Minggu, 10 Agustus 2025

Sebabkan Risiko Fatal hingga Kematian, DBD Jadi Tantangan Kesehatan di Indonesia

DBD sampai saat ini belum ada obatnya, maka pencegahan menjadi kunci. Penyakit ini menjadi tantangan kesehatan Indonesia.

Istimewa
KASUS DBS - Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti yang menghisap darah manusia. DBD sampai saat ini belum ada obatnya, maka pencegahan menjadi kunci. Penyakit ini menjadi tantangan kesehatan Indonesia. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Sejak pertama kali ditemukan di Indonesia pada 1968, angka kejadian demam berdarah dengue (DBD) terus meningkat.

Peningkatan kasus DBD ini disebabkan oleh perubahan karakteristik penularan.

Baca juga: Tekan Angka Kasus Dengue di Minahasa Utara, Vaksinasi DBD Difokuskan untuk Anak Usia SD

Dengan kondisi ini, siapa saja menjadi lebih berisiko terjangkit DBD, tanpa memandang usia, tempat tinggal, dan gaya hidup.

Diketahui, seseorang yang terinfeksi dengue untuk kedua kalinya mempunyai risiko lebih besar terkena demam berdarah parah yang ditandai dengan sakit perut yang parah, muntah terus-menerus, pernapasan cepat, gusi atau hidung berdarah, kelelahan, kegelisahan, darah dalam muntahan atau feses, menjadi sangat haus, kulit pucat dan dingin, serta merasa lemah.

Berbagai gejala ini sering kali muncul setelah demamnya hilang.

Berangkat dari kondisi ini, DBD menjadi sorotan dalam gelaran seminar dan lokakarya nasional 2025 Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) pada 29 April hingga 2 Mei 2025 di Bali.

Baca juga:  Gejala DBD pada Anak yang Sering Terlewat dan Dianggap Penyakit Lain

Ketua ADINKES dr. M. Subuh, MPPM, menyatakan, kegiatan ini memperkuat peran desa sebagai garda terdepan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit.

"Melalui forum ini, kami mendorong sinergi antara Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan pemerintah desa untuk menghadapi berbagai tantangan kesehatan seperti hipertensi hingga dengue," ujar dia di Jakarta, Jumat (2/5/2025).

Kementerian Kesehatan pun mengapresiasi penyelenggaraan forum edukatif dan strategis ini.

Melalui dukungan dari mitra strategis seperti adinkes, dapat mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat.

Di sisi lain, dengue sampai saat ini belum ada obatnya, maka pencegahan menjadi kunci.

Dr. dr. I Made Susila Utama, SpPD-KPTI FINASIM menjelaskan, salah satu pencegahan yang penting untuk dipertimbangkan adalah vaksinasi.

Saat virus akibat gigitan nyamuk memasuki tubuh, tubuh akan mengeluarkan pertahanan alaminya, sehingga memutus rantai penularan virus. Namun, untuk memperoleh perlindungan yang optimal, vaksinasi dengue harus dilakukan sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter.

Pengalaman dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam menerapkan metode pencegahan inovatif ini, patut diapresiasi dan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lainnya.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan