.

Baca: Habiskan Waktu Bersama Anak di Rumah dengan Lakukan 3 Jenis Olahraga Berikut Ini

Karena kondisi tubuh kekurangan oksigen, maka jantung akan memompa semakin cepat sebagai mekanisme kompensasi.

Kemudian mengakibatkan kepala kunang-kunang.

"Sehingga hati-hati saat muncul tiga hal di atas, napas cepat, denyut jantung lebih cepat dari biasanya atau lebih cepat dari seharusnya dan kepala mulai kunang-kunang."

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan