Virus Corona
Apa Bedanya Virus Covid-19 Varian Delta dengan Delta Plus? Begini Penjelasan Ahli
Apa perbedaan antara virus Covid-19 varian delta dengan delta plus? Berikut penjelasan ahli.
Penulis:
Shella Latifa A
Editor:
Tiara Shelavie
"Vaksin-vaksin yang sudah tersedia, sekalipun ada penurunan efikasi 10-20 persen, tapi efikasinya masih di atas 50 persen."
"Pedomannya WHO, selama vaksin memiliki efikasi lebih dari 50 persen masih bisa dipergunakan," pungkasnya.
Varian Delta Plus Terdeteksi di RI, Pemerintah Diminta Perkuat Whole Genome Sequencing
Diberitakan sebelumnya, varian 'Delta plus' (B.1.617.2.1 atau AY.1) disebut-sebut sudah terdeteksi di sejumlah wilayah Indonesia.
Melihat hal itu, anggota Komisi IX DPR Intan Fauzi mendorong pemerintah agar memperkuat Whole Genome Sequencing (WGS).
“WGS atau upaya mengetahui penyebaran mutasi Sars-Cov-2 di Indonesia harus diperkuat, sehingga kita memiliki basis dalam pengambilan kebijakan kesehatan."
"Manfaat WGS sebagai data keseluruhan sangat penting untuk penanganan Pandemi, apalagi dengan penambahan kasus positif per hari dan angka kematian yang tinggi, juga pengadaan jenis vaksin yang digunakan,” ujar Intan melalui keterangannya kepada Tribunnews, Rabu (28/7/2021)
Dipaparkan Intan Fauzi, kecepatan uji WGH di Indonesia masih banyak kendala terutama tidak adanya dukungan dari Pemerintah dalam hal anggaran Penelitian.

Baca juga: Benarkah Varian Lambda Lebih Menular dari Varian Delta dan Kebal Terhadap Vaksin Sinovac?
Para peneliti di lembaga penelitian Indonesia sebetulnya setara dengan para peneliti di luar negeri mampu melakukan WGS, juga membuat vaksin.
Namun, lanjut Intan, keunggulan SDM Indonesia itu perlu dukungan anggaran dan sarana prasarana.
"Saat ini lembaga penelitian terutama yang berada di berbagai universitas harus melakukan Swadana baik untuk peralatan dan beban biaya operasional para peneliti,” ujar legislator PAN ini.
Intan mengatakan, jika mahasiswa Indonesia di Oxford University, Indra Rudiansyah dapat ikut berperan di balik peluncuran Vaksin Astra Zeneca, tentunya jika pemerintah mau memberi sarana prasarana dan anggaran seperti di luar negeri.
"Maka para peneliti Indonesia akan berprestasi dan berkontribusi dalam wabah Pandemi dengan hasil WGS, termasuk percepatan Vaksin Merah Putih," ucap Intan yang merupakan lulusan Nottingham University Inggris ini.
Baca juga: Bahaya Varian Delta, Warga AS yang Sudah Divaksin Harus Pakai Masker Lagi
Di Indonesia kini ada 17 Lab yang bisa melaksanakan Whole Genome Sequencing, antara lain: Litbangkes-Kemenkes, Eijkman, LIPI, FKUI, ITB-Labkesda Jabar-UNPAD, ITD Unair, UGM, UNS, FK Andalas, BPPT, FK UIN, FK UNTAN, FK USU, Univ. UPN veteran, Clinical Microbiology Lab RSPTN Universitas Hasanuddin dan MRIN UPH.
“Biaya untuk melakukan uji WGH di Indonesia sangat mahal karena tingginya harga mesin dan alat Reagan WGS yang masih impor. Juga produsen dan distributor sangat terbatas, sehingga memperlambat penelitian. Perlu ada kebijakan relaksasi pajak dan kemudahan pengadaan peralatan penelitian di masa Pandemi," ucap Anggota DPR Dapil Kota Bekasi dan Depok ini.
Lebih lanjut, Intan mengamini Indonesia patut waspada sebab kini sudah ditemukan 197 kasus di 11 negara.
Hal ini wajib menjadi alarm bagi Indonesia. Perlu dilakukan pemantauan dan mitigasi wabah secara dini di seluruh wilayah Indonesia.
(Tribunnews.com/Shella Latifa/Chaerul Umam)
Baca berita soal virus corona lainnya