Tingkat Penolakan Vaksin Masih Tinggi, Orangtua Perlu Diedukasi Bertahap
Penolakan terhadap vaksinasi anak masih menjadi tantangan di lapangan, terutama karena maraknya informasi yang simpang siur di internet.
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Anita K Wardhani
TRIBUNEWS.COM, JAKARTA - Penolakan terhadap vaksinasi anak masih menjadi tantangan di lapangan, terutama karena maraknya informasi yang simpang siur di internet.
Hal ini diungkapkan oleh dr Vinia Rusli, Sp.A(K), yang menilai bahwa kekhawatiran orangtua kerap kali terbentuk oleh narasi keliru yang tersebar luas di media sosial.
Baca juga: Tekan Angka Kasus Dengue di Minahasa Utara, Vaksinasi DBD Difokuskan untuk Anak Usia SD
“Banyak orangtua yang mendadar (terpengaruh spontan) karena baca story atau informasi yang belum tentu benar. Itu membuat mereka khawatir, bahkan menolak vaksin,” kata Vinia saat sesi talkshow interaktif di event ParenTale di ICE BSD, Tangerang, Banten, Jumat (2/5/2025).
Menurut Vinia, penolakan vaksinasi bisa dibagi dalam beberapa level mulai yang terrendah (level 0) hingga tinggi (level 5).
"Orangtua yang berada di level 3 hingga 5 biasanya sudah menunjukkan penolakan aktif atau bahkan keras terhadap vaksinasi," katanya.
Baca juga: Jadwal Suntik Vaksin Polio untuk Calon Jemaah dan Petugas Haji 2025, Cek Alasannya
Dalam situasi seperti itu, edukasi menjadi lebih menantang karena pola pikir mereka sudah terbentuk kuat.
“Kita tidak bisa langsung memaksa. Edukasi harus bertahap, disesuaikan dengan tingkat resistensinya,” jelasnya.
Dokter spesialis anak konsultan yang berpraktek di Siloam Hospitals Lippo Village ini menyarankan agar edukasi dilakukan dengan pendekatan yang lebih lunak.
"Misalnya memulai dari kelompok orangtua yang masih ragu-ragu (level 1 atau 2), yang masih membuka kemungkinan untuk berdialog dan menerima informasi dari tenaga medis terpercaya," katanya.
Pendekatan lunak pada orangtua bisa melalui sesi parenting seperti ParenTale yang jadi wadah edukatif bagi para orang tua dalam mendampingi tumbuh kembang anak usia 0–10 tahun akan berlangsung hingga MInggu (4/5/2025) ini.
Sementara itu, event ParenTale 2025 hadir sebagai festival keluarga, gratis dan terbuka bagi seluruh masyarakat, khususnya keluarga muda, calon orang tua, dan komunitas parenting se-Jabodetabek.
"Mengusung tema Embracing the Diversity of Parenting Journey, ParenTale 2025 ingin memberikan ruang bagi semua pihak untuk merasakan pengalaman parenting yang mendalam dan inspiratif," kata Edwina Tirta, Partnership and Event Creation Director ICE Events.
Dikatakannya, ParenTale adalah representasi nyata dari bagaimana dunia parenting terus berkembang dan semakin inklusif.
"Kami mendesain acara ini dengan pendekatan yang personal dan emosional, karena setiap keluarga memiliki kisah dan kebutuhan unik yang layak dirayakanm," katanya.
Event ini tidak hanya mengedepankan aspek edukatif, tetapi juga menyediakan area playground interaktif hasil kolaborasi dengan XCocoland, dirancang khusus untuk mendukung kreativitas dan eksplorasi anak.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.