Jumat, 29 Agustus 2025

Penting Skrining Hipotiroid Kongenital pada Bayi Baru Lahir, Cegah Anak Alami Keterbelakangan Mental

Hipotiroidisme kongenital dapat menyebabkan gangguan perkembangan mental dan fisik yang serius jika tidak terdeteksi sejak dini.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Freepik
ilustrasi bayi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif International Pediatric Association (IPA) Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A, Subsp. End., FAAP FRCPI (Hon.), imbau orang tua untuk lakukan skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir. 

"Hipotiroidisme kongenital dapat menyebabkan gangguan perkembangan mental dan fisik yang serius jika tidak terdeteksi sejak dini," ungkapnya pada peluncuran White Paper Tiroid di JW Marriot Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (7/11/2024).

Hipotiroid kongenital sendiri adalah gangguan endokrin yang terjadi ketika kelenjar tiroid bayi tidak menghasilkan cukup hormon tiroid. 

Sebagai informasi, hormon tiroid berfungsi untuk mengatur metabolisme, pertumbuhan tulang, syaraf, dan perkembangan otak

Prof. Aman menjelaskan, tanpa skrining sejak lahir, lebih kurang akan ada 32.000 anak Indonesia dengan hipotiroid kongenital yang tidak terobati setiap tahunnya. 

Situasi ini tentu berpotensi meningkatnya angka disabilitas intelektual di Indonesia. 

Oleh karena itu, program skrining bayi baru lahir adalah kunci untuk penanganan yang efektif. 

"Saat ini, Indonesia tengah mengoptimalkan program nasional Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) pada bayi baru lahir guna mencegah potensi beban keluarga pasien dan negara yang muncul akibat dampak dari disabilitas intelektual,” kata Prof. Aman.

Lebih lanjut Prof Aman memberikan contoh kasus tentang perbandingan

Terdapat dua anak yang mengalami kelainan tiroid. Bedanya, salah satu anak sudah dilakukan skrining sejak lahir. Sehingga mendapatkan penanganan sedari dini. 

Hasilnya, anak yang mendapatkan penanganan sejak lahir cenderung memiliki kualitas hidup yang baik.

Dia mampu mengikuti pembelajaran di sekolah bahkan berprestasi di bidang akademis dan non akademis.

Tinggi badannya 138 cm dan berat badannya 40 kilogram atau sesuai standar usia. 

Di umur 9 tahun 6 bulan, anak yang tak disebutkan namanya tersebut memiliki IQ 127 atau di atas rata-rata.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan