Rabu, 27 Agustus 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Serangga Jadi Alternatif Sumber Protein Hewani di Program MGB? Ini Kata Dokter Gizi 

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyebut, serangga bisa menjadi alternatif pemenuhan sumber protein hewani di beberapa daerah. 

/SURYA/HABIBUR ROHMAN
Pelaksanaan progran makanan bergizi gratis di SD Taquma Surabaya,Senin (13/1/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyebut, serangga bisa menjadi alternatif pemenuhan sumber protein hewani di beberapa daerah. 

Ia menyakini, serangga memiliki gizi yang tinggi dan biasanya dikonsumsi warga lokal seperti ulat sagu. 

Karena itu, ulat sagu bisa dimasukkan dalam komposisi menu makan bergizi gratis (MBG), khusus untuk daerah tersebut. 

Lalu bisakah serangga jadi sumber protein hewani? 

Dokter spesialis gizi dr. Johanes Casay Chandrawinata, MND, Sp.GK menjelaskan, menelaah dari beberapa budaya baik di luar negeri dan dalam negeri, serangga bisa menjadi alternatif pangan tinggi protein dan tinggi lemak. 

Ada sekitar 2 miliar orang di dunia yang mengkonsumsi serangga setiap hari, dimana ada 2.000 spesies serangga yang dapat dimakan.  

Ia menjelaskan terkait kandungan kandungan gizi serangga berbeda-beda tergantung jenis. 

“Contohnya jangkrik per 100 gram mentah mengandung 460 kalori, 18.5 gram lemak, 69 gram protein. Belalang per 100 gram mentah mengandung 560 kalori, 38 gram lemak dan 48 gram protein,” ujar dia saat dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (25/1/2025). 

Sementara untuk daging sapi ujar Dokter Johanes, daging sapi per 100 gram mentah mengandung 250 kalori, 15 gram lemak dan 26 gram protein.   

Telur rebus per 100 gram mengandung 155 kalori, 11 gram lemak dan 13 gram protein
Sehingga dari segi gizi, konsumsi serangga dapat dijadikan alternatif sumber protein hewani. 

Namun demikian, ia mengatakan, pemerintah perlu mempertimbangkan lebih matang rencana tersebut lantaran, menyantap serangga di masyarakat Indonesia bukan menjadi kebiasaan atau sangat jarang dimasyarakat. 

Baca juga: Kepala BGN Sebut Serangga Kaya Protein Bisa Jadi Menu Makan Bergizi Gratis

“Kebanyakan orang tidak menganggap serangga sebagai makanan, dan hal ini sangat menentukan apakah kebijakan makan serangga dapat diterapkan atau tidak. Kebijakan makan serangga akan berhasil di daerah tertentu yang sudah terbiasa mengkonsumsi serangga,” jelas dokter yang biasa disapa dokter Jo ini. 

Selain itu, kasus alergi yang sering terjadi pada anak-anak juga patut diperhatikan, terutama bila alergi terhadap udang maka besar kemungkinan akan alergi juga terhadap serangga

Saat anak sudah memiliki bakat alergi maka semua panganan yang memicu alergi harus sama sekali dihindari. 

Sebelumnya mengutip Tribunnews.com, Dadan menyatakan peluang memasukan menu lokal seperti serangga berkaitan erat dengan komposisi protein di berbagai daerah yang amat bergantung pada potensi sumber daya lokal dan kesukaan masyarakat setempat.  

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan