Minggu, 7 September 2025

Mengenal Operasi Deep Brain Stimulation untuk Perbaiki Gejala Parkinson

Operasi DBS atau Deep Brain Stimulation juga meningkatkan kualitas hidup penyandang Parkinson. 

Ist
Operasi DBS atau Deep Brain Stimulation adalah salah satu prosedur yang dapat membantu memperbaiki gejala Parkinson dan meningkatkan kualitas hidup penyandang Parkinson. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologis yang umum terjadi pada populasi usia lanjut.

Keluhan utamanya adalah gerakan melambat, gemetar (tremor), dan kekakuan pada sendi (rigiditas). 

Gejala-gejala ini memberat seiring dengan pertambahan usia.

Operasi DBS atau Deep Brain Stimulation adalah salah satu prosedur yang dapat membantu memperbaiki gejala Parkinson dan meningkatkan kualitas hidup penyandang Parkinson. 

Baca juga: Pria Lebih Rentan Terkena Parkinson Ketimbang Wanita, Begini Penjelasannya

Dokter spesialis saraf RS Siloam Kebon Jeruk dr. Frandy Susatia, Sp.S, RVT menyebutkan operasi DBS atau pemasangan stimulasi saraf di dalam otak merupakan sebuah prosedur medis yang digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi neurologis seperti penyakit Parkinson. 

Prosedur ini melibatkan pemasangan elektroda tipis pada bagian tertentu dari otak, yang kemudian memberikan impuls listrik untuk meningkatkan fungsi motorik atau menghambat aktivitas yang berlebihan pada saraf. 

“Metode DBS adalah salah satu dari beberapa pengobatan yang tersedia untuk Parkinson dan telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala”, ujar dr. Frandy.

Lulusan pendidikan dokter spesialis saraf di University of Santo Tomas Hospital, Manila, Filipina ini menyebutkan, DBS juga dapat membantu mengurangi efek samping dari obat Parkinson yang digunakan untuk mengontrol gejala.

Aeberapa keuntungan dari DBS pada pasien Parkinson, antara lain: menurunkan intensitas gejala, mengurangi dosis obat, prosedur yang aman, efektif dalam jangka waktu lama, serta prosedur yang dapat diatur dengan mudah.

“DBS dapat menawarkan pengobatan yang aman dan efektif untuk gejala Parkinson. Namun, setiap pasien memiliki kondisi yang unik, oleh karena itu, sangat ditekankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai terapi DBS,” lanjut dr. Frandy.

Berikut adalah beberapa kriteria pasien yang cocok untuk dilakukan operasi DBS pada pasien Parkinson diantaranya memiliki diagnosis Parkinson yang ditegakkan dengan jelas, telah maksimal dalam menggunakan obat, tidak adanya efek samping yang signifikan dari obat, kondisi medis lain yang stabil, umur pasien yang direkomendasikan tidak lebih dari 75 tahun, serta pasien harus memiliki keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup dan memperbaiki cara hidup sehat. 

Keputusan pilihan untuk menjalani operasi DBS harus didasarkan pada evaluasi yang cermat dan diskusi antara pasien, dokter spesialis saraf, dan keluarga.

Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, dokter spesialis bedah saraf yang berpraktik di RS Siloam Lippo Village Karawaci, RS mengatakan, metode DBS merupakan metode yang memerlukan keterampilan khusus, tidak semua dokter spesialis bedah saraf boleh atau mampu melakukan operasi DBS tersebut.

Berdasarkan data dan penanganan pasien Parkinson di Grup RS Siloam, tingkat keberhasilan dari prosedur DBS ini adalah sebesar 70 persen sampai 80%.

“Tidak semua rumah sakit dapat melakukan tindakan operasi DBS, Grup RS Siloam merupakan salah satu grup rumah sakit yang secara fasilitas dan kompetensi tenaga medisnya mampu untuk melakukan DBS,” ujar dokter yang juga meraih Certified Surgeon, Fluorescence Brain Tumor Surgery dari Klinik fur Neurochirurgie, Universitatsklinikum, Freiburg, Jerman.

Setelah pemasangan elektroda DBS, menurut Dr. dr. Rocksy Fransisca V. Situmeang, Sp.N, dokter spesialis saraf RS Siloam Lippo Village Karawaci, pasien tidak memerlukan pengobatan yang khusus.

Umumnya, pasien melaporkan kondisi yang lebih baik pascaoperasi dan dapat mulai beraktivitas seperti biasa. 

Selama masa pemulihan, pasien akan melakukan pemeriksaan medis secara teratur agar kondisinya terus termonitor dengan baik.

“Setiap pasien mungkin memiliki pengaturan stimulasi DBS yang berbeda-beda, tergantung pada respons terhadap stimulasi, keparahan gejala Parkinson, dan seiring bertambahnya usia dari pasien tersebut,” lanjut dr. Rocksy.

Sementara, pasien dengan kriteria ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pemasangan DBS. 

Seperti, demensia derajat sedang-berat, depresi sedang-berat, maupun pasien Parkinson yang tidak merespon terhadap obat-obatan.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan