Senin, 1 September 2025

Penemuan Jepang, Penyakit Gusi Terkait Erat Dengan Demensia Alzheimer

Telah ditemukan bahwa penyakit periodontal (penyakit gusi) gigi terkait erat dengan perkembangan penyakit demensia Alzheimer

Editor: Johnson Simanjuntak
Universitas Kyushu
Associate Professor Hiro Take (Zhou Wu) dari Kyushu University 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Telah ditemukan bahwa penyakit periodontal (penyakit gusi) gigi terkait erat dengan perkembangan penyakit demensia Alzheimer. Oleh karena itu menyikat gigi dengan benar dapat membantu mencegahnya.

"Penemuan tim saya membuktikan periodontal sangat erat terkait dengan perkembangan penyakit demensia Alzheimer yang suka lupa itu," papar Associate Professor Hiro Take (Zhou Wu) dari Kyushu University dalam acara di TV Asahi pagi ini (28/10.2020).

Take juga menyarankan untuk mengantisipasinya harus dari kecil dengan menggosok gigi tiga kali sehari setelah makan.

Demensia tipe Alzheimer sedang diteliti di seluruh dunia, tetapi belum ada obatnya yang ditemukan.

Namun, baru-baru ini, bakteri penyebab penyakit periodontal telah terdeteksi di otak pasien demensia, dan hal ini menarik perhatian karena dapat mengarah pada pembentukan metode pengobatan.

Menanggapi hal ini, tim peneliti yang dipimpin oleh Associate Professor Take dari Kyushu University mengungkapkan bakteri penyebab penyakit periodontal pada tikus selama 3 minggu berturut-turut, dan sebagai hasilnya, protein "Amyloid β" yang menyebabkan munculnya demensia tipe Alzheimer di otak tikus.

Meningkat 10 kali lipat, dan ingatan semakin memburuk.

Menurut tim peneliti, amyloid β yang dihasilkan di gusi pasien penyakit periodontal dapat menyerang tubuh melalui pembuluh darah dan kemudian menumpuk di otak, menyebabkan masalah memori, jadi pelupa.

"Bagaimana cara menyikat gigi dengan benar dan memeriksakan diri ke dokter gigi secara teratur untuk menghilangkan karang gigi merupakan cara untuk mencegahnya," ungkap Take.

Tim peneliti berharap dapat mengarah pada pengembangan obat yang mencegah timbulnya dan memburuknya demensia di masa mendatang.

Take lahir di Kota Changchun, Provinsi Jilin, timur laut China.

Dia tumbuh dengan filosofi dasar dan kesabaran di bawah ayah seorang ahli arsitektur dan ibu dari seorang mantan pesenam.

Seorang gadis yang menyukai buku dan bermimpi menjadi seorang novelis, dia melanjutkan ke sains atas rekomendasi orang tuanya yang memikirkan masa depan.

Masuk ke Universitas Kedokteran Hakuho (sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Julin) departemen kedokteran gigi, dan setelah lulus, bekerja sebagai spesialis gigi di rumah sakit universitas selama 10 tahun.

Halaman
12
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan